2. Senin Bego

300 24 2
                                    

Sudah hari Senin. Hari paling melelahkan untuk semua orang tak terkecuali Hilda. Walaupun Hilda suka dengan semua hari, tapi Hilda kadang terlalu malas untuk mengikuti upacara hari Senin yang menyebalkan.

"Eh Keran! Lu gua vidcall kok nggak nyambung kemane lu?" tanya Hilda pada Charin yang sedang jongkok karena cuaca sangat panas.

Charin berdiri lalu nyengir tak berdosa. "Ini kan malam minggu ketiga dibulan ini. Gue ada janji sama... Lo tau? Pacar." jawab Charin sambil berbisik. Sedangkan Ifa yang ada didekatnya melihat dengan mata polos kedua sahabatnya yang sedang bisik-bisik tetangga.

"Gue nggak disalahin?" tanya Ifa dengan polosnya. Hilda memajukan wajahnya saking kesalnya.

"Lo gue salahin karena hape lo itu nggak bener-bener. Katanya udah sebulan di rumah sakit, kok belum sembuh?" tanya Hilda dengan jengkel.

Ifa cemberut karena ini semua salah counter ponselnya yang lebih mementingkan ponsel orang lain yang merknya apel yang tinggal setengah itu. Yah, yang merknya cuma samsul mah cuma bisa apa?

"Salahin noh, mas-mas bengkelnya! Yang diprioritasin mah cuma yang bagus doang! Emang ya, jaman sekarang itu yang pertama kalah sama yang bermerk." Ifa malah curcol. Curhat colongan. Charin dan Hilda hanya saling tatap tidak jelas karena Ifa memang orangnya sering... Yah, gitu lah.

Charin yang pernah mengantarkan Ifa datang ke counter dimana ponselnya diopname, langsung menyahut heboh. "OMG HELLO! Jangan protes, Fa! Lo tau kan, yang nanganin ponsel lo itu mas-mas cogan. Ya tuhan, gue selalu berdoa biar ketemu terus sama cogan kayak gitu." dengan satu jitakan dari Hilda dan satu tampolan dari Ifa, akhirnya Charin dan mulut badasnya itu diam.

"Diem lo! Itu ada Bu Wati. Mau lo kena ceramahan gilanya dia?" tanya Hilda sambil melotot tajam pada Charin yang malah cengar cengir gaje.

"Biarin! Hampir pensiun juga." balas Charin sengit lalu melirik ke arah Bu Wati yang sudah menatap tajam ke arahnya. Tatapannya setajam silet. Eh, setajam elang yang kelaparan dan mau cari mangsa membuat nyali Charin untuk meledek Bu Wati menciut, kempes, dan habis.

Setelah Bu Wati pergi dan berpatroli ke lain arah, Hilda menengok ke arah Charin. "Makannya, spesies kayak lo itu nggak ada apa-apanya sama banteng kelaperan gitu. Elu mah cuma lebah yang iklan di TV dan nyanyi ada madunyaa gitu." celoteh Hilda.

"Kukis kokola, mamah tau sendiri." Ifa menimpali dengan gaya persis jamaah haji yang endorse kukis sebelum berangkat.

"Torabika cappucino, numero uno." Charin malah ikut-ikutan dengan meniru gaya bule blasteran indo-grosir yang ada diiklan kopi di televisi.

Hilda geleng-geleng kepala. Kedua sahabatnya ini otaknya memang sudah hilang separuh. Entah dimakan lebah ada madunya atau badak yang ada didalam kemasan larutan penyegar. Yang jelas, otak mereka memang sudah bego.

"Gue bakal namain hari Senin ini dengan nama Senin bego."

***

Malam Minggu Hilda [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang