2 ~ promise

38.5K 1.9K 1
                                    

"Aku akan memikirkannya"

Ucap Abdi pada kedua orang tuanya. Lalu abdi berjalan menjauh dari ruang keluarganya. Belum sempat beberapa langkah, Abdi menghentikan kembali langkahnya ketika sang ayah berbicara.

"Bukan dipikirkan lagi, keputusan ayah sudah bulat, besok kau harus sudah mulai ke rumahsakit. Kamu telah berfikir lebih dari 3 tahun Abdi, dan sekarang waktu yang tepat untukmu kembali hidup. Tidak ada penolakan besok kau bersiap-siap berangkat bersama ayah"
Ucap sang ayah tegas.

Abdi Putra Rizwaniaga. Pria muda, tampan dan pintar ini telah menyelesaikan pendidikan kedokteran nya 3 tahun yang lalu. Tapi ia enggan untuk mengginjakkan kakinya setelah kejadian 3 tahun lalu tepat dihari kelulusannya.

Ia merasa rumah sakit bukan untuk orang menyembuhkan penyakit melainkan tempat orang mengantarkan nyawa. Ia merasa gagal menjadi seorang dokter. Kadang ia berfikir bahwa tak seharusnya ada profesi sebagai dokter dan sumpah-sumpah itu jika pada akhirnya dokter sama halnya dengan malaikat pencabut nyawa.

Abdi terduduk dipinggir kasur sambil mengacak-acak rambutnya prustasi. Kenapa aku harus ke tempat itu lagi.

"Aarrgghh!!!"

Abdi berteriak histeris. Ibunya sudah lama memperhatikannya di belakang pintu kamar abdi sambil terisak.

"Maafkan mama nak, kalau saja mama tau kau akan seperti ini. Dulu.. mama tak akan memaksakan kehendak mama"
Ibunda Abdi Mariana terisak didepan pintu kamar anaknya.

Rizwan ayah Abdi hanya bisa melihat sangistri dengan sendu, ia tak berani menghampiri sang istri. Karena bagaimanapun ia adalah seorang ayah yang menginginkan anaknya bangkit dari keterpurukannya selama ini. Ia akan mengembalikan Abdi anak mereka menjadi pria yang kembali ceria dan bijaksana seperti sediakala.
Ya itu janjinya. Mengembalikan kebahagiaan anak sulungnya.

○○○

Kelurga Rizwaniaga sudah siap sarapan diawal hari ini.

"Mana abdi?"
Tanya Rizwan.

Pasalnya semua keluarga telah berkumpul istrinya Mariana dan anak keduanya Raihan tetapi ia tak melihat anak sulungnya itu.

"Mungkin sedang bersiap yah, sebentar lagi juga turun" ucap Mariana

"Tidak ada sebentar lagi atau nanti, rey panggil kakak mu sekarang"

"Baik yah"

Raihan berjalan menuju kamar sang kakak. Ia mengetuk pintu kamar berkali-kali tetapi tidak ada respon di dalam.

"Jangan-jangan.. ka, kakak.. "

Raihan terus menerus mengetuk pintu dengan keras. Hampir saja Raihan akan mendobrak pintu ketika pintu itu terbuka

"Kau berisik, ada apa?"

"Kak ? Kau tak lupakan, hari ini kakak akan mulai dinas di Rumah sakit bersama ayah"

"Katakan pada ayah, kakak akan berangkat sendiri"
Abdi kembali memalingkan wajahnya dan hendak masuk kedalam kamar lagi tetapi lengannya ditahan Raihan

"Kakak harus bicara sendiri. Aku tunggu kakak di bawah sarapan bersama. Aku tidak ingin kembali kesini membuang-buang waktu"
Raihan berlalu pergi meninggalkan Abdi. Ia kembali ke meja makan bergambung bersama mama dan ayah nya.

"Bagaimana kakakmu rey?" Tanya sang mama lembut

"Dia akan turun. Mah, rey berangkat sekarang. Rei gak mau telat dihari pertama masuk sekolah"

"Sarapanmu sayang"

"Nanti saja di sekolah"

Reihan bergegas dan pamit kepada kedua orangtuanya tak lupa dengan mencium punggung tangan keduanya sebelum berangkat.

Sementara Abdi, ia memikirkan apa yang adiknya katakan. Ia akan kebawah dan pergi ke rumah sakit seperti kata ayahnya. Jika dipikirkan lebih dalam lagi. Abdi tidak ingin mengecewakan keluarganya hanya karena trauma masa lalu. Sekarang ia sudah siap meskipun belum sepenuhnya siap, tapi ia bertekad akan menghilangkan traumanya meskipun ia yakin tidak akan mudah.

Abdi berjalan ke arah kedua orang tuanya dengan pakaian yang rapih. Kemeja putih, jas hitam dan celana cosualnya terlihat sangat pas ditubuh Abdi.

"Ayah,mama.. Abdi siap berangkat"

●●●

LovemedicalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang