~ 9 ~

23.6K 1.4K 1
                                    

"Jadi siapa pacar Mei?"  Tanya Ryan antusias

"Kakakku" jawab Dania santai

"kau serius?"

Dania menghela nafas panjang, matanya menerawang

"Harapanku sih.. aku ingin Mei mendapatkan pendamping yang baik, dan lelaki terbaik yang aku kenal hanya kakakku"

Ryan menghembuskan nafas beratnya yang sedari ia tahan. Ia merasa lega mendengar penuturan Dania

"Seharusnya aku menyadari bahwa kau tidak pernah berkata serius"

Dania yang mendengar penuturan Ryan merasa sedikit tersinggung, ia menatap tajam orang disampingnya itu

"Kata siapa aku tak pernah serius? Aku selalu serius dan ucapanku selalu benar, dengan kata lain aku selalu bicara jujur"

Ryan tertawa renyah mendengar pembelaan Dania,

"Hahaha.. iya, kau memang selalu berkata jujur" ucapnya sambil mengacak-ngacak rambut Dania, tangannya berhenti ketika mendengar suara barithon di belakangnya

"Kalian sedang apa?"

Keduanya menoleh ke arah sumber suara bersamaan,

"Oh, hai Abdi. Kau baru keluar ?"
Tanya Ryan mengacuhkan pertanyaan Abdi sebelumnya

Abdi mengacuhkan pertanyaan Ryan, ia hanya menatap kedua manusia itu bergantian dengan tajam.

"Oh.. ini, kau kenal dia kan? Orang yang kau seret kemarin waktu operasi"

"Kenapa kau ada diluar jam segini?" Tanya Abdi dingin

"Kami sedang istirahat" jawab Dania cuek

"Ah.. sepertinya waktu istirahat sudah habis ya, aku tidak menyadarinya.. kalau begitu aku akan masuk" ucap Ryan sambil tersenyum paksa pada Abdi, kemudian berlalu meninggalkan Dania

"Dan kau, kenapa masih duduk disitu?"

"Ah.. dokter ada yang harus kita luruskan terlebih dahulu"
Ucap Dania, sambil bergeser dari duduknya

"Tidak ada yang perlu diluruskan  lagi, sekarang pergilah"

"Sepertinya ada kesalah pahaman diantara kita jadi, aku ingin meluruskannya saja"

Abdi membulatkan matanya mendengar ucapan Dania, apa katanya meluruskan kesalah pahaman? Apa yang harus disalah pahami dari melihat dia dan Ryan makan siang bersama.

"Bicaramu... tidak ada kesalah pahaman diantara kita, kau siapa sehingga aku harus salah paham denganmu cih.. berhenti berharap yang bukan-bukan pergi sana sebelum aku melaporkanmu!"

Dania termenung mendengar jawaban Abdi, Dokter muda ini memang selalu seenaknya saja ia hanya ingin menjelaskan pekerjaan aslinya di rumahsakit ini bukan hal lain yang mengharapkan yang bukan-bukan meskipun ia tidak mengerti bagaimana yang bukan-bukan itu.

Dengan kesal Dania pergi meninggalkan Abdi yang sedari tadi memandangnya dengan penuh kekesalan. Mungkin Abdi sedang banyak pikiran jadi lain kali saja Dania akan menjelaskan kesalah pahamannya itu

○○○

Dania kembali menjalankan pekerjaannya, hari pertamanya di rumah sakit ini sangat melelahkan. Ia tidak sampai hati mengusir orang secara halus akibat telat bayar biaya pengobatanlah, memaksa membayar terlebih dahulu dan masih banyak lagi. Ini sama sekali bukan pasiioannya tapi ini pekerjaannya. Humft.. berat ternyata hidup di perantauan.

"Langsung pulang?" Tanya Fina

"Sepertinya iya mbak, badanku pegel semua rasanya ingin cepat berada di tempat tidur" jawab Dania sambil meregangkan tangannya

"Baiklah, tadinya aku ingin ngajak kamu makan tapi ya sudahlah.. cepat istirahat kalau begitu aku duluan"

Dania mengangguk menyalami pamitan Fina, ia kembali membereskan barang-barangnya. Shift selanjutnya sudah datang menggantikan Dania dan Fina.

Dania berjalan sambil bersenandung kecil,  sambil membayangkan bagaimana nasibnya jika ia tidak datang ke perantauan ini dan bagaimana kabar dari kedua orang tuanya sekarang. Hingga suara kencang menyadarkan Dania dari lamunanya

BRUUK

semua orang histeris, Dania terdiam di tempatnya kakinya terlalu lemas untuk sekedar melanjutkan langkahnya.

●●●

LovemedicalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang