Sesampainya di puncak bogor. Mereka menuju villa yang Dania rekomendasikan ternyata Dania sudah memesan jauh-jauh hari. Perjalanan ini sudah direncanakan dengan sangat matang oleh Dania.
Dania menurunkan barang bawaannya yang di bantu oleh Abdi.
"Kita tidak akan menginapkan?""Ngineplah a.. suasana malem disini tuh indah banget" tangan Dania cekatan membawa barang-barangnya kedalam villa
Abdi mengikuti di belakang, "besok aku ada dines siang Dania.."
Dania berhenti melangkah kemudian berbalik menatap Abdi dengan mata penuh permohonan, "ijin satu hari bisakan? Yaa.. minta ijin sama ayah kalau kita butuh honeymoon"
"Dania.. ayah bukan orang yang seperti itu, ia loyal dalam pekerjaannya. Ya sudah, kita pulang pagi-pagi sekali tengah malam sekalipun tidak apa-apa"
Dania cemberut kemudian melanjutkan langkahnya dengan hati yang kesal. Abdi mengeluarkan napas beratnya. Kenapa istrinya jadi seperti ini.
Dania membalikan badannya secara tiba-tiba membuat Abdi terlonjak kaget,
"Ya sudah! Kita bisa pulang jam 2 malam. Tapi Aaga harus ngikuti semua kegiatan yang sudah aku siapin. Jangan ngeluh!"Abdi tersenyum kemudian meng'iya' kan perintah istrinya itu. Tidak apa ia lelah, asal istrinya bahagia.
○○○
Dania mengajak Abdi bermain Paintball. Ia sangat bersemangat ketika mengganti pakaiannya dengan pakaian khusus yang disiapkan pengelola setelah intruksi cara bermain dan cara menggunakan senjata.
Abdi tersenyum melihat semangat istrinya itu dan Abdi bersyukur Dania tidak mengajaknya bermain sesuatu yang menggelitik seperti menyuruhnya mengikuti kelas merangkai bunga.
Dania mencoba memainkan senjatanya dan ketika ia berhasil menembak sesuai dengan targetnya. Dania tersenyum gembira hal itu cukup membuat Abdi bahagia.
Hingga sesuatu yang lumayan keras menghantam bahunya, Abdi melihat kearah Dania yang tersenyum bahagia
"Aa you die. Kau kalah!" Ucapnya bahagia
Abdi tersenyum, kemudian ia merubah raut wajahnya menjadi kesal "kita belum bermain dan kau sudah membunuhku? Awas kau.."
Abdi mengejar Dania dengan pistol mainannya, Dania berlari sambil tertawa kemudian bersembunyi menghindari Abdi.
Dan permainan terus berlanjut dengan sepasang suami istri itu yang saling mengejar dan menembak satu sama lain.
Setelah bermain selama satu jam lebih, mereka kembali mengganti pakaiannya sambil terus tertawa menceritakan kejadian yang baru mereka alami.
Tiba-tiba terdengar suara tembakan disertai jeritan yang sangat keras dari arah belakang mereka. Spontan mereka saling pandang. Kemudian banyak orang berlarian kearah sumber suara. Dan merekapun ikut berlari kearah keramaian.
Dania menyeret Abdi kedepan melerai semua orang yang menghalangi jalannya.
Disana terdapat seorang wanita yang terlihat sangat gelisah disamping wanita lainnya yang tergeletak tak berdaya dengan darah mengalir dari kakinya.Semua orang berbisik membicarakan kejadian yang terjadi.
"Dia tergelincir waktu bermain tembak-tembakan itu""Yang nembaknya aja gak liat-liat curam gitu pinggirnya banyak bebatuan"
"Liat tuh yang nembaknya pura-pura nangis gitu"
Dania menarik kemeja luar Abdi, "untung tadi Aa nembaknya gak kena, kalau kena mungkin Dania yang kayak gitu"
Abdi merangkul Dania, kemudian berbisik "aku yang kayak gitu karena tadi aku udah mati berapa kali ditembak sama kamu"
Dania mencubit perut Abdi yang dibalas jawelan di hidungnya. Hingga sebuah suara menghentikan aksi mereka.
"Dokter Abdi!"
Semua orang menoleh kearah mereka berdua, sedang Dania dan Abdi balik melihat kearah orang yang memanggilnya wanita yang sedari tadi duduk cemas disamping orang yang terluka itu.
Wanita itu menghampiri Abdi dengan tergesa dan tersenyum lega karena melihatnya,
"Untung dokter ada disini juga, aku begitu panik sehingga sulit menolong dia, donter saja yang tolong ya.. aku takut lukanya makin parah" wanita itu menarik paksa Abdi yang membuat Abdi melepaskan rangkulannya.Abdi melihat kearah Dania dan wanita itu bergantian, sesungguhnya Abdi masih syok ia tidak mengenal wanita yang menyeretnya itu. Ia melihat Dania menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Ini dokter Abdi. Beliau dokter hebat dari Rumah sakit Graha Medica" ucap wanita itu lantang, kemudian ia berbisik
"Cepat dokter lakukan sesuatu, pertolongan pertama gitu!"Abdi yang merasa bingung dan tertekan akhirnya mencoba sebisanya, ia tidak mengira akan ada kejadian seperti ini. Awalnya pun ia hanya akan menghubungi pihak keamanan di tempat ini karena yang berhak menanganinya adalah pihak pengelola. Seharusnya ia tidak perlu terlibat.
Tangan Abdi cekatan merobek celana yang menghalangi lukanya, kemudian ia mengambil air yang disodorkan wanita itu untuk membersihkan lukanya, wanita itu pergi entah kemana ketika Abdi menyadari membutuhkan sesuatu yang lain untuk mencegah darahnya mengalir.
"Saya tidak membawa apapun untuk menanganinya, tolong panggilkan pengelolanya dan salah satu dari kalian hubungi rumah sakit"
Ucapnya pada penjaga dan isntruktur wahana paintball itu. Kemudian kotak P3K terulur didepannya.
"Aku selalu membawa ini di mobil, untuk aku belum memarkirkan mobilku"
Tanpa menunggu waktu lama Abdi mengambil kotak itu kemudian menuangkan alkohol pada kapas dan mengusapnya perlahan setelah selesai tangannya kembali sibuk dengan memberikan antiseptik dan membalut luka itu dengan perban.
"Lukanya tidak terlalu parah, tapi saya sarankan agar tetap diperiksa kembali. Saya sarankan bawa serta petugasnya agar ia bisa lebih berhati-hati lagi."
Kemudian Abdi berdiri dan melangkah pergi, tapi labgkahnya terhenti ketika sebuah lengan menahannya.
"Makasih, aku gak tau jika tadi tidak melihat dokter disana" ucap wanita itu
Abdi hanya tersenyum kemudian kembali melangkahkan kakinya, tapi wanita itu kembali menahan lenganya,
"Sepertinya dokter tidak mengenaliku"
Kening Abdi berkerut, "memangnya kau siapa?" Tanyanya ketus
Wanita itu tersenyum lemah mendengar kata yang terlontar dari mulut Abdi,
"Aku Sonia adik kelas dokter yang waktu itu diberikan tugas untuk mengekori dokter koas" ucap Sonia lirih.
Abdi hanya mengangguk kemudian tersenyum sopan sebelum undur diri, "aku sangat senang bertemu dengan dokter lagi, aku kira akan sangat sulit mengingat dokter bekerja di rumah sakit besar"
Abdi merasa risih, ia teringat istrinya yang ia tinggalkan begitu saja "maaf" ucapnya tegas.
Abdi kembali melangkah pergi untuk mencari istrinya, rapi ternyata istrinya itu sudah tidak ada ditempat terakhir ia tinggalkan
"Dokter mencari siapa?"Abdi terkejut melihat Sonia masih mengikutinya, "istriku. Jadi maaf, aku harus lergi mencarinya"
Sonia terkekeh kecil dengan suara yang begitu lirih, "aku kira masih mempunyai harapan ketika dengar kabar dokter tidak jadi menikah dengan kak Riana. Tapi, sepertinya itu cuma kabar burung" Sonia menghembuskan napas berat sambil berkata lirih, "selamat atas pernikahan kalian. Aku harap mendapat undangan jika nanti dokter mempunyai anak. Mungkin saat itu juga aku sudah menikah dan mempunyai anak sehingga kita bisa besanan mungkin?" Sonia mencoba menampilkan wajah cerianya disertai guyonan renyah diakhir kalimatnya.
"Terimakasih" Abdi kembali mencari istrinya, ia tidak menghiraukan ucapan Sonia bahkan wanita yang mengaku bernama Sonia itupun Abdi tidak mengingatnya. Bahkan mencoba mengingatnyapun Abdi tidak bisa karena pikirannya sekarang penuh dengan kecemasan.
Dimana istrinya sekarang?
●●●
Terimakasih 😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovemedical
General FictionDania seorang wanita perantauan yang ingin memperbaiki hidupnya di kota besar. Lulusan pendidikan matematika yang kebetulan mendapatkan pekerjaan di rumah sakit swasta di Jakarta. Sialnya, sebelum ia mulai bekerja Dania diseret keruang operasi. Baga...