Ketenangan yang dibayangkan Abdi ketika mendatangi tempat ini lenyap sudah. Pikirannya semakin menumpuk bukan mengikis wanita pojokan itu mengganggu semedi-nya.
Kekesalan Abdi memuncak, ia memejamkan matanya sambil menghirup nafas dalam sebelum berucap
"Kenapa setiap saat aku harus bertemu denganmu? Kenapa setiap saat kau selalu berkata ingin bicara denganku sedangkan dari tadi juga kau bicara tanpa bertanya terlebih dahulu padaku!"
Dania yang sedari tadi memandangi Abdi terkejut, dokter itu bicara tanpa melihatnya bahkan sambil memejamkan matanya, apakah dia tidak punya sopan santun sehingga tidak bicara sambil memandangi wajah lawan bicaranya
"Dokter kau bicara padaku? Kenapa kau tidak melihat kearahku jika kau ingin bicara denganku"
Cukup sudah wanita itu membuatnya geram, Abdi akan mengikuti jalan yang dibuat oleh wanita itu dengan menengokkan wajahnya ke arah Dania.
Ketika wajah Abdi menengok kearahnya, Dania bisa melihat sorot mata Abdi yang tajam, sontak ia menelan ludahnya dengan susah payah sambil menggigit ujung bibir bawahnya. Ia yakin dokter itu sedang banyak pikiran saat ini dan tidak ingin diganggu. Baiklah ia akan menyerah mungkin lain kali ia akan berbicara dengan dokter itu.
"Ah.. sepertinya waktunya kurang tepat. Baiklah saya~ tidak akan mengganggu dokter kalau begitu, permisi"
Ucap Dania dengan hati-hati dan mulai berdiri berniat meninggalkan tempat ini dan dokter dengan sorot mata tajam itu
"Kau! Benar-benar .. bicara sekarang atau tidak sama sekali!!!"
"Saya.. saya akan bicara lain kali dengan dokter, saya bukan tipe orang yang tidak mengerti situasi saya sangat peka jadi.. lebih baik kita bicara lain kali" ucapnya tanpa dosa
Abdi tersenyum sinis menanggapi ucapan Dania, bukankah wanita itu berbicara berkebalikan dengan fakta. Jika ia memang peka maka ia tidak akan mengganggunya dari tadi.
"Baiklah.. anggap ucapanmu benar, tapi sekarang saya ingin mendengar pembicaraan yang kau sebutkan itu. Cepat katakan sekarang selagi saya ingin mendengarkannya"
Dania nampak memikirkan ucapan Abdi, terlihat dari bagaimana ia memainkan bibirnya ke kanan dan kekiri dengan bola mata yang mengarah kebawah dan kepalanya yang sedikit manggut.
Melihat ekspresi Dania membuat Abdi menarik bibirnya sedikit melengkung keatas tersenyum tapi hanya sedikit, sangat sedikit jika dilihat dengan microskup maka akan terlihat jelas bahwa ia kini tengah tersenyum.
"Baiklah, dokter dengarkan saya baik-baik saya akan mengucapkannya sekali dan saya mohon dokter mengerti"
Abdi merespon ucapan Dania dengan anggukan kecil
"Saya bukan perawat"
Abdi terdiam mencoba mencerna apa yang dikatakan wanita didepannya ini yang megucapkan kalimat itu dengan sangat serius sehingga matanya sedikit mengecil dan halisnya hampir terpaut menjadi satu.
Apa katanya tadi, bukan perawat. Maksudnya ia bukan seseorang yang mengurusi orang lain atau bukan seorang profesional dalam mengurusi orang lain. Ah.. Abdi mengerti mungkin maksudnya bukan perawat ialah ia sedang magang disini bukan pegawai tidak pekerja atau apa lebih tepatnya perawat asli atau apalah itu.
Tapi, yang menjadi pertanyaan Abdi mengapa wanita ini bicara seperti itu padanya? Oh ayolah... ia hanya tidak ingin direpotkan dengan pekerjaan menjaga dan memeriksa orang lain. Ck! Dasar wanita pojokan ia pikir dengan berkata seperti itu Abdi akan peduli? Tapi tunggu, ia jadi ingin mengawasi bagaimana pekerjaan wanita ini selama ini apakah selama ini ia hanya diam saja entah dipojokan yang mana sehingga Abdi tidak pernah melihatnya diruang perawatan?
Dania menunggu tanggapan Abdi dengan perasaan tidak menentu, ia takut dan cemas bagaimana respon Abdi mengenai pengakuannya ini apakah ia akan meminta maaf karena kemarin telah menyeretnya ke ruangan mengerikan itu atau hal lainnya~
"Sebenarnya saya ingin tertawa sekencang-kencangnya mendengar pengakuanmu ini yang sangat luar biasa, tapi maaf saya hanya ingin tepuk tangan dan itu nanti.. setelah saya melihat hasil kerjamu. Dan.. pengakuanmu membuatku ingin selalu mengawasimu"
●●●
Hohoho jangan lupa vote and comment 😙😙
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovemedical
General FictionDania seorang wanita perantauan yang ingin memperbaiki hidupnya di kota besar. Lulusan pendidikan matematika yang kebetulan mendapatkan pekerjaan di rumah sakit swasta di Jakarta. Sialnya, sebelum ia mulai bekerja Dania diseret keruang operasi. Baga...