14 ~ D.A.N.I.A

22K 1.3K 4
                                        

"Apa yang kau lakukan?"

Saat ini Abdi membawa Dania ke taman rumah sakit yang ada dilantai 11 karena memang mereka sedang berada di tempat ini

"Saya.. saya terlalu takut, saya juga sudah menekan tombol tengah yang ada tulisan nurse call tapi tidak ada yang datang -
Dania menghembuskan nafas panjang sebelum melanjutkan ucapannya- Terimakasih dokter kau menyelamatkanku"

Abdi mendengarkan penuturan Dania sambil memijat keningnya ia tidak habis pikir bahwa wanita ini betul-betul dengan ucapannya tadi yang mengatakan bahwa ia bukan perawat. Lalu siapa dia? Mengapa ada disini? Hal yang paling gampang saja ia tidak bisa ya ampun.. masalah panggilan darurat itu-

"Kau tau yang harusnya kau tekan itu tombol yang paling atas bukan yang tengah"

"Tapi, bukankah tombol yang itu lampu? Emangnya bisa ditekan?"

"Ya ampun.. kau ini sebenarnya siapa? Masalah tombol darurat saja tidak tau saya yakin wali pasien juga tau akan hal kecil seperti itu"

Setelah mengucapkan itu Abdi pergi meninggalkan Dania yang masih mematung memikirkan ucapan Abdi. ia juga tidak mengerti mengapa lampu itu bisa berubah menjadi tombol yang bisa ditekan. Dan.. iya, Abdi menanyakan siapa dirinya

Dania melihat Abdi yang mulai melangkah menuju pintu masuk meninggalkan dirinya, sebelum langkah terakhirnya menuju pintu itu Dania berteriak

"Saya Dania dokter, D.A.N.I.A" ucapnya sambil tersenyum

Abdi menghentikan langkahnya mendengar teriakan wanita itu, ia berbalik menghadap wanita itu yang sedang tersenyum aneh. Siapa juga yang menanyakan siapa namanya? Wanita aneh.

○○○

"Kenapa kamu senyum-senyum begitu? Menang lotre" tanya Fani

Sejak Dania kembali dari jam istirahatnya Dania terlihat sangat senang ia tidak berhenti tersenyum dan bersenandung. Bahkan menyapa setiap orang yang melewati kubikelnya dengan senyum sumringah.

"Lebih dari lotre, kyaa..." ucap Dania sambil berteriak dan memegang kedua pipinya sambil menenggelamkan kepalanya ke atas meja dihadapannya

Fani yang melihat kelakukan rekannya ini hanya bisa menggelengkan kepalanya. Ketika Fani meluruskan lagi pandangannya ia melihat seseorang yang berjalan ke arah lift dengan angkuhnya.

"Lihat, dokter itu.. katanya dia dulunya dokter bedah tapi setelah kejadian kecelakaan kekasihnya tidak pernah datang ke rumahsakit lagi padahal ayahnya kepala divisi bedah waktu itu, dan sekarang setelah ayahnya menjadi direktur dia datang lagi tapi bukan sebagai dokter bedah melainkan dokter spesialis dalam" ucap Fani sambil tidak mengalihkan pandangannya dari orang yang sudah hilang kedalam lift.

"Memang kekuasaan itu nomor satu"

"Kamu tidak ingin tau siapa dokter itu?"

"Tidak, mengapa aku harus tau disaat aku sendiri bingung dengan pekerjaanku saat ini"

Ucapan Dania membuat kening Fani berkerut, menurutnya itu adalah jawaban yang tidak nyambung kengan pertanyaan kalau ia sedang ujian mungkin Dania akan mendapat remidial.

"Sebaiknya kamu pulang, makan obat dan tidur aku akan membuat keterangan bahwa kamu sedang sakit jadi tidak bisa masuk kerja"

"Aku hanya terlalu senang tapi bukan berarti aku sakit"

Ucap Dania membela diri, Fani hanya menganggukan kepalanya sambil bergumam tidak jelas Fani hanya tidak ingin menambah pembicaraan yang tidak akan selesai dengan Dania yang tidak fokus ini. Hingga ucapan Dania menghentikan kegiatannya secara tiba-tiba dan mematung ditempatnya sambil memincingkan mata menatap kearah Dania setelah ia selesai berkata dengan senyumannya

"Dokter Abdi menanyakan namaku dan bilang akan selalu mengawasiku"

●●●

Voment 😘

LovemedicalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang