Suatu kebiasaan jika sedang memiliki banyak pikiran Abdi akan menenangkan diri di rooftop seperti yang sering digambarkan pada novel-novel, tempat ini nyaman untuk menenangkan pikiran. Angin sepoy-sepoy, udara sejuk, jauh dari kata bising dan pemandangan indah dari atas suatu gedung itu sangat menakjubkan.Abdi masih terngiang ucapan ayahnya beberapa waktu lalu yang memintanya untuk kembali menekuni profesi yang sesungguhnya sesuai dengan lisensi yang ia dapat dari perguruan tinggi.
Abdi mengambil jurusan bedah umum, tetapi karena trauma masa lalunya ia enggan menjadi seorang dokter, kemudian akibat desakan kedua orang tuanya dan rasa malu karena tidak ada perubahan dengan dirinya sejak tiga tahun lalu akhirnya ia memutuskan untuk kembali menjadi seorang dokter asalkan tidak lagi memasuki ruang operasi.
Insiden kemarin yang membuat Abdi memasuki ruang operasi membuat ayahnya yakin, bahwa Abdi bisa mengatasi rasa takutnya dan kembali menjalani kehidupan seorang Abdi Putra Rizwaniaga yang supel, ramah, peduli terhadap orang lain dan penyayang.
Sekuat apapun ayahnya membujuknya, Abdi akan tetap pada pendiriannya bahwa ia tidak akan kembali ke ruang operasi itu selain hari kemarin itu pengecualian-karena Abdi sendiri bingung mengapa hari itu ia bisa dengan santai melakukan pekerjaan dengan alat-alat tajam di ruang menegangkan itu- ketika mengingat kejadian diruangan keramat-menurut Abdi- ia tidak bisa mengontrol dirinya sehingga ia harus memfokuskan pikirannya agar terhindar dari kejadian hari tragis itu
Abdi tidak ingin mengingat hari itu tapi ia selalu saja diingatkan kembali dengan perawat bodoh dipojokan yang selalu susah ia hindari. Ia tidak mengerti mengapa perawat pojok itu selalu melintas dihadapannya ketika ia sudah bisa menghilangkan fokusnya pada hari itu.
Dan kembalilah fokus Abdi sekarang saja kau masih memikirkannya aiish! Abdi menggelengkan kepalanya mencoba menghilangkan pemikirannya tentang perawat pojok itu.
"Oh.. dokter! Ternyata kau juga ada disini, aku tidak tau dokter juga suka ketempat ini kemarin aku kesini tapi aku tidak melihat dokter"
Perawat pojok itu datang! Baru saja ia menghilangkan pemikiran tentang wanita ini dan lihatlah ia sekarang menjelma ada didepannya.
"Sedang apa kau disini? Bisa tidak sehari saja kau menghilang dari penglihatanku"
Ucap Abdi tajam pada Dania."Ey,, ini takdir aku tidak pernah berniat ada didepan dokter dan aku juga tidak mengikutimu datang kesini ini murni kebetulan"
Abdi tidak ingin menambah pikirannya dengan memikirkan perawat pojok itu datang kesini. Ia kembali melihat jalanan di bawah sana yang memperlihatkan banyak kendaraan berlalu lalang dengan ukuran yang sangat amat kecil bayangkan saja ini atap rumah sakit lantai 12.
"Dokter kau tidak takut duduk ditepi seperti itu? Mundurlah sedikit kau tidak lihat tidak ada pembatas disana bisa-bisa kau kehilangan keseimbangan jika terus melihat kebawah seperti itu, duduklah disini lihat disinipun masih kelihatan hiruk pikuk ibu kota"
Memang Abdi duduk ditepi dengan mengayunkan kakinya kebawah, dan tempat ini tidak mempunyai pembatas yang ketara tapi tenanglah jika posisimu duduk seperti Abdi kamu akan melihat jika dibawah masih ada taman kecil dari lantai 11 dan tentunya Abdi tidak sebodoh itu duduk dipinggiran dengan tidak memikirkan resikonya.
"Duduklah dengan tenang, jangan mengusikku bukankah kau kesini mencari ketenangan"
Abdi berkata dengan tetap menatap kedepan tanpa menolehkan pandangannya pada Dania"Ah~benar! Aku kesini mencari ketenangan"
Dania mengambil roti, membuka bungkusnya dan mulai memakannya. Ia tidak akan mengeluarkan kata apapun benar kata Abdi tempat ini untuk mencari ketenangan.
"Tapi dokter, karena kita sudah disini.. ada yang ingin ku katakan"
●●●
Terimakasih sudah meluangkan waktu membaca cerita Absurd saya. Mohon bantuannya dengan vote and comment yaa~~
See you😚😚
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovemedical
Ficción GeneralDania seorang wanita perantauan yang ingin memperbaiki hidupnya di kota besar. Lulusan pendidikan matematika yang kebetulan mendapatkan pekerjaan di rumah sakit swasta di Jakarta. Sialnya, sebelum ia mulai bekerja Dania diseret keruang operasi. Baga...