Hari pertama Dania bekerja berjalan dengan lancar, tidak ada masalah, tidak ada keluhan dari pasien atau dari rekannya. Kerja Dania bisa dibilang cukup baik untuk pemula sepertinya.
Semua berlangsung begitu cepat, hingga waktu istirahat tiba. Dania tidak melihat jam, jadi ia tak menyadari waktunya istirahat ia sibuk melihat data-data sebelumnya. Hingga ada yang menegurnya
"Hey! Serius amat, makan siang yuk!" Ajak Mei
"Hah ? Makan siang ? Emang jam berapa ini?"
"Ck jam 12 dasar! Ayoo.. istirahat kita terbatas"
"Aah baiklah" ucapnya sambil membereskan meja kerjanya dan memasang tanda istirahat di atasnya
Dania dan Mei duduk di bangku pojok taman di belakang rumah sakit sambil memakan makan siang mereka.
"Gimana hari pertamamu?" Tanya mei sambil memasukan makanan ke mulutnya
"Hari pertama apa?"
"Ck! Apalagi selain kerjamu hari ini"
"Owh.. aku lebih suka jas leb mu" ucap Dania sambil menyikut lengan Mei
"Bukan seragamnya, kau ini. Suasana di ruang kerjamu"
"Baik, ada AC nya. Aku rasa besok aku harus bawa mantel" jawabnya cuek
"Dasar norak! Terserah, sepertinya aku tak perlu menghawatirkanmu"
Dania hanya tersenyum menanggapi sahabatnya itu. Dania dan Mei kembali fokus pada makan siang mereka hingga suara ponsel Mei menghentikan altivitas mereka.
"Kenapa?" Tanya Dania
"Sepertinya aku harus ke lab sekarang, kau lanjutkan saja makannya ya. Maaf"
"Baiklah.. kau pergi saja"
Mei bergegas menuju lab, dan Dania melanjutkan makan siangnya
"Serasa di anak tirikan" ucap Dania sambil memakan bekalnya
"Siapa?"
"Astaga! Dokter.. kau mengagetkanku" ucap Dania sambil mengelus dadanya. Dokter Ryan yang disindir malah tersenyum
"Jadi, siapa yang anak tiri?"
"Saya"
Ryan mengerutkan dahinya. "Sama?"
"Sahabatku mendapat panggilan barusan, dia di sms disuruh datang ke lab"
"Jadi?" Tanya Ryan masih tak mengerti ucapan Dania
"Ya, aku merasa di anak tirikan"
Ryan tersenyum. Tak mengerti harus menanggapi apa pada gadis di depannya ini, dari pada tambah pusing mending ia mencari topik baru
"Kau sendirian?"
"Gak"
"Terus lagi sama siapa ? Aku tak melihat siapa-siapa disini"
"Kau dokter " ucapnya sambil tersenyum.
"Aahh.. kau benar, kalau gitu siapa sahabatmu itu?"
"Mei"
"Mei? Setauku tidak ada perawat yang namanya Mei disini"
"Memang bukan perawat, tapi ahli gizi"
"Ahli gizi ? Emangnya ada yang namanya Mei ? Mei.. mei.. ah! MEILISA?"
Tanyanya setelah mengingat-ingat nama Mei"Ya, kau mengenalnya dokter?"
"Tentu saja, siapa yang tak kenal si ahli gizi cantik dan jutek itu? Kau berteman dengannya ? Ko bisa?"
"Jutek ? Ya!! Mei itu sahabat terbaikku, dia baik dan gak jutek"
"Aku tau, jadi gimana kau berteman dengannya?"
"Bukan teman tapi s.a.h.a.b.a.t sahabat baik dari kecil"
"Dari kecil? Kau tau Meilisa dari kecil? Jadi.. kau si sahabat rekomend Meilisa itu?" Ucapnya tak percaya
"Ya" jawab Dania, meskipun ia tak mengerti menjawab "ya" untuk pertanyaan yang mana.
○○○
Abdi merasa sangat kesal. Bagaimana tidak ? Hari ini ia disibukan dengan keluhan pasiennya, dan banyak pasien yang meminta ganti dokter. Padahal tidak bisa mengganti dokter seenaknya apalagi sudah rawat jalan, pasti tidak akan ada yang mau menggantikannya.
Karena sikap Abdi yang kurang ramah terhadap pasien dan jarang tersenyum, kemudian nada bicaranya yang tinggi seakan menyentak membuat pasien merasa risih dan tidak nyaman.
Abdi ingin sedikit menenangkan diri dan pikirannya, ia berjalan ke belakang rumah sakit tempat tujuannya adalah taman belakang. Siapa tau jika ia sudah menghirup udara segar, pikirannya akan jauh lebih baik dan bisa menyelesaikan masalahnya.
Langkah Abdi terhenti, ia melihat dua orang sedang berbicara dengan sangat serius di kursi pojok taman.
Tiba-tiba kekesalan Abdi memuncak, suster bodoh dan dokter tengil itu malah asik sendiri disudut taman. Apa yang mereka lakukan hingga tidak melihat situasi dan kondisi.
Abdi menghentakkan kakinya berjalan mendekati dua orang manusia yang sedang berbicara itu.
"Kalian sedang apa?" Tanyanya tajam
●●●
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovemedical
General FictionDania seorang wanita perantauan yang ingin memperbaiki hidupnya di kota besar. Lulusan pendidikan matematika yang kebetulan mendapatkan pekerjaan di rumah sakit swasta di Jakarta. Sialnya, sebelum ia mulai bekerja Dania diseret keruang operasi. Baga...