Theme 10: Monologue

1.8K 231 60
                                    

Happy Birthday untuk dik Gege yang sekarang udh gede, udah 18, dan mau jadi anak kuliahan.

DOUBLE UPDATE!

......................................................................

Sebenarnya aku takut
Pada sinar mentari cerah pagi hari di musim panas.

Sebenarnya aku takut
Pada kota besar dimana tak seorangpun tidur dimalam hari.

Sebenarnya aku takut
Pada cermin raksasa dimana aku bisa melihat diriku yang lain
Yang tidak takut untuk menjadi dirinya sendiri.

Sebenarnya aku takut
Pada gadis bernama Shani
Yang jujur pada perasaannya sendiri
Dan tidak takut untuk mencintai sebuah anomali sepertiku.

Sebenarnya aku takut
Pada perasaan bernama cinta
Yang hanya bisa menyakiti kita
Tanpa ampun
Menyakitkan
Namun
Dia terus membuat kita kembali
Dan menyakiti kita
Lebih dari yang bisa kita bayangkan.

Kalau kalian berpikir aku gila...
Tunggu sampai kalian bertemu dengan Penciptaku.

Dia jauh lebih gila dariku.

...

Hari ini aku bertemu dengan seorang dokter.
Dia cantik tapi bukan itu intinya.
Intinya adalah dia terlihat panik.
Dia memeriksaku, menyentuh setiap bagian tubuhku.
Mengarahkan senter ke mataku.
Mencoba bicara padaku.

Aku mencoba untuk menjawabnya, tapi tidak ada yang keluar.
Aku membuka mulutku, sungguh.
Aku harus menjawabnya atau dia akan memukulku.
Seperti yang dilakukan oleh ayahku...
Seperti yang dilakukan oleh Nino...

Ah sial
Kenapa aku harus mengingat tentang mereka?
Senyum palsu mereka,
Janji kosong mereka,
Sentuhan mereka,
Rasanya menyakitkan.
Seperti ada pedang yang tertancap di kepalaku.

Aku berteriak.
Aku bisa merasakan mereka di kulitku.
Tangan mereka menyentuh setiap inci tubuhku.
Menodaiku.
Menyiksaku.
Membunuhku dari kedua sisi.

Berhenti menyentuhku!
Berhenti mengotoriku!
Jangan sakiti aku!
Pergi!

Tiba-tiba pintu itu terbuka.
Tiga laki-laki bertubuh besar memasuki ruangan.
Sang dokter berdiri dibelakang mereka, meneriakkan perintah.
Dia ingin pria-pria itu menyentuhku juga!

Aku berteriak lagi dan melompat ke arahnya.
Lenganku terulur dan akhirnya mendarat di lehernya.
Lehernya begitu ramping, seperti seekor angsa.
Begitu anggun, lembut dan tanpa cela.

Bagaikan setangkai camelia beku
Aku hanya perlu mencengkramnya
Dan ia akan patah.

Dia meringis kesakitan
Matanya berbicara padaku
Mungkin memohon ampun.

"Dimana Tuhanmu sekarang?"
Aku bertanya padanya dan dia hanya meringis.

Mungkin bodoh melakukan ini
Tapi aku tidak memiliki pilihan.
Aku harus hidup.
Dan kalau aku ingin hidup
Aku harus membunuh siapapun yang mengancamku...

Kan?

...

Hey dengar!
Aku punya kamar baru!

Kamarnya tidak seluas yang sebelummya
Lebih kecil
Tidak ada jendela dan pintunya digembok dengan kuat
Dinding dan lantainya! Oooh aku akan menceritakan pada kalian tentang hal ini!
Dinding dan lantainya ditutupi oleh bantal-bantal! Sangat empuk!
Setiap kali aku mencoba untuk menabrakan tubuhku
Atau menghantamkan kepalaku ke dinding
Sama sekali tidak sakit
Dindingnya terlalu nyaman dan aku suka!

Dan apa kalian tahu? Mereka juga memberiku pakaian baru!
Dibajunya terdapat tali pengikat dan gesper seperti ikat pinggang yang besar.
Tapi sayangnya, warnanya putih karena aku pingin banget pakai yang warna ungu.

Bajunya tidak begitu nyaman karena aku tidak bisa menggerakkan lenganku dengan bebas
Tapi anehnya, baju ini membuatku merasa sangat aman

Baju ini sangat keren!
Aku yakin sekarang tidak ada seorangpun yang akan menyentuhku.

Sekarang aku menghabiskan hari dengan duduk di kamarku.
Terkadang aku akan diam sepanjang hari.
Saat aku bosan, biasanya aku akan bernyanyi atau berteriak seperti para penyanyi di tv.
Ketika aku mengingat tentang Shani, tiba-tiba aku menjadi melankolis.
Aku menangis, memanggil-manggil namanya tapi dia tidak pernah datang.

Oh yah, mungkin dia sibuk dengan karya seninya.

Ada sesuatu yang ingin aku tanyakan padanya
Apa kamu masih mencintaiku?

August's SnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang