Theme 17: Into the Heart

3.8K 295 37
                                    

Tenggelam.

Gracia tenggelam. Air menelannya, menariknya menuju dasar dari laut yang tak berujung ini. Di sekitarnya hanya ada kegelapan tapi Gracia tidak takut. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi padanya tapi dia tidak akan kabur lagi. Tidak ada yang namanya melarikan diri lagi.

Dia terbangun, merasakan tubuhnya menghangat meskipun dikelilingi oleh kegelapan. Matanya perlahan membuka; paru-parunya bekerja untuk memenuhi tubuhnya dengan oksigen. Ya, Gracia bisa bernapas. Karena ini hanyalah mimpi.

Gracia terdiam selama beberapa saat. Dia mendengarkan setiap suara, pada setiap gerakan hanya untuk menemukan tidak ada suara dan gerakan selain dari dirinya.

"Aku punya pertanyaan..."

Tanya Gracia, berharap seseorang dapat menjawabnya.

"Ada sesuatu... atau seseorang yang hilang."

Gadis muda itu berpikir selama beberapa saat. Orang itu sudah mengganggunya dari sejak mimpi ini dimulai. Hal ini membuat Gracia kesal karena dia tidak bisa mengingat apapun tentang orang itu.

Gracia menyentuh dadanya untuk merasakan detak jantungnya yang beraturan.

"Dia seseorang yang penting dan aku gak bisa ingat tentang dia. Bisa kalian bantu aku?"

Tidak ada yang menjawab.

Gracia benar-benar sendiri. Dia meneliti sekelilingnya, hanya untuk melihat kegelapan dan kesepian. Gadis muda itu menghela napas tanda menyerah. Dia biarkan kedua lututnya menekuk dibawahnya saat tubuhnya luruh ke tanah. Gracia memeluk lututnya erat dan menyembunyikan wajahnya. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Tik.

Gracia terkejut saat mendengar suara itu. Dia menemukan sekeping puzzle yang bercahaya di sebelah kaki kirinya. Dia meraih kepingan itu dan memperhatikannya. Apa ini teka-teki lainnya? Setelah verbal riddle, sekarang dirinya harus berurusan dengan puzzle? Benar-benar mimpi yang aneh.

Dia meletakan kepingan pertama di lantai dan tidak lama setelah itu, kepingan lainnya mengikuti. Sebelum Gracia dapat bereaksi, tiba-tiba muncul kepingan-kepingan puzzle entah dari mana. Akan butuh waktu lumayan lama untuk menyelesaikannya.

"Jadi kamu mau aku menyelesaikan ini sendiri hah?" Tanya Gracia kesal.

Dia mulai menyempurnakan puzzle-nya. Dia sebenarnya sedikit marah dengan semua ini, tapi tidak ada yang bisa dia lakukan. Dia bahkan tidak tahu apa yang akan ditunjukan oleh puzzle ini padanya.

"Apa menurut kamu puzzle ini akan menunjukan tentang sesuatu padamu?"

Gracia melirik untuk melihat seseorang berlutut di sebelahnya. Dinilai dari suaranya, sudah jelas perempuan. Suara itu sangat familiar.

Perempuan itu mengenakan sebuah mantel gothic berwarna hitam yang menutupi tubuh rampingnya. Rambutnya yang panjang terlihat begitu berkilau dengan warna hitam kecoklatan. Dia mengenakan sebuah topi sutra hitam dengan dasi kupu-kupu sebagai penghiasnya. Gracia mengalihkan perhatiannya dari puzzle untuk melihat gadis yang tak dikenal itu sedang membantunya.

"Aku gak tau," jawab Gracia.

Perempuan itu mengangguk.

Gracia memperhatikan gadis ini sedikit lebih lama. Dia cantik, walau sedikit pucat. Dengan pipinya yang berwarna pink, bibir merah dan kulit pucat, gadis ini lebih terlihat seperti boneka daripada manusia.

"Kayaknya aku pernah ketemu kamu deh," bisik Gracia tanpa mengalihkan tatapannya dari wajah cantik gadis itu.

"Iya? Dimana?" Perempuan itu balik bertanya dan memberi Gracia sebuah lirikan.

August's SnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang