Move to start

168 17 0
                                    

Sinar sang surya menerobos celah jendela sebuah kamar dengan desain sederhana namun terlihat apik. Tidak berlebihan untuk ukuran kamar remaja perempuan.

Dimeja rias kamar itu tampak sesosok remaja perempuan yang tengah bercermin memandangi pantulan dirinya. Perempuan itu mengenakan seragam putih abu.
Tak ada kesan rapi pada dirinya.
Dia pun tak berniat untuk merapikannya.

Walaupun berada dimeja rias, perempuan itu tak sedikitpun memoles wajah cantiknya. Membiarkan wajahnya terlihat natural. Dia hanya menyemprotkan parfum ditubuhnya. Lalu melenggang pergi meninggalkan kamar.

Perempuan itu, Arina Fiana.
Arina menuruni tangga menuju meja makan. Dan seperti biasa tak ada makanan disana.

Arina melangkahkan kakinya menuju dapur. Tangannya meraih pintu kulkas dan membukanya. Diambilnya satu buah apel merah dari sana. Dan menggigitnya begitu saja.

Pagi ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah libur semester 2. Sekaligus hari pertama di sekolah barunya.
Ya, Arina memutuskan untuk pindah sekolah. Arina tidak sendiri. Melainkan bersama temannya, Dhea Anindia.

Mereka diizinkan pindah oleh orang tuanya karena beralasan sering dibully. Dan orang tuanya percaya begitu saja.

Mungkin untuk begini lebih baik. Bohong untuk kebaikan. Arina hanya berusaha menghindar dari situasi yang sangat tidak disukainya, di sekolahnya dulu. SMA Damai.

Bukan situasi dimana mereka benar di bully. Melainkan situasi dimana Arina dan Dhea selalu menjadi pusat perhatian semua siswa siswi SMA Damai.

Ya, mereka menjadi siswi populer dengan bidang keahlian berbeda. Hanya satu yang sama, cantik. Itu kata kebanyakan siswa.

Arina menjadi pusat perhatian dimulai dari hari pertama kelas X saat melakukan PLS. Saat itu banyak di antara cowok yang bersiul ria ketika melihatnya.
Arina memang cantik. Jadi wajar saja seperti itu.

Apalagi saat Arina terlambat dan hendak di hukum oleh salah satu anggota OSIS cewek, namun di larang oleh ketua OSIS sendiri. Yang notabenenya cowok most wanted di sekolah itu. Arina semakin membuat banyak siswi iri saja.

Arina semakin terkenal saja saat dirinya diketahui mahir dalam bermain basket. Ya, bakat itu terlihat saat dirinya berada di bangku SMP.

Soal aksi bulliying, waktu itu memang pernah malah sering ada kakak kelas yang iri dengannya dekat dengan ketua OSIS.
Arina dan Dhea pernah sekali dijebak di kamar mandi. Mereka dikunci disana. Dan diguyur dengan air cucian piring di kantin. Waktu itu Arina sangat malu, juga marah dengan perlakuan kakak kelasnya itu. Dhea apalagi, dia merasa bukan orang lemah. Jadi saat itu mereka naik ke toilet duduk yang ada disana dan loncat dari sana. Ya, meraka berhasil keluar.

Arina maupun Dhea tidak peduli dengan pelajaran yang masih berjalan. Mereka langsung mengambil sepeda motor dan pulang dengan basah kuyub. Bahkan mereka meninggalkan tasnya begitu saja di kelas.

Keesokan harinya, Arina membalas perbuatan kakak kelasnya itu. Arina menyiram tiga kakak kelasnya itu dengan air yang sama. Namun bukan di kamar mandi melainkan di lapangan basket dengan di saksikan banyak siswa siswi SMA Damai.

Sebenarnya Arina tidak ingin mengingat hal itu. Yang ada dipikirannya sekarang adalah berangkat ke sekolahnya yang baru dan belajar dengan tenang di sana sampai lulus.

Arina bergegas keluar rumah dan mengambil motornya di bagasi. Sekilas terlihat ada yang melintas di depan rumahnya tanpa menoleh sedikit pun.

Katanya mau barengan.

Dia Dhea Flaradia. Sahabat kecil Arina sekaligus tetangganya. Rumah Dhea dan Arina terhalang oleh dua rumah saja. Membuat mereka begitu akrab sejak kecil.
Dhea juga ikut pindah ke SMA Bina Bangsa.

AquecerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang