Rasanya ngobrol sama kamu itu seperti apa. Rasa mangga, rasa jeruk, rasa coklat atau vanilla?
Raka Ferdiandaru.
Bukannya langsung masuk kelas Raka dan Nando justru melanjutkan aksinya di koridor kelas XII. Padahal bel masuk sudah terdengar sejak tujuh menit lalu. Mereka sama sekali tidak takut bahkan tidak malu dengan para seniornya. Apalagi Raka dengan mukanya yang masih ada coretan spidol yang sudah luntur tanpa ragu meneriakkan namanya."Raka bukan pecundang!"
"Ingat, ya. Raka bukan pecundang!"
Seniornya yang masih di luar kelas sebagian tertawa, sedangkan yang lain merasa jengah dengan tingkah junior satu ini.
Raka berhenti pada salah satu kelas yang di sana ada Algan dan temannya. "Hai, bang Alganteng! Gimana, sehat? Aku rindu. Fans nya tambah banyak, ya?" mendengar kalimat itu Algan bergidik ngeri.
Algan itu kakak kelas baru Raka sejak enam bulan lalu yang sangat terkenal karena tampan dan ramah yang membuat para cewek teriak histeris. Apalagi saat Algan memasukkan bola basket ke ring.
Algan yang selalu bersikap manis di depan umum bisa mendadak jadi cowok sinis ketika berhadapan dengan makhluk berjenis manusia hidup macam Raka. "Makin hari makin gila saja ini anak." gumamnya.
"Gila gitu adik lo, kan?" sahut Fauzan sambil terkekeh.
"Enak saja. Gue mana sudi punya adik modelan dia." sentak Algan tak terima.
"Yee, gini gini gue lebih ganteng dari lo, tahu." kata Raka dengan percaya dirinya sembari membenarkan kerah dasinya.
"Dilihat dari manapun, ya tetap ganteng gue lah." sahut Algan tak mau kalah.
"Ganteng gue!"
"Ganteng gue!"
"Ganteng gue!"
"Muka lo saja jelek gitu," Algan tertawa sembari memotret tampang Raka yang sangat kacau itu.
Raka merebut ponsel Algan. "Loh, muka gue kenapa hitam gini?" kenapa juga Raka tidak menyadarinya dsri tadi.
"Nando, muka gue jelek. Kenapa lo nggak bilang?" Raka memekik seperti cewek yang berhasil bertemu oppa korea. Nando hanya tertawa karena mukanya sudah bersih sejak tadi.
"Sini ponsel gue," Algan mengambil ponselnya.
"Gue uploud." Algan tertawa puas.
"Apa yang kamu lakukan itu JAHAT." kata Raka memberi penekanan pada satu kata terakhir. Kemudian melangkah pergi. Beberapa siswa di koridor nampak tertawa.
"Tunggu gue,"
_AR_
"Ar, besok Kayra mau traktir kita di kantin." ucap Dhea antusias.
"Boleh." katanya sambil memainkan ponselnya.
"Kayaknya kita sudah jarang hang out sama Kayra lagi, deh."
"Kayra sibuk."
"Iya, sih. Tapi.." ucapannya terpotong kala bu Lina guru bahasa indonesia, sekaligus wali kelas mereka masuk.
"Siang!" dan pelajaran pun dimulai.
Saat bu Lina sedang menulis materi di papan tulis, Raka datang mengendap endap sembari memberi isyarat pada teman temannya untuk diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aquecer
Teen FictionDunia dingin dan penuh masalah milik Arina seakan bertambah berantakan saat pindah sekolah. Arina yang ingin menyelesaikan masalahnya di sekolah itu justru bertambah rumit ketika Raka si cowok receh dikelasnya selalu mengusik dirinya. Rasanya Raka...