Mari kembali pada keadaan yang sama di tempat yang berbeda dengan cerita berbeda pula.
"Satu kelas juga ikutan kelas tambahan musik. Ngapain lo daftar ekstra?" kata Rini yang diikuti sahutan dari beberapa siswa yang sudah berada di kelas.
"Jadi, kalian nggak tahu kelas kita ada embel-embel SB dibelakangnya?" lanjut Rini kembali.
Arina dan Dhea hanya saling pandang bingung dengan pernyataan itu. "Kalo kelas ini SB kenapa banyak cowoknya, bukannya biasanya.." Keheranan Dhea terpotong oleh Nando yang baru saja datang langsung menimbrung pembicaraan pagi ini.
"Dhea cantik, apa selama ini lo kira kelas kita kelas otomotif?" kemudian tawanya meledak diikuti siswa lainnya yang ikut terbahak.
Apa yang lucu, mereka benar benar tidak paham. Jadi, selama ini Arina berada di kelas seni budaya. Lantas, siapa anak yang dimaksud papanya dalam tulisannya itu. Apa mereka tahu semua yang dialami papanya beberapa bulan lalu. Dan bagaimana Arina bisa mengetahui hal itu. Bukannya ini bisa lebih mudah orang yang dimaksud pasti ada di kelas ini bukan. Pertanyaannya apa Arina harus menyelidiki satu persatu teman kelasnya. Bukannya mudah tetapi semakin rumit saja.
"Hei, kelas seni juga nggak kalah sama anak IPA. Kita banyak, kok, prestasinya. Akademik, kita nggak sejelek yang kalian bayangin. Kita nggak pernah nyontek. Tenang aja. Kalian aman di kelas ini." ujar Nando puas sambil menyurai rambutnya.
"Oh, ya? Terus yang kemarin di hukum bersihin kamar mandi karena ketahuan nyontek waktu ulangan sejarah siapa, ya?" lempar Rini dengan tampang mengejek melihat Nando yang sok bijak.
Ketika Arina dan Dhea masih dalam keadaan terkejut juga tawa seisi kelas yang masih terdengar. Sosok konyol itu datang dengan wajah berseri seri layaknya pemenang kuis iklan jutaan rupiah.
"Hollaaa, kalian semua harus tahu!" siapa lagi kalau bukan si receh Raka Ferdiandaru. Dia berteriak teriak histeris sambil merentangkan kedua tangannya ala youtubers yang sedang memberi kejutan.
"Gue jadi KAPTEN FUTSAL LAGIII YEEYYYY," soraknya heboh sendiri macam ibu-ibu yang baru saja mendapat arisan.
Seisi kelas terdiam hanya menatap datar Raka.
"Kenapa diem, sorakin gue dong. Kembarannya Jungkook lagi bahagia ini. Astagaaa!"
Arina yang mendengar itu tak sanggup untuk melihat mimik wajah Raka yang pastinya konyol itu.
"Horeee, hhuuhhuu, kita seneng dong. Kapten kita kembali."
"Ayo teman teman kasih ucapan selamat untuk Raka." Teriak Nando mengundang kehebohan.
Dan keheningan kelas kembali gaduh dengan lemparan botol yang ditujukan pada Raka secara kompak. Mungkin karena penuhnya laci mereka dengan botol mineral jadi berguna untuk hal seperti ini.
"Nah, udah kita sorakin. Puaskan lo. Awas aja nggak traktir." teriak Nando dari pojokan.
"Horee! Mari ke kantin, teman-teman! Raka yang bayar." tambah Tara tak kalah heboh.
Kini raut Raka yang berubah datar.
"NGESELINNN!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aquecer
Teen FictionDunia dingin dan penuh masalah milik Arina seakan bertambah berantakan saat pindah sekolah. Arina yang ingin menyelesaikan masalahnya di sekolah itu justru bertambah rumit ketika Raka si cowok receh dikelasnya selalu mengusik dirinya. Rasanya Raka...