6. Pertemuan

58 10 0
                                    

Bagaimana bisa aku tak merindukan sosok yang selalu meramaikan hariku.

~

Setelah beberapa bulan tidak bertemu, dan bahkan tidak saling memberi kabar. Algan meminta Arina untuk bertemu di rooftop sekolah barunya ini yang bahkan tidak diketahui dimana jalan menuju kesana. Terakhir bertemu sekitar dua bulan lalu di rumah sakit, setelahnya Arina tak pernah lagi melihatnya. Dan siang ini saat istirahat kedua sesuai kesepakatan mereka akan bertemu di rooftop.

"Gimana? Lo jadi ketemu dia, kan?" Dhea segera menanyakan hal itu pada Arina saat bel istirahat kedua berbunyi memecahkan keheningan.

"Jadi, tapi gue nggak tahu dimana jalan ke rooftop." kata Arina jujur.

"Gitu aja bingung, Ar. Ya lo tinggal tanya Algan lah. Jangan bilang, lo udah nggak punya kontaknya?" Dhea memicingkan matanya.

"Iya, ya." Arina membuka ponselnya dan mencari nama itu.

Gue nggak tahu dimana jalan ke rooftop.

Pesan itu terkirim, namun belum dibaca oleh sang penerima.
Setelah sesaat menunggu ponsel Arina bergetar menandakan sebuah pesan masuk.

Algano Faiza
Naik tangga dekat gudang di ujung koridor kelas 12.

Arina beranjak dari tempat duduknya setelah membaca pesan itu.

"Arina!" belum sampai keluar kelas Raka sudah memanggilnya dan mau tak mau langkah Arina terhenti dan menoleh ke sumber suara.

Raka berlari kecil untuk menyusul Arina. "Kantin bareng, yuk!"

"Lo nggak bakal nolak, kan? Ya nggaklah mana ada sih yang mau nolak ajakan pangeran ganteng kayak gue." Raka mengusap rambutnya sambil tersenyum manis.

Arina mengernyitkan dahinya heran. Ada ya cowok kayak Raka yang terlalu percaya diri seperti ini. Apa Raka tidak berpikir nantinya jika ajakannya itu ditolak, lantas ekspresi macam apa yang akan dia tunjukan. Atau memang Raka ini sudah kehilangan rasa yang bernama malu? Entahlah Arina tidak habis pikir.

"Em, gue.." belum sempat Arina menjawab tangannya sudah ditarik oleh Raka keluar dari kelas.

"Gue tahu lo malu kan mau bilang iya? Duh, gue jadi tambah gemes." Raka terkekeh geli.

"Gue ada urusan, maaf!" Arina melepas genggaman tangan Raka dan berlalu meninggalkan Raka yang masih diam di tempat.

"Ke kantin bareng aja ditolak, apalagi lo minta dia suka sama lo. Raka temen gue yang paling bego lo jangan berharap lebih, deh." Nando tiba-tiba saja berbicara panjang lebar hanya untuk meledek Raka.

"Nando nggak boleh gitu kasian tuh, abang Raka merana." Tara terkekeh melihat ekspresi datar Raka.

"Raka mana bisa nyerah gitu aja," jawabnya dengan mendongakkan dagunya sembari berjalan angkuh meninggalkan Nando.

"Dihh, jijik!" Nando pun melengos pergi bersama Dino.


_AR_

K

oridor kelas 12 terlihat sangat ramai. Siswa siswi berhamburan keluar dari kelas.
Disini Arina sendiri, terus melangkahkan kakinya menuju ujung koridor yang dimaksud oleh Algan.

AquecerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang