Elfarga | Four

37.8K 1.7K 8
                                    

***

Kesan pertama Felli memasuki ruang kepala sekolah adalah dingin. Itu membuatnya nyaman dan rasanya ingin merebahkan diri disofa. Sambil menunggu kepala sekolah datang, Felli melihat-lihat isi ruangan. Tidak seperti sekolah-sekolah lain yang ruang kepala sekolahnya terkesan biasa saja, ruang kepala sekolah di SMA Pancasila tampak mewah dengan beberapa properti tambahan.

"Ini sekolah elite apa, ya?" Tanyanya bermonolog.

"Assalamualikum,"

Felli menoleh ke arah pintu, dimana seorang pria berdiri memasang senyuman ramah.

"Walaikumsalam." Jawab Felli sembari berdiri dari duduknya dan menarik senyuman ramah.

"Kamu Fellicya Arscharlie?" Tanya pria itu dengan ramah.

"Iya, Pak. Saya Fellicya Arscharlie, siswi pindahan dari Bandung." Jawab Felli, memperkenalkan dirinya.

"Saya sudah tahu. Silahkan duduk!"

Felli tersenyum simpul kemudian duduk kembali disofa empuk kesukaannya. Matanya mengikuti arah pria tadi yang ternyata ikut duduk di depannya.

"Saya Rahman Adito, kepala sekolah SMA Pancasila. Kamu sudah tahu?"

Felli menggeleng. "Saya baru tahu sekarang, Pak." Jawab Felli, disambut kekehan dari pria yang rupanya adalah kepala sekolah SMA Pancasila.

"Kamu sudah resmi jadi siswi di SMA Pancasila sekarang. Dan karena kamu punya banyak prestasi, kamu dikhususkan memilih kelas mana yang ingin kamu masuki." Tutur Pak Rahman. "Kelas sebelas di sini sampai XI-9. Kamu mau masuk dimana?"

Felli berpikir sebentar. Tentu saja ia bingung mau memilih apa, mengingat ia tidak tahu bagaimana orang-orang yang menghuni setiap kelas.

"Kalo saya sih, mendingan pilih XI-1, biar terkenal pintar." Pak Rahman kembali memberikan pendapat.

"Pak, kalo boleh tahu, XI-2 isinya modelan gimana, ya?"

Pak Rahman tertawa lagi mendengar pertanyaan Felli. Entah apa yang lucu, Felli tidak mengerti. "Disana rata-rata diisi murid-murid yang hobi berorganisasi. Jadi mereka banyak kesibukannya."

Felli mengangguk mengerti. "Kalo gitu, saya pilih XI-3, Pak." Timpal Felli dengan yakin. Entah mengapa, hati dan pikirannya tertuju dikelas itu. Ia berharap, semoga pilihannya tepat.

"Yakin? Kelas XI-3 itu bagus. Hanya saja, kata guru-guru, mereka itu cerewet. Kadang, ada beberapa guru yang mengadu ke bapak kalau mereka susah diatur."

Felli tersenyum tipis saat mendengar apa yang Pak Rahman deskripsikan tentang kelas yang dipilihnya dengan yakin. "Nggak tahu kenapa, saya malah senang masuk di kelas kaya gitu, Pak. Lagian, saya pindah untuk belajar. Dan pelajaran yang diterima disetiap kelas pasti sama. Jadi soal kelas yang saya tempati, itu nggak masalah, Pak." Balas Felli.

Pak Rahman mengangguk paham. "Saya senang dengan pemikiran kamu. Kalo gitu, setelah upacara, kamu langsung ke kelas XI-3. Letaknya sejajar dengan kantin sekolah."

"Iya, Pak. Terima kasih."

***

Menjadi murid yang berstatus anak baru tentunya sangat berat pada awal-awal pindah. Harus menyesuaikan diri di lingkungan baru, mencari teman baru, hingga merasa canggung saat bertemu orang-orang. Seperti Felli sekarang, gadis itu merasa canggung dan salah tingkah saat melewati koridor menuju kelas XI-3.

Upacara sudah selesai sepuluh menit yang lalu dan kini ia harus mencari dimana kelasnya berada. Berbekal percaya diri, Felli melewati koridor yang ramai.

Ada beberapa orang yang terang-terangan menatap ke arahnya penuh tanya dan selidik mulai dari bawah sampai atas. Risih? Mungkin tidak. Felli sudah paham kalau dia anak baru. Makanya menerima tatapan seperti itu.

Senyuman tipis tercetak dibibirnya begitu berhasil menemukan kelas yang diatas pintunya tertempel tulisan XI-3. Ia bersyukur karena kelasnya berada di lantai bawah. Jadi selama bersekolah, ia tidak perlu bersusah payah naik turun tangga yang akan membuat betisnya berotot.

Ada sedikit keraguan didalam dirinya untuk sekedar mengetuk pintu. Apalagi kelas barunya itu sedang berisik. Jadi, ia memutuskan untuk langsung masuk.

"Permisi," ucapnya dengan ramah. Kelas yang tadinya berisik dan terlihat kacau tiba-tiba hening. Beberapa siswi yang sibuk mengipasi diri mereka yang sedang kegerahan langsung berhenti.

"Siapa, ya?" Seorang laki-laki yang duduk di pojok kelas langsung berdiri dan menghampiri Felli yang masih berdiri di depan pintu.

"Gue Fellicya Arscharlie. Anak pindahan dari Bandung." Jawab Felli dengan ramah. Bagaimana pun juga, ia harus bersikap baik pada hari pertama sekolah. Itu juga salah satu cara untuk mendapatkan teman.

"Oh anak pindahan. Kenalin, gue Al-Akmal. Lo bisa manggil gue Akmal. Gue ketua kelas XI-3. Salam kenal." Cowok bernama Akmal dan menjabat sebagai ketua kelas itu mengulurkan tangannya.

"Gue biasa dipanggil Felli. Salam kenal juga, Akmal." Felli membalas jabatan tangan Akmal.

"Halah Si Akmal modus!"

"Bener tuh, Jaya. Akmal mah pura-pura kenalan, terus megang-megang tangan. Idih." Cibir seorang cewek yang sedang memegang kipas.

"Woi diem lo pada! Ini anak baru. Namanya Fellicya. Lo bisa manggil dia Felli. Sekarang dia bakal sekelas sama kita. Gue harap lo semua baik ya sama dia. Awas aja kalo nggak." Seru Akmal, memperkenalkan Felli kepada satu kelas.

"Fel, lo bisa duduk disamping Rini. Cewek yang duduk sendirian disana." Akmal menunjuk seorang cewek yang nampak sibuk mengobrol dengan teman yang duduk di depannya.

"Makasih. Gue kesana, ya?"

Setelah mendapat balasan anggukan dari Akmal, Felli segera berjalan menuju tempat duduk yang ditunjukkan oleh Akmal. Tepatnya di samping seorang cewek bernama Rini itu.

"Permisi, Akmal bilang, gue duduk disini. Boleh nggak?" tanya Felli.

Seketika, Rini dan temannya yang asik mengobrol menoleh ke arahnya dengan tatapan bingung.

"Lo siapa? Pindahan, ya?" Tanya cewek bernama Rini itu.

"Iya, tadi gue udah ngenalin diri di depan. Nggak liat, ya?"

"Nggak. Gue asik ngobrol jadi nggak nyadar. Btw, lo bisa duduk disini kok. Ayo!"

Felli tersenyum manis. Setelahnya, ia menaruh tasnya di atas meja dan duduk dibangkunya.

"Kenalin, gue Anggraini Ayu Ningsih. Lo bisa manggil gue Rini." Cewek yang kini duduk di samping Felli itu mengulurkan tangannya.

"Gue Fellicya Arscharlie. Biasa dipanggil Felli."

"Gue Annisa Analidya. Bisa dipanggil Nisa. Salam kenal."

"Iya, salam kenal juga."

Yang selanjutnya terjadi adalah Felli menjelaskan mengenai alasan mengapa ia pindah ke Jakarta dan dimana ia tinggal selama di Jakarta. Tentu Felli dengan senang hati menjelaskannya.

Hingga akhirnya mereka pergi ke kantin bersama dan mulai menjalin pertemanan dengan Rini dan juga Nisa. Ia berharap, kedua teman barunya itu akan menerimanya sebagai teman dengan senang hati. Ia harap.

TBC

ELFARGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang