Elfarga | Thirty Three

21.6K 1.2K 76
                                    

***


“K—Kak Farga?!” Felli ternganga di depan pintu ketika Farga berdiri di hadapannya sambil menatapnya bingung. Felli mundur selangkah ke belakang. Ia tiba-tiba diselimuti rasa gugup yang luar biasa, apalagi saat ini Farga tampak lebih tampan ketika memakai pakaian biasa. Melihat
Farga menatapnya aneh, Felli tersadar dengan keadaannya saat ini.

Rambut berantakan karena baru selesai keramas dan belum menyisir rambut, handuk basah yang melingkari lehernya, serta pakaian serba kedodoran yang biasa ia pakai jika hanya bersantai di rumah. Felli mengumpat didalam hati.

“Masuk, Kak, aku ganti pakaian dulu.” Felli membuka lebar-lebar pintunya—mempersilahkan Farga masuk. Ia bergegas menuju kamarnya dan berganti pakaian secepat kilat. Tidak lupa memoleskan pelembab bibir ke bibirnya, merapikan rambutnya, dan sedikit memakai bedak agar tampak fresh.

“Duh, pasti tadi Kak Farga ngeliat gue kaya gembel,” ucapnya ber-monolog sambil menatap dirinya didepan cermin. “Kok makin ganteng aja ya tuh orang?” Felli menggeleng cepat ketika menyadari omongannya itu.

Ia tadi menyuruh Farga menunggunya di ruang tamu karena ruang tengahnya sedang dalam keadaan tidak rapi seperti biasanya. Selain karena mager membereskan, Felli tak sempat.

Ia bergegas keluar dari kamarnya setelah memakai hoodie abu-abunya untuk melengkapi penampilannya hari ini. tidak mau membuat kakak kelasnya—Farga—Felli bergegas turun ke lantai satu dan menuju ke ruang tamu setelah mematikan televisi.

Felli bingung ketika tidak mendapati Farga ada di ruang tamu. Ia celingak-celinguk, lalu memutuskan untuk keluar dari rumah. Barangkali saja Farga ada di luar. Felli terdiam di terasnya ketika melihat Farga ternyata ada di dalam garasinya sambil membuka kain yang menutupi motor Felli sejak beberapa hari yang lalu.

Sambil terbatuk-batuk karena debu yang berterbangan ketika Farga menyingkirkan kain itu, Farga mengibaskan telapak tangannya di depan wajahnya. Tanpa sadar, senyuman Felli mengembang sedikit. Entah karena apa, mungkin naluri anak gadis yang menyimpan kekaguman kepada kakak kelas gantengnya tiba-tiba membara.

“Kak Farga ngapain?” tanya Felli—mencoba membuka pembicaraan. Ia melirik jam tangannya yang telah menunjukkan hampir pukul enam sore. Lama juga Farga datang.

“Debunya banyak, lo jarang membersihkan?” pertanyaan Farga itu sontak membuat Felli terdiam. Memang sih, Felli jarang membersihkan. Paling kamarnya saja, atau tempat yang paling sering ia tempati.

Bukan salah Felli sebenarnya jika debu disana banyak. Toh ia memang tidak memiliki keperluan di garasi. Motor itu juga tidak pernah digunakan. Tentu saja mengundang banyak debu yang menempel.

“Kan motornya nggak pernah kepake, Kak. makanya berdebu,” jawab Felli sejujur-jujurnya.

Farga tidak menjawab. Ia berjalan keluar dari garasi, lalu menghempas-hempaskan kain itu agar debunya hilang, kemudian melipatnya dengan rapi dan menaruhnya di atas meja kecil yang ada disana. Felli diam-diam berdecak kagum melihat apa yang Farga lakukan. Satu hal yang Felli dapat simpulkan—Farga itu rajin dan pembersih. Idaman sekali.

“Lo bisa naik sepeda?” Tanya Farga sembari menggerak-gerakkan setir motor Felli ke kanan dan ke kiri—memeriksa apakah ada kerusakan atau tidak.

Felli mengangguk ragu. “Bisa sih, Kak. Tapi pake roda bantu,” jawab Felli dengan suara makin memelan diujung kalimatnya.

Farga yang mendengar jawaban itu langsung menatap Felli dengan tatapan mata menyiratkan sesuatu seperti kaget, merasa lucu, dan ekspresi lainnya. Felli menipiskan bibirnya, mencoba menyembunyikan senyuman kekinya.

ELFARGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang