Meskipun sedang terburu-buru, Farga berusaha mengontrol langkah kakinya agar tidak berlari. Ia tidak mau orang-orang beranggapan kalau ia sudah terlambat masuk kelas, padahal kenyataannya, ia memang sudah terlambat. Farga itu orangnya konsisten sebenarnya. Jika ia sudah membentuk image-nya sebagai siswa teladan yang harus menjadi panutan, maka ia tidak akan melanggarnya. Ia akan terus berusaha agar image-nya terjaga dengan baik.
Farga itu siswa kesayangan dan kebanggaan guru-guru. Selain memiliki fisik yang luar biasa, masalah otak juga tidak diragukan lagi. Sudah banyak piala serta piagam prestasi yang ia sumbangkan di sekolahnya dan hal ini sudah terjadi sejak ia duduk di bangku sekolah dasar. Banyak orang mengatakan, Farga itu bukan pintar lagi, namun cerdas. Ia bisa menguasai semua mata pelajaran dengan mudahnya. Meskipun sebenarnya, Farga kadang tidak mood mengikuti satu pelajaran tertentu dan memilih bolos kelas.
Tidak hanya unggul dalam bidang akademik, Farga juga unggul dalam hal olahraga basket. Setiap ada pertandingan basket, Farga selalu diikutkan dan sekarang ia menjabat sebagai kapten basket. Jabatan itu tidak didapatnya dengan cuma-cuma tentunya. Ada banyak hal yang menjadi ketentuan, dan ketentuan-ketentuan itu sudah berhasil Farga capai.
Farga mengira, koridor kelas sudah sepi karena jam pelajaran sudah dimulai. Kenyataannya, masih banyak siswa yang berlalu-lalang. Farga melirik arloji hitam yang melingkar dipergelangan kirinya. Ia hanya terlambat sepuluh menit, semoga saja gurunya masih mengizinkannya mengikuti ujian hari ini.
Dilain tempat, Felli mengerutkan alisnya ketika tidak sengaja melihat Farga baru saja melintas di depan kelasnya dengan langkah cepat. Ia mengetuk-ngetukkan pulpennya didagu, seraya memikirkan kemana cowok itu tadi pergi sampai terlambat seperti itu?
Felli melirik Rini yang duduk di sebelahnya dan tampak sibuk dengan ponsel ditangannya, sedangkan Nisa sibuk membaca sebuah novel remaja yang menjadi tugas mereka kemarin.
Felli menghadap ke depan, ke arah ketua kelas yang tengah menulis sesuatu dipapan tulis, dan di sebelahnya, ada teman sekelad Felli, Kevin, yang berdiri sambil mengangkat kakinya satu. Alasannya karena Kevin tidak mengerjakan tugas rumahnya. Felli nyaris saja dalam posisi itu, untung saja tadi ia pulang.Selain dikenakan hukuman mengangkat kaki satu di depan, Kevin juga terancam tidak mengikuti ujian semester. Sungguh guru yang tegas sekali.
Pelajaran berjalan santai. Sang guru memberikan sepuluh nomor tugas, dan setelah selesai, mereka dibolehkan melakukan apapun kecuali ribut dan tidur. Mereka bertiga sudah menyelesaikan tugas, makanya bisa bersantai sekarang.
"Rin," panggil Felli hampir berbisik, tidak mau menimbulkan keributan.
Rini langsung menoleh. "Hm?"
"Gue ke toilet bentar, ya?"
"Mau gue temenin?"
"Enggak usah. Cepet kok." Felli menggeleng kemudian berdiri dari bangkunya. Ia berjalan ke depan kelas, seraya mengumpulkan keberaniannya untuk meminta izin kepada guru yang tengah mengajar.
Tidak butuh waktu lama, Felli sudah keluar dari kelasnya dan kini tengah berjalan menyusuri koridor kelas. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling, mengamati lingkungan sekolah barunya yang belum semuanya ia susuri. Toilet ada di sudut bangunan kelas sebelas, berdekatan dengan kelas dua belas.
Sebelum memasuki toilet, langkah Felli tiba-tiba terhenti. Ia memasang telinganya baik-baik ketika mendengar suara siswi yang tengah mengobrol di dalam toilet. Bukannya, bagaimana, tetapi mereka kini membahas tentang Farga, sosok kakak kelas yang membuat Felli terbingung-bingung dengan sikapnya.
Tidak mau terlihat jelas sedang menguping, Felli memutuskan untuk masuk dan menuju salah satu bilik toilet. Dengan begitu, ia juga bisa mendengar lebih jelas.
"Gue juga tadi liat kok, Kak Farga baru dateng. Tumben banget dia telat."
"Gue denger dari Siska, katanya tadi Kak Farga nganterin anak baru buat ngambil bukunya yang ketinggalan. Mungkin karena itu deh Kak Farga telat."
"Nganterin anak baru? Anak baru siapa? Emang ada?"
"Dih, kudet banget lo. Ada tahu! Cewe lagi, mana cantik lagi orangnya. Dia apanya Kak Farga, ya? Kok bisa dianterin?"
"Jangan-jangan... Pacarnya?"
"Ngaco lo! Udah ah, ayo balik kelas!"
Felli hanya bisa mengusap dadanya, bersabar, ketika ia mendengar langsung orang yang tengah bergosip tentangnya. Ia tidak menyangka jika kabar tentang dirinya yang diantar oleh Farga bisa menyebar dengan cepat sampai-sampai ia dikatakan sebagai pacarnya Farga? Hello, gosip murahan sekali.
Ia mendudukkan dirinya didudukan toilet, lalu berpikir sejenak.
Se-famous itukah Farga sampai dijadikan bahan gosip adik-adik kelas?
Apakah Felli salah karena sudah terlibat dengan cowok itu?
Apakah Farga adalah tipe cowok Most Wanted, yang selalu menjadi tokoh kesukaan Felli dinovel-novel remaja?
Felli berdecak, lalu menggigit kukunya.
"Semoga pemikiran gue salah!" Ucapnya, sebelum akhirnya keluar dari bilik toilet dan berjalan menuju cermin. Ia menatap wajahnya sendiri. Ada banyak teka-teki mengisi kepalanya sekarang.
"Dia siapa sih?"
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
ELFARGA
Teen Fiction[DILARANG PLAGIAT!] Fellicya Arscharlie. Gadis yang unggul dalam seni beladiri, namun tak unggul dalam urusan hati. Mampu menangkis pukulan lawan, namun tidak dapat menangkis pesona seorang Elfar Gabrielo. #27 diteenfiction