Masih ingat?
***
Mata Felli terbuka lebar. Jantungnya berpacu lebih cepat, pengaruh lelah berlari bercampur dengan keterkejutan ketika menyadari kini seorang siswa berparas rupawan yang berstatus kakak kelasnya sedang berdiri menatapnya. Farga.
Tanpa ekspresi, Farga menatap mata cokelat Felli. Menunggu gadis itu menetralkan napasnya yang jelas sekali terlihat ngos-ngosan.
"Masalah apa sama Mark?" Kalimat tanpa nada akhirnya keluar dari mulut Farga sebagai pembuka percakapan mereka.
Felli mengangkat pandangan, memberanikan diri menatap balik mata tajam milik Farga.
"Gu-gue..." Felli merutuki dirinya sendiri di dalam hati ketika tidak bisa mengontrol kegugupannya. Tak bisa dipungkiri, tatapan mata Farga berhasil membuatnya salah tingkah. Ia akhirnya menundukkan wajahnya, memilih menatap kedua sepatunya di bawah sana.
"Gue nggak ada masalah sama Mark kok, Kak," jawab Felli dengan suara pelan.
"Kalo nggak ada, ngapain lo lari?"
Alis Felli mengerut. Ia kembali mengangkat pandangannya melihat wajah Farga. "Gue lari karena ditarik sama lo, Kak," jawab Felli.
Farga menghela napas. Benar juga anak ini. "Gue tahu, lo berdua lagi ada masalah, tapi gue nggak mau ikut campur. Gue narik lo kesini karena ada hal lain yang pengen gue bicarain sama lo," ujar Farga.
"Bicara apa, Kak?" Tanya Felli bingung.
"Lo pasti udah tahu Cinta masuk rumah sakit."
Felli menghela napas panjang. Cinta lagi, Cinta lagi. Ia sudah tahu tentang kabar itu. Felli tidak kaget, karena ia sadar, pukulannya kemarin tidak main-main.
"Tahu kok, Kak."
"Nyokap Cinta sekarang udah di ruang kepala sekolah, dia mau ketemu sama lo."
Lagi-lagi hal itu tidak membuat Felli terkejut. Hal biasa.
"Terus?"
Tidak. Felli tidak nyolot. Ia hanya tidak tahu harus bereaksi seperti apa karena hal ini sudah ia duga sebelumnya. Ketika Felli memutuskan untuk menghajar Cinta, segala konsekuensi yang akan ia hadapi sudah ia pikirkan. Jadi, Felli tidak terkejut, apalagi takut.
"Sekarang lo kesana. Jelasin semuanya biar masalah ini selesai," jawab Farga tenang. "Terbuka aja sama kepala sekolah, jelasin semuanya tanpa ada yang lo lebihin atau kurangin. Perlu lo ketahuin juga, nyokap Cinta emosian," lanjutnya lagi.
Emosian? Felli suka itu.
"Sekarang banget gue harus kesana?" Tanya Felli.
Farga mengangguk. "Lo udah ditungguin."
"Oke deh, Kak. Kalo gitu gue kesana dulu. Makasih udah diinfoin." Felli tersenyum tipis. Sebenarnya, ia sedikit kesal karena harus diajak berlari, padahal Farga hanya ingin menginformasikan hal yang menurutnya tidak harus seperti itu penyampaiannya. Ia lelah berlari.
Farga mengangguk pelan. Tangannya terjulur, menyeka keringat yang ada dikening gadis itu.
"Kesana jangan lari, nanti keringat lagi."
JEDER!
Bukannya lebay, tetapi Felli seperti tersambar petir disiang bolong. Seperti ada kupu-kupu yang berterbangan diperutnya. Jantungnya berdegup kencang. Beda, degupan kali ini berbeda. Felli mencoba menahan senyuman. Benar-benar. Farga berhasil membuatnya lemah.
"I-iya, Kak." Felli mengangguk kaku. Sudah bisa ia pastikan, wajahnya sekarang pasti sudah semerah tomat. Tidak mau berlama-lamaan disana karena takut ketahuan salah tingkah, Felli langsung memutar badannya, berlari pergi dari sana tanpa mengucapkan apa-apa lagi.
Farga masih berdiri disana. Menatap punggung Felli yang akhirnya menghilang dibalik tembok. Tanpa disadari, senyuman kecil kini terukir diwajahnya.
TBC
Pendek bgt wkwk, tes ombak guys, baru mulai menulis lagi soalnya wkwk.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELFARGA
Teen Fiction[DILARANG PLAGIAT!] Fellicya Arscharlie. Gadis yang unggul dalam seni beladiri, namun tak unggul dalam urusan hati. Mampu menangkis pukulan lawan, namun tidak dapat menangkis pesona seorang Elfar Gabrielo. #27 diteenfiction