''Yang bener fat ?'' tanya Maudy.
''Gua takut guys,'' ucap Fathia dengan takutnya.
Ketukan tersebut akhirnya berhenti tak lama kemudian, Fathia sempat berfikir untuk membuka pintunya dan mengecek keadaan.
''Lu mau ngapain ?'' tanya Eka.
Fathia berjalan untuk membuka pintunya, hingga sampai pada depan pintu, ia terhenti sejenak. Setelah berfikir untuk tidak membukanya dan lebih mencari aman, Fathia kembali ke depan kamera.
''Udah jangan dibuka dulu pintunya !!'' teriak Gibran.
''Hufftt.....udah guys, udah mendingan sekarang,'' ucap Fathia sambil sedikit bernafas lega.
*22.25*
''Guys, udah mau jam setengah sebelas, udah ada yang harus keliling nih. Hayuk siapa duluan ?'' ucap Eka.
''Gimana kalo gambreng aja, yang keluar duluan dia yang pertama,'' saran Gibran.
''Gambreng ? hahaha serius lu gib, rada gimana gitu,'' balas Salman.
''Ya terus mau gimana lagi ?''
''Yaudah lah, yang lain setuju ?''
''Gua mah ayok aja sih,'' ucap Maudy.
Mereka semua secara bersamaan gambreng, namun Gibran harus keluar terlebih dahulu, ini berarti dia harus menjadi orang pertama yang berkeliling. Salman kedua, Maudy ketiga, Fathia keempat, dan Eka terakhir.
''Lah anjir, gua yang ngasih saran tapi malah gua duluan yang kena, geblek dah,'' ucap Gibran dengan kesal.
''Hahaha kocak lu,'' balas Eka.
''Ah biarin dah, lagian belum terlalu tengah malem.''
Gibran berdiri dari tempat singgahnya, ia membawa kamera, senter dan headset wireless untuk dapat berkomunikasi selama berkeliling. Pertama, ia menyusuri seluruh ruangan di lantai tiga. Tentunya semua ruangan tersebut terkunci, ia hanya melihat ke dalam ruangan melalui jendela, menyoroti setiap meja dan bangku menggunakan senternya. Kemudian ia menuju kamar mandi, mumpung sedang berada di tempat itu. Ia gunakan untuk membuang air kecil, kameranya ia letakan di westafel.
''Lah anjir dia malah kencing,'' ucap Maudy.
''Eh..eh...eh....lu liat gak, ada yang lewat putih-putih,'' ucap Eka.
''Iya...iya gua juga liat !!'' ucap Fathia.
''Lu pada liat apaan ?'' ucap Gibran yang masih berada di dalam bilik.
''Gak tau dah itu apaan, tapi kayanya sih neng kunti, tinggi banget terus kaya melayang gitu,'' ucap Salman.
''Aduh jadi mager keluar gua, aman gak ya guys kira-kira ?''
''Kayanya sih aman,'' ucap Eka.
Kemudian Gibran keluar dari bilik kemudian mengambil kameranya, ia melihat-lihat keadaan sekitar di balik pintu kamar mandi, setelah dirasa aman, ia memberanikan diri untuk keluar untuk melanjutkan investigasi di lantai dua. Baru sampai di tengah-tengah tangga saat menuju ke bawah, ia melihat sebuah penampakan yang berada di belakangnya sambil menatap tajam ke arah Gibran.
''Anjir.....,'' ucap Gibran sambil menoleh ke belakang, tetapi makhluk tersebut sudah tidak ada.
''Kayanya lu diikutin deh,'' ucap Eka.
''Wah gila lu ka, jangan ngomong yang enggak-enggak.''
Gibran melanjutkan penelusurannya di lantai dua, di lantai ini sebenernya tidak ada hal yang aneh terjadi, namun saat ia melewati ruang lab bahasa, bulu kuduknya seketika berdiri. Ia seperti merasakan ada kehadiran sosok tak kasat mata, ia menyenteri ke dalam ruangan, namun tidak ditemui penampakan. Hanya saja ia merasakan bau anyir, dari situ Gibran mulai merasa tidak enak dan berjalan menuju ke ruangan yang lain. Tidak ditemukan hal-hal yang aneh, ia menuju lantai satu. Disini yang lebih ia takutkan adalah penjaga sekolah yang tiba-tiba datang, ia lebih was-was saat berjalan. Menuju ke area kantin, ia mendengar seperti ada suara langkah kaki yang berjalan ke arahnya, ia bersembunyi di salah satu lapak penjual. Suara langkah kaki tersebut makin lama makin terdengar jelas kemudian hilang begitu saja seolah-olah telah melewati Gibran.
''Gila ni sekolah kenapa horor banget kaya gini,'' ucap Gibran.
Di lantai satu ia tidak menemukan hal-hal yang aneh selain suara langkah kaki tadi, namun saat ia melihat ke lantai dua, tepatnya ke arah ruang lab bahasa, ia melihat seperti ada yang menggantung.
''Guys lu liat gak ?'' ucap Gibran.
''Apaan njir itu ?'' ucap Maudy.
''Kaya gua tau dah,'' ucap Eka.
''Please banget gak usah sebut walaupun lu tau itu apaan, gua juga udah tau,'' ucap Gibran.
Ia berjalan menuju ruang lab bahasa, ternyata apa yang ia lihat tidaklah salah. Itu adalah siswi yang gantung diri, ternyata cerita tersebut bukanlah rumor belaka. Kemudian objek tersebut memandang ke arah Gibran dengan tajam, seketika Gibran langsung lari terbirit-birit menuju lantai tiga.
Ia menutup pintu dan mengganjalnya dengan beberapa bangku, kemudian ia menutup jendela kelasnya dengan gorden, mematikan lampu flash dan menuju ke pojok belakang ruangan sambil menahan rasa takut, ia melihat dengan jelas siluet dari makhluk tadi berjalan di depan kelasnya sambil melayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uji Nyali
Paranormal[ HIGHEST RANK : 14 IN PARANORMAL ] Lima sahabat yang telah menjali waktu-waktu SMAnya kini akan berpisah untuk memulai kehidupan barunya di dunia perkuliahan. Namun sebelum berpisah, mereka ingin membuat suatu pengalaman yang tak akan pernah mereka...