Panik

167 11 0
                                    

''Oke semuanya tenang dulu, jangan ada yang lari, tunggu aba-aba gua,'' ucap Salman sambil berbisik.

''Gua udah gak tahan disini, bau banget,'' keluh Maudy.

''Iya gua tau, oke Gibran lu gendong si Eka biar gua yang bawa barang-barang. Lu nanti lari duluan, Maudy ke dua, gua terakhir buat mancing hantu itu.''

Sosok tersebut mulai bergerak melayang ke arah mereka dengan perlahan, Salman dan yang lain mengambil ancang-ancang untuk melarikan diri. Sosok tersebut semakin dekat.

''Oke, satu......dua......sekarang !!!'' Gibran dan Maudy berlari terlebih dahulu sedangkan Salman masih bertahan di dalam untuk memancing sosok tersebut. Sosok tersebut sudah berada di depan kamar mayat, hampir sedikit lagi untuk 'bertatap muka' dengan Salman. Salman bersiap untuk keluar dari ruangan itu, ia berlari namun sayang pintunya tertutup dan kini ia berdua dengan si hantu.

''Salmaaaan.....,'' teriak Maudy.

''Maudy, lu bawa Eka ke mobil, jangan tinggalin dia, gua mau bantu Salman.''

''Oke, oke.....''

Maudy membawa Eka ke mobil sedangkan Gibran berlari kembali menuju kamar mayat, sekuat tenaga ia mendobrak pintunya. Dan saat ia berhasil membuka pintu, Salman tengah dicekik sosok tersebut. 

''Gibraaaan.....arggghhh......''

''Hoiiii.......KEJAR GUA SINI !!'' teriak Gibran.

Hantu itu menatap ke arah Gibran, kemudian menjatuhkan Salman yang dalam keadaan lemah. Gibran berlari menuju koridor untuk memancing tersebut. Salman mencoba bangkit dan berlari keluar.

''Gibran, ayoook !'' teriak Salman.

Gibran menoleh ke arah Salman yang berlari terseok-seok. Kemudian Gibran menghampiri Salman dan keluar bersama dari bangunan rumah sakit tersebut. Mereka berhasil melarikan diri dari kejaran penunggu bangunan itu.

''Man udah gua aja yang ngendarain mobilnya, lu sama Maudy biar Eka ikut mobil gua.''

''Oh iya....yaudah kita ke basecamp,'' ucap Salman yang masih dalam keadaan lemas.''

Mereka semua menuju basecamp yang dimaksud, tempat tersebut merupakan salah satu rumah milik Salman, namun karena jarang ditempati oleh keluarganya, maka mereka berlima lah yang menempatinya. Basecamp tersebut terdapat dua kamar tidur, satu ruang tamu, satu ruang berkumpul, dapur dan tentunya kamar mandi. Tidak lupa halaman yang lumayan luas dengan kolam renang di dalamnya. 

*04.56*

Setibanya di basecamp, mereka  yang tampak kelelahan langsung menjatuhkan tubuh ke sofa. Karena semuanya sudah benar-benar lelah, akhirnya semuanya terlelap ke dalam mimpi. Salah satunya Gibran, ia bermimpi masuk ke dalam suatu ruangan yang sangat gelap dan hampa. Gibran melihat suatu titik putih yang letaknya ada di kejauhan, ia berlari menuju titik putih tersebut. Semakin ia mendekat, muncullah cahaya putih yang membias sangat terang. Tiba-tiba suasana berubah, kini Gibran berada di suatu rungan yang penuh dengan cermin. Ia sesekali melihat sekelebat bayangan putih dari pantulan cermin. Kemudian muncul kembali cahaya putih yang sangat terang, setelah adanya cahaya tersebut semuanya malah menjadi gelap. Gibran mendengar suara yang memanggil namanya, ia sangat mengenali suara tersebut. Suara Eka yang memanggil namanya sambil memita tolong. Gibran mencoba mendekati suara itu, ditemukanlah seorang Eka yang sedang duduk terikat di kursi, di belakangnya ada sosok yang sangat besar, berbulu, bermata merah, bertaring dan bercakar panjang. Ia ketakutan melihat makhluk tersebut, hingga tiba-tiba ia merasa seperti terjatuh dan bangun dari mimpinya.

''Gib, kenapa lu ?'' tanya Maudy.

''Lah, udah siang ya.''

''Lu liat noh jam berapa, jam dua siang ! pules amat tidurnya pak.''

''Serius ? kayanya gua tidur bentara doang dah.''

''Gua tadi bangun duluan sekitar jam sebelasan, terus Salman bangun jam satu. Cepet mandi lu sono terus sarapan, dah gua siapin.''

''Ini mah udah makan siang, oia si Salman mana ?''

''Noh di halaman belakang.''

''Terus Eka ?''

''Gua taroh di kamar tidur.''

Gibran beranjak dari sofa menuju Eka. Ia melihat Eka masih berbaring tak sadarkan diri, kemudian menuju Salman yang ada di halaman belakang. Ia melihat Salman tengah duduk sambil merenungi sesuatu.

''Man...''

''Udah bangun lu, mandi sono. Bau banget keringet dah lu.''

''Iya entar, gua mau ngomong sama lu.''

''Tentang mimpi ? gua sama Maudy juga sama mimpinya.''

''Beneran ? kirain gua doang, kira-kira pertanda apa ya ?''

''Eka masih ada di alam lain.''

''Hadeeeh.....kira-kira gimana ya biar bisa ngembaliin dia.''

''Gua sendiri juga gak ngerti lagi, ternyata sampe segininya.''

''Man, lu udah kasih tau Fathia ?''

''Belom, eh tunggu dulu. Bibinya Fathia bukannya bisa ngurusin hal-hal gaib ?''

''Gak tau dah setau gua dia cuman ngusir setan doang.''

''Bentar....bentar gua coba telpon dulu,'' Salman mengeluarkan HPnya dan menelpon Fathia.

''Halo....,''ucap Fathia.

''Halo thi, bibi lu bisa........''

''Nolongin Eka ? gua tadi mimpi itu juga man, iya bibi gua bisa dan kita lagi perjalanan ke Jakarta.''

''Bolak-balik dong lu.''

''Iya demi sahabat man.''

''Fathia, gua nitip bakpia Jogja....,'' ucap Gibran.

''Makan tuh bakpia, udah ditutup telponnya.'' 


Uji NyaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang