Penunggu Rumah Tua di Tengah Hutan

208 17 0
                                    

''Bran.....Gibrannnn......lu kenapa ?'' tanya Fathia.

''Gibran !!! gila ni anak kenapa dah ?'' ucap Maudy.

''Bran, sumpah gak lucu lo wey, lu kenapa ? jawab !!'' teriak Salman.

''Wah kacau nih anak,'' ucap Eka.

''Sssttt.....diem dulu, gua lagi kedatengan tamu gak diundang ?'' ucap Girbran.

Siluet tersebut berjalan hingga berhenti di depan pintu kelas, suasanya menjadi sunyi sejenak hingga pintu yang ''dikunci'' oleh Gibran tersebut digedor-gedor dengan cukup keras. Ia makin ketakutan hingga mengeluarkan keringat dingin, dalam hatinya ia selalu berharap makhluk tersebut tidak masuk. Kemudian suasana menjadi sunyi kembali, namun Gibran masih bersembunyi di sudut kelas. Hingga cukup lama ia merasa semuanya sudah aman, ia memberanikan diri untuk mengecek luar kelas melalui jendela. Dia sudah tidak melihat sosok makhluk tersebut, namun untuk berjaga-jaga, ia memindahkan peralatan rekamannya ke pojok kelas sambil bersembunyi.

''Gibran, lu udah udah gak papa ?''tanya Fathia.

''Udah...udah...iya....gua gapapa,'' balas Gibran sambil dengan nafas ngos-ngosan.

*23.01*

''Sekarang giliran Salman,'' ucap Eka.

''Waduh gila juga lah ini, sumpah ini hutan gelap banget, kalo di skip bisa gak ? hahaha....,'' ucap Salman.

''Wah baru pertama kali gua liat Salman gak jaim,'' ucap Fathia.

''Masalahnya nih gua dari tadi udah denger suara-suara gak jelas, tapi okelah kalo begitu, gua siap !!'' ucap Salman yang bangkit dari tempat duduknya.

''Semangat Salman !!'' ucap Maudy.

Salman membuka ikatan simpul yang digunakan untuk mengunci pintu, kakinya melangkah keluar dan senternya mulai menyorot ke arah gelapnya hutan. 

''Oke guys ini gua udah keluar dari tempat gua, gimana kalian bisa terhubung kan ?'' ucap Salman.

''Bisa kok,'' ucap mereka berempat.

''Bisa lu liat sendiri ini bener-bener gelap dan lembab, gua gak tau mau kemana yang pasti udah gua tinggalin jejak biar gua gak tersesat.''

*srek....srek....srek...* Salman mendengar suara seseorang berjalan di belakangnya, ia pun berhenti sejenak untuk memtuskan bahwa suara tersebut bukanlah berasal dari dirinya. Benar saja, saat ia berhenti suara tersebut masih ada.

''Lu kenapa berhen......,'' ucap Eka.

''Ssssttt....kaya ada yang ngikutin gua. Woy, yang dari tadi ngikutin gua mending tampakin dirilu sekarang !!'' ucap Salman dengan nada cukup keras.

''Gila lu man, jangan sembarangan ngomong di hutan,'' ucap Fathia.

''Bodo amat, gak takut gua sama yang begituan.''

''Jadi gini kelakuan si Salman, hadeeh....,'' ucap Gibran.

Namun setelah Salman menantang penghuni yang ada di hutan tersebut, suara yang mengikutinya tadi seketika menghilang, ia melanjutkan penelurusannya. Pandangannya hanya bisa dibantu oleh cahaya senter. Setelah cukup lama berjalan, ia melihat sebuah makam.

''Lah ada makam di tengah hutan ?'' ucap Salman.

Iya mendekati makam tersebut untuk mencari tahu siapa yang berbaring di dalamnya, sayangnya saat di dekati tidak terpampang namanya karena nisan yang digunakan berupa batu tua yang menyerupai patok, batu itu pun juga sudah berlumut. Sejenak ia beristirahat dekat makam tersebut sambil melihat-lihat sekitar. Namun karena ia merasa ada yang mengintainya, ia berjalan kembali. Kali ini ia melihat seperti keramaian dengan gemerlap lampu berwarna oranye, ia pikir tempat itu adalah perkampungan ternyata saat didekati berupa sebuah pasar malam.

''Man.....Salman....!!'' panggil Maudy, tetapi Salman tidak menggubris panggilan tersebut, ia terus berjalan di tengah-tengah pasar sambil melihat apa yang mereka jual.

''Guys, gua gak tau kenapa di tengah hutan malem-malem gini ada pasar,'' ucap Salman.

''Hmmm.....man, lu kayanya harus balik deh,'' ucap Gibran.

''Ini sayurannya masih seger-seger, daging-dagingannya juga, terus banyak yang jual mainan jadul. Keren sih kalo menurut gua,''ucap Salman yang sama sekali tidak menanggapi teman-temannya. Ia berjalan ke arah pedagang soto, disitu ia membeli semangkuk soto ayam yang masih hangat.

''Man, woy budeg, yang lu liat itu bukan pasar !!!''

''Lu pada apa-apaan sih, nih gua liatin ke elu semua, udah jelas-jelas ini pasar. Nih gua juga beli soto,''

''Goblok lu man, sumpah mendingan lu pergi sekarang dan yang lu pegang bukan soto, gak ada pasar di sana !!'' ucap Eka.

''Dek, abis dari rumah nenek ?'' tiba-tiba Salman dihadapkan oleh sesosok nenek tua yang berdiri persis di hadapannya, nenek tersebut memiliki postur bongkok dan wajah yang tertutup rambut putih yang terurai panjang. Seketika ia kaget lalu kepalanya mendadak pusing, ia berusaha untuk bertahan sambil menundukan kepalanya. Dan saat ia menoleh ke depan, suasana menjadi gelap dan pasar tadi telah hilang.

''Loh itu pasar mana ?''

''Gak ada pasar, dari tadi emang gelap, lu kayanya sawan. Terus yang lu pegang tadi batok kelapa isinya bangkai tupai, gila ya lu emang,'' ucap Maudy.

''Lah anjir, guys....gua merinding guys.''

''Ehhmm.....iya gua tau apa yang bikin lu merinding, lu jangan liat ke belakang dan mending langsung kabur aja,'' ucap Eka yang melihat sesosok penampakan nenek tua di belakang Salman. Sayangnya Salman yang penasaran malah menengok ke bekalang dan seketika ia kaget bukan main. Ia berlari kembali ke rumah tua tersebut dengan mengkuti jejaknya, namun bukannya sampai di sana, ia seolah berputar-putar di tempat yang sama, padahal ia sudah mengikuti jejak yang ia tinggalkan.

''Fuck !!! kok gua malah balik lagi kesini, aduh bisa mampus gua,'' ucap Salman yang mulai kelelahan.

Sosok nenek tersebut terus mengikutinya dari belakang dan Salman tetap berusaha kabur. Setelah sekian kali ia ''berputar'' di tempat yang sama, ia kembali menemukan rumah tua tersebut. Sesampainya di rumah tua, keadaan baran-barang di dalamnya telah berubah menjadi berantakan, tripod, laptop, dan bangkunya berserakan di lantai. Persetan dengan barang-barang yang berserakan, ia segera ''mengunci'' kembali pintunya dengan tali. Kemudian barulah Salman merapikan barang-barangnya. Di tengah kepanikannya itu, ia mendengar suara wanita yang bernyanyi menggunakan bahasa sunda. Suara tersebut sangatlah dekat, dan saat ia lihat ke arah jendela, sosok nenek-nenek tadi menatap Salman dengan sorotan tajam.

Uji NyaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang