Semuanya Menjadi Kacau

165 15 0
                                    

*00.50*

''Ekaaaaa......guys, Ekaaaaa.......!!!'' teriak Fathia.

''Gimana kalo kita udahin aja ?'' tanya Salman.

''Terus Eka gimana ?'' tanya Fathia.

''Gua, Maudy sama Gibran langsung ke tempat Eka sekarang.''

''Ya masa bakal sempet, apa lagi gua masih ke kunci nih di vila,'' sambung Maudy.

''Yaudah gimana kalo lu bran samperin Eka duluan ?''

''Gua ? tapi.....yaudahlah bisa diatur pokoknya,'' ucap Gibran.

''Gua juga ikut, tenang aja. Pintunya bisa gua dobrak.''

''Gua bener-bener takut Eka kenapa-napa di sana,'' ucap Salman.

''Tapi Fathia gimana ? di bakal sendirian,'' ucap Gibran.

''Ah iya, apa nunggu subuh dulu sampe permainan ini selesai ?''

''Udah ngga apa-apa, kalian pergi aja samperin Eka aja sebelum terlambat, daripada ntar malah kenapa-napa dianya.''

''Oke kalo gitu langsung beres-beres terus pada cabut ya !''

''Yaudah, iya.....iya..... *brak....brak....brak....*'' tiba-tiba terdengar sesuatu yang berasal dari atas kamar yang ditempati Maudy.

''Suara apaan itu ?''tanya Salman.

''Anjir lah, si setan malah caper giliran gua mau keluar.''

''Udah lu stay dulu aja disitu, ntar gua kesono buat bukain pintunya,'' ucap Salman.

''Guys gua off ya,'' ucap Gibran dan langsung mematikan seluruh peralatannya.

''Gua juga, Maudy gua saranin jangan keluar dari tempat lu, gua tau letak vilanya. Daerahnya masih sama-sama masih di puncak, gua kesono paling lambat sejam udah nyampe,'' ucap Salman yang juga langsung mematikan seluruh peralatannya.

''Fathia, tenang aja lu gua temenin kok. Gak usah di off,'' ucap Maudy.

Saat Salman membereskan seluruh peralatannya, ia mendengar ketukan yang berasal dari pintu.

''Arrrgghhh.....nggak lagi please.''

Ia menunggu sesaat hingga ketukan tersebut mulai hilang, sekitar dua menit kemudian ketukan tersebut berhenti dan dia berusaha meyakinkan diri kalau semuanya telah aman. Salman mengumpulkan segala tekatnya untuk ke luar dari gubuk tua tersebut. Ia melepaskan ikatan tali yang digunakan untuk mengunci pintunya kemudian membuka pintu dan keluar. Ia berhenti sejenak untuk melihat-lihat sekitar, apakah hantu di tempat itu masih ada atau tidak. Benar saja, ia melihat hantu nenek tua itu lagi yang sedang berdiri sambil menatap Salman dengan tatapannya yang tajam. Tanpa basa-basi lagi, Salman berlari meninggalkan gubuk tua itu. 

Menembus gelapnya hutan seorang diri dengan ditemani cahaya senter. Di tengah pelariannya, kakinya seperti ada yang memegang hingga membuat Salman terjatuh. Tidak sampai situ saja, bahkan ia sampai terseret seperti dalam adegan mainstream di film-film horor. Salman terseret cukup jauh namun ia berhasil menahannya dengan berusaha berpegangan pada sebuah pohon. Ia kembali bangkit dengan luka-luka goresan di tangan dan kakinya. Ia melanjutkan pelariannya, kali ini suara seperti tertawanya kuntilanak terdengar dengan jelas, namun ia sama sekali tidak mempedulikan hal tersbeut dan terus berlari hingga ia berhasil keluar dari hutan tersebut.

Salman menuju mobilnya yang ia parkirkan di luar hutan, ia langsung masuk dan menyalakan mesinnya. Apakah mobilnya mogok saat ingin mencoba dinyalakan ? tentu saja tidak, adegan tersebut sudah sangat-sangat mainstream. Namun saat ia sudah siap untuk jalan, hantu nenek tua itu muncul secara tiba-tiba di samping jendela mobilnya. Salman yang kaget pun tancap gas dan meninggalkan tempat tersebut.

Sementara itu masih di waktu yang bersamaan, Gibran yang sedang membereskan barang-barangnya mendengar suara langkah kaki yang mengarah ke kelas tempat ia uji nyali. Gibran melihat ke arah jendela dan melihat siluet berjalan kemudian berhenti di depan pintu. Sosok tersebut mengetok-ngetok pintu kelas, tetapi rasanya takutnya mereda saat sosok tersebut memanggil-manggil, ''Yang di dalem tolong keluar sekarang !!''

Gibran langsung menuju ke pintu tanpa ragu, ia menyingkirkan barang-barang yang menjadi pengganjal pintu. Saat pintu dibuka, ternyata sosok tersbeut adalah pak Jamal, ia merupakan penjaga sekolah.

''Eh pak Jamal hehe.....''

''Kamu.....Gibran kan ? ngapain kamu kesini ?''

''Nggak pak iseng aja.''

''Pake segala ngacak-ngacak kelas ? mau maling kamu ya ?''

''Eh, enggak kok pak, saya nggak maling.''

''Ah dasar kamu ini, yaudah cepetan beresin kelasnya !!''

''Iya pak.''

Gibran membereskan seluruh barang-barang ke tempatnya masing-masing. Setelah itu ia turun bersama dengan pak dengan pak Jamal. Sesekali ia menengok ke arah kelas yang menjadi tempat bunuh diri siswi tersebut. Dan ia masih dapat melihat penampakan tubuh yang tergantung di dalamnya.

''Udah ngga usah liat-liat kesana,'' tegur pak Jamal.

''Iya pak enggak kok.''

''Lagian disini hantunya juga ada kok.''

''Hantunya juga apa pak ?'' 

''Hantunya......juga.....ada.....disini...,'' pak Jamal menghentikan langkahnya dan berdiri membelakangi Gibran.

''Pak ?''

Sosok tersebut ternyata bukan pak Jamal, ia malah memutar kepalanya 180 derajat ke arah Gibran. Gibran dapat mendengar suara tulang-tulang leher yang patah, dan seketika wajah dari sosok yang menyerupai pak Jamal berubah menjadi menyeramkan. Gibran berlari menuju pintu dimana ia masuk. Sosok tersebut mengejar Gibran tapi pada akhirnya ia berhasil meloloskan diri.


Uji NyaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang