Teror Rumah Sakit Angker #2

174 13 0
                                    

*01.45*

Gibran mengendarai motornya menuju rumah sakit angker, sesampainya disana suasana tentunya sangatlah gelap dan sepi. Gibran memandangi bangunan itu dari luar, hawa-hawa negatif pun juga telah menyambutnya. Ia memakirkan sepeda motor tak jauh dari bangunan tersebut kemudian masuk ke dalamnya. 

Gibran berjalan ke koridor, dimana Eka terjatuh dan disamperi oleh makhluk penunggu rumah sakit ini. Gibran pun melewati kamar mayat, pintunya tertutup dan saat ia mencoba untuk membukanya ternyata dikunci. Rasa aneh timbul di dalam benaknya, padahal sebelumnya pintu tersebut terbuka dan Eka berusaha untuk masuk. Ia berhenti sejenak di depan kamar mayat untuk melihat-lihat sekitar, akhirnya ia memutuskan untuk langsung ke lantai dua. Saat ingin menaiki tangga, ia menemukan dan mengambil kamera milik Eka yang dalam keadaan mati. Setelah itu barulah dia ke lantai dua.

Di lantai dua ia melihat suatu ruangan gelap dan pintunya tertutup namun tidak dikunci. Ruangan tersebut memiliki satu buah TV dalam keadaan mati dan sofa, sama seperti yang pernah ditunjukan oleh Eka. Gibran berjalan kembali hingga ia menemukan ruangan yang ditempati Eka, barang-barangnya masih utuh. Saat Gibran sedang membereskan peralatan milik Eka, tiba-tiba saja ia merasakan sesuatu lewat di belakangnya dengan aroma amis. Ia menoleh ke belakang namun tidak ada siapa-siapa. Kemudian ia menelusuri lantai dua tersebut dengan membawa barang miliknya dan milik Eka.

''Ekaaaa......kaaa.....keluar ka !! ini gua Gibran,'' ucap Gibran sambil menyoroti senternya ke lorong lantai dua.

Samar-samar ia mendengar suara perempuan tertawa, namun hal tersebut sepertinya sudah biasa bagi Gibran sehingga ia tidak peduli. Di lantai dua ia tidak menemukan hal-hal yang mencurigakan, akhirnya ia beranjak ke lantai tiga. Suasananya sama seperti lantai-lantai dibawahnya, hanya saja disitu lebih berdebu dan atapnya sudah jebol. Terdapat banyak sampah kertas dan batu bata di sekitar lantai dua ini. Di depan salah satu ruangan terdapat kursi roda yang telah usang, ia melewatinya dan saat itu juga benda tersebut bergerak sesaat. Ia mempercepat langkahnya.

Gibran masuk ke salah satu ruangan yang merupakan kamar mandi, dengan kagetnya ia menemukan seseorang yang sedang menggunakan baju pasien operasi dan sedang jongkok di pojok kamar mandi. Dari belakang Gibran mengenali sosok tersebut, iya itu adalah Eka. Untuk meyakinkannya lagi Gibran mendekatinya perlahan dan mencoba menepuk pundaknya, namun belum ia sentuh, sosok itu malah memperlihatkan mukanya yang seram. Mulutnya robek dan bertaring ditambah matanya yang bolong mengeluarkan darah. 

Gibran sontak terkejut dan lari ketakutan, sosok itu mengejar Gibran dengan cepat. Sayangnya ia tidak dapat menghindar dan tertangkap. Gibran mencoba untuk berontak tetapi sosok tadi mencengkram keras lehernya. Pandangannya mulai kabur dan ia juga kesulitan untuk bernafas. Gibran pun jatuh tak sadarkan diri.

*03.03*

Saat bangun, ia melihat cahaya lampu yang sangat terang. Gibran memperhatikan sekitarnya, ia berada di rumah sakit yang masih aktif dengan dokter dan suster yang memakai masker. Gibran berbaringdi atas ranjang dengan pakaian pasien operasi. Pikirnya semuanya sudah normal, namun kenapa dia harus memakai pakaian tersebut ? Kemudian ranjangnya di dorong keluar oleh beberapa suster, hal yang janggal mulai terjadi. Lorong yang ia lewati sangatlah tidak asing baginya karena sama persis seperti rumah sakit angker. Suasananya seperti rumah sakit pada umumnya, banyak orang lalu lalang dan lampu yang menerangi lorong maupun tiap-tiap ruangan. 

Gibran dimasukan ke dalam ruang operasi, disampingnya ia melihat Eka yang berbaring tak sadarkan diri. Tirai yang menjadi pemisah antara Gibran dan Eka ditutup oleh suster. Tampak peralatan operasi telah disiapkan, ia mulai berontak untuk meloloskan diri namun beberapa suster menahan badannya. Lampu operasi menerangi ke arah wajahnya dengan begitu terang hingga yang ia lihat kini adalah berwarna putih. Tapi disaat itu pula suasananya menjadi gelap seketika, ia melihat ke arah sekitar ternyata sedang berbaring di ruangan kosong yang terbengkalai. Semuanya menjadi seperti tadi begitu juga dengan pakaiannya, namun tanpa Eka di sampingnya. Kemudian Gibran mendengar suara yang memanggil namanya dan Eka.

''Gibraaaannn......Ekaaaa.....!!!''

''Oiiii....gua disini !!!''

''Lu di mana ?'' 

''Gak tau nih, di ruangan pokoknya, cepetan kesini.''

Terdengar suara langkah kaki yang menghampiri dirinya, ia juga dapat melihat sorot lampu senter. Ternyata sesuai dugaannya, itu adalah Salman dan Maudy.

''Gibran, lu ngapain tiduran disini ?''tanya Salman

''Anjir, gua tadi mau dioperasi.''

''Dioperasi ?''tanya Maudy.

''Ntar aja deh gua ceritain, tadi gua liat Eka juga tidur di ranjang samping gua. Tapi sekarang malah ilang lagi.''

''Yaudah cepet cari Eka !!''

''Iya....iya....tapi temenin gua dulu ambil barang-barang gua sama Eka di kamar mandi lantai tiga, kayanya jatuh dah disono.''

''Ini lu lagi di lantai tiga,'' ucap Salman.

''Nah yaudah ayok.''

Mereka bertiga menuju kama mandi itu lagi, untungnya barang-barang milik Eka dan Gibran tidak hilang. Kali ini mereka bergegas dengan cepat agar tidak bertemu dengan penghuni bangunan ini. Ia mencari Eka ke segala ruangan namun tidak menemukannya. Untung saja dalam pencarian kali ini mereka tidak diganggu oleh makhluk halus.

''Guys gimana dong Eka gak ketemu,'' ucap Maudy dengan panik.

''Engga, jangan nyerah. Gua tau semuanya pasti capek, tapi hal yang terpenting adalah temen kita. Jangan sampe kita tinggalin dia disni. Tetep cari, gua yakin dia pasti ada disini,'' ucap Salman.

Setelah menelusuri tiap ruangan hingga ke lantai lima, mereka yang belum menemukan apa-apa kembali ke koridor bawah.

''Tunggu bentar, lu sadar gak sih dari tiap ruangan yang kita telusuri tuh pintunya gak dikunci dan cuman satu ruangan yang dikunci, kamar mayat,'' ucap Gibran.

''Ya terus ?''ucap Maudy,

''Gua ngerasa kalo Eka ada disitu.''

''Lu yakin mau nyoba ngecek masuk ? Eka aja sampe gak kuat pas dia mau coba masuk.''

''Kita tetep harus masuk,''ucap Salman.

''Pintunya kekunci ? gimana bukanya?''ucap Maudy.

''Gua sama Gibran bakal dobrak, kalo lu mau ikutan ya silahkan.''

Mereka semua akhirnya menuju ke kamar mayat, sesampainya di sana pintunya masih terkunci. Mereka bertiga dengan sisa tenaga yang dimilikinya mendobrak pintu tersebut berkali-kali hingga akhirnya berhasil terbuka. Bau amis, anyir, dan suasana yang lembab menyambut mereka bertiga. 

''Eh....eh....liat,'' ucap Gibran sambil menunjuk ke sesuatu yang ditutup dengan kain putih dan berada ada di atas meja mayat.

''Itu.......,''ucap Maudy.

''Ayo buruan cek !''ucap Salman.

Gibran membuka kain putih tersebut, ternyata itu adalah Eka dengan bajunya yang normal. Mereka kaget dan langsung mengecek keadaan Eka. Dia masih bernafas tetapi tidak sadarkan diri. Salman menggendeong Eka keluar dari ruangan itu dan menuju mobil. Mereka berjalan dengan cepat keluar dari bangunan rumah sakit, namun sudah disambut oleh sosok wanita tinggi mengerikan yang berdiri di koridor.

Uji NyaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang