Acaranya Batal ?

258 17 0
                                    

Sudah berhari-hari Eka terus memikirkan  apakah semuanya akan setuju dengan usulnya tersebut atau tidak. Kemudian ia mencoba untuk mengajak kembali usulannya itu melalui grup di Line.

''Guys gimana nih acaranya ?'' ketik Eka. Kemudian ia melemparkan HPnya kembali ke kasur sambil menunggu balasan. Cukup lama ia menunggu namun tiada balasan yang kunjung datang, tak lama kemudian HPnya berdering tanda ada kontak masuk, ia mengambil kembali HPnya sambil berharap itu adalah salah satu dari mereka yang melakukan private chat kepada Eka. Namun sayang, notifikasi tersebut hanyalah berasal dari salah satu grup yang kedatangan anggota baru, sungguh menyebalkan memang. Ia menghempaskan kembali HPnya ke atas kasur. Ia menunggu hingga terlelap dalam mimpi. Saat ia terbangun ternyata hari sudah petang, ia memeriksa HPnya lagi dan ternyata sudah ada beberapa yang membalas chatnya di grup.

''Sebelumnya gua minta maaf buat kalian semua, tapi gua beneran gak bisa ikut acara penutup. Soalnya besok gua udah harus pindah ke Jogja dan stay disana, tepatnya di bekas rumah nenek. Jadi gua udah gak bisa ngumpul bareng lagi dalam jangka waktu dekat. Kalian jangan batalin acara ini cuma gara-gara gua doang, acara harus tetap berlanjut ya kawan.'' Pesan tersebut berasal dari Fathia.

''Tapi kita gak bisa ngadain acara tanpa kehilangan satu anggota, awal geng ini terbentuk kita semua udah janji kalo kebersamaan adalah yang diutamakan,'' balas Salman.

''Waduh padahal bakalan asik juga !'' balas Maudy

Eka dengan berat hati akhirnya harus mengikhlaskan agenda yang ia buat, ''gua gapapa kok kalo acara penutup ini batal, toh bukan berarti geng kita ini bakal udahan gitu aja, kita juga masih bisa komunikasi lewat grup.''

''Gua beneran gak enak sama lu ka, itu semua terserah kalian. Pokoknya gua dengan menyesal bener-bener gak bisa ikutan, gua minta maaf banget terutama sama Eka,'' balas lagi Fathia.

Sambil menarik nafas dalam-dalam kemudian mengeluarkannya, Eka akhirnya menganggap agenda terakhir tersebut benar-benar sudah batal. Kini ia mencari-cari ide lain untuk mengisi waktu liburannya agar tidak jenuh. Salah satu kegiatannya saat liburan adalah berselancar di internet, seperti melihat video-video seram. Hal-hal yang berbau horor merupakan favoritnya, itulah kenapa ia mengusulkan agenda terakhir bersama sahabat-sahabatnya adalah melakukan uji nyali.

Sementara itu Fathia sudah harus bersiap menuju Jogja dengan menggunakan kereta api bersama kedua orang tuanya

''Barang-barangmu udah gak ada yang ketinggalan ?'' tanya mamahnya Fathia sambil menutup pintu mobil.

''Ehhmm...nggak kok mah.'' Fathia berangkat menuju stasiun Gambir menggunakan taksi. Ia pergi ke Jogja menggunakan Kereta Api Taksaka yang berangkat pada setengah sembilan pagi. Sesampainya di stasiun, ia disambut oleh suara gemuruh kereta api. Kemudian Fathia bersama kedua orang tuanya langsung menuju ke kereta. Perjalanan Jakarta-Jogja kurang lebih menghabiskan waktu delapan jam. Saat kereta yang ia naiki mulai melaju, ia merasa sedih karena harus meninggalkan kota dimana ia banyak mengukir kenangan terlebih bersama sahabat-sahabatnya. Sambil melihat pemandangan di perjalanan, ia masih merasa tidak enak dengan Eka, karena hanya Fathia tidak ikut maka acaranya menjadi batal.

Tak terasa delapan jam telah berlalu, kereta yang Fathia tumpangi sudah sampai di stasiun Tugu Jogja. Ia merasakan sensasi baru disini dimana ia harus jauh bersama sahabat-sahabatnya dan mulai mengukir pengalaman baru. Ia bersama kedua orang tuanya langsung menuju rumah nenek menggunakan taksi. Sesampainya di rumah nenek, mereka disambut oleh bibinya yang selalu menjaga rumah tersebut. Iya, nenek dan kakek Fathia sudah meninggal dunia maka dari itu Fathia akan menginap di rumah tersebut bersama bibinya selama berada di Jogja.

''Wah Fathia udah besar ya, dulu kamu kesini masih kecil sama suka nangis. Monggo masuk dulu semuanya,'' ucap bibi.

Fathia hanya membalas dengan senyuman manisnya sambil mengangguk sedikit. Sudah lama sekali Fathia tidak mengunjungi rumah ini. Rumah tersebut memang sudah sangat tua, namun karena selalu dirawat oleh bibinya maka masih tampak bersih. Di samping rumah tersebut terdapat pohon cempedak yang cukup besar dan sedang berbuah sementara di belakang rumah terdapat hamparan sawah yang luas. 

''Kamu betah ya disini tanpa mamah papa,'' ucap papanya.

''Betah kok Fathia, udaranya juga lebih enak disini daripada Jakarta,'' ucap Fathia, namun di dalam hati Fathia merasakan hal yang tidak enak. 

Malam pun mulai larut, kedua orang tua Fathia harus kembali ke Jakarta dengan menggunakan kereta api. Sedikit sedih Fathia ditinggalkan oleh kedua orang tuanya. 

''Fathia, bibi mau ke pasar dulu buat jualan, kamu disini sendiri gapapa ya. Di depan rame kok ada pos ronda. Bibi baliknya masih nanti pagi, udah bibi masakin makanan, kamu tinggal ambil aja sepuasnya.'' ucap bibinya yang memang sehari-hari adalah penjual di pasar yang jaraknya lumayan jauh.

Fathia hanya mengiyakan kemudian merebahkan dirinya di kasur, namun hal yang aneh mulai terjadi. Bibinya tampak berbicara dengan sesuatu yang tak kasat mata, ia melihatnya melalui pintu yang terbuka sedikit. Dari  situlah ''sambutan'' dimulai.

Uji NyaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang