Di Tempat

212 17 0
                                    

*Eka*

Sore menjelang malam, Eka berangkat menuju tempat yang akan ia gunakan untuk uji nyali, namun saat ia turun dari kamarnya, Eka sudah disambut oleh mamahnya.

''Kamu mau kemana ? tanya mamahnya Eka.

''Ehhmm....biasalah mau jalan sama temen SMA, acara nginep.''

''Kamu dari kemaren gak bilang mamah.''

''Eka lupa hehe, yaudah mah Eka berangkat dulu.''

''Duh, anak kok gak betah di rumah.''

Eka pergi menggunakan ojek dengan segala perbekalan yang ia butuhkan. Sesampainya di depan gerbang bangunan bekas rumah sakit, tukang ojek tersebut merasa terheran - heran, kenapa Eka turun di tempat se angker ini.

''Mas, beneran nih turun disini ? kan tempat ini angker,'' tanya tukang ojek sambil bergidik ketakutan.

Eka mencari alasan agar tidak dicurigai oleh tukang ojek ini, ''saya mau ketemuan sama temen saya, soalnya rumahnya gak jauh dari sini bang.''

''Temen kamu gila juga ya ngajakin ketemuan di tempat ini, kamu yakin berani ?''

''Yang ada setannya yang saya takutin bang hahaha....''

''Oh yaudah deh, saya lanjut narik dulu, hati-hati kamu ya,'' ucap abang ojek sambil melihat ke arah kakinya, ia seperti curiga apakah Eka ini hantu atau bukan.

''Iya bang, semoga laris ya.'' Akhirnya tukang ojek tersebut meninggalkan Eka seorang diri di depan bangunan angker ini.

Suasana di sekitar cukup sepi, hanya beberapa kendaraan saja yang lewat. Ia melihat kesekitar berharap tidak ada orang yang mencurigainya sehingga ia dapat masuk tanpa ada kendala apa pun. Setelah dirasa aman, ia masuk dengan cara memanjat gerbang. Baru saja di depan pintu rumah sakit, seketika bulu kuduknya merinding akibat dari auranya yang sudah berubah derastis, namun ia tetap saja nekat masuk ke dalam dengan dipandu oleh cahaya senter. Ia menuju ke ruangan yang paling angker, yaitu ruang mayat. Sayangnya ruangan tersebut terkunci dan sama sekali tidak ada celah untuk masuk ke dalamnya, akhirnya ia memutuskan untuk ke lantai dua. Disana ia memutuskan untuk stay di salah satu ruang bekas ICU. Ia langsung memasang semua peralatan seperti webcam, laptop, tripod dan juga internet sebagai akses untuk berkomunikasi dengan yang lain. Belum selesai total ia memasang semuanya, ia sudah disambut oleh suara tertawa.

*Gibran*

Pukul setengah tujuh sore, ia berangkat dari rumahnya menuju SMAnya. Iya benar sekali, ia akan melakukan uji nyali di mantan sekolahnya. Alasan ia memilih sekolahnya sendiri karena banyak rumor yang mengatakan bahwa pernah terjadi kasus gantung diri kemudian hantunya bergentayangan. Selama ia dan yang lain sekolah disini, mereka sering menjumpai beberapa murid yang kesurupan, kemudian laporan mengenai kejadian-kejadian misterius.

Gibran masuk melalui salah satu pintu kecil yang selalu digunakan oleh gengnya saat berusaha untuk "cabut" dari sekolah ( terkadang masa-masa nakal lumrah dilakukan pada masa sekolah ). Mereka semua memegang kunci pintu tersebut, jadi tak ada kendala saat Gibran ingin masuk secara ilegal ke dalam bangunan sekolah.

Sesampainya di dalam, ia langsung menuju kelasnya yang berada di lantai tiga, lebih tepatnya di samping tangga. Ia langsung memasang seluruh peralatan, sampai di'sini Gibran belum disambut oleh makhluk ghaib.

*Salman*

Sebelumnya pada pagi hari, Salman memutuskan untuk pergi ke salan satu hutan yang berada di kaki gunung Salak, ia tiba pada sore hari kemudian memakirkan mobilnya tak jauh dari hutan tersebut. Sambil menunggu datangnya malam, ia pergi ke salah satu warung kopi sambil mencari tahu kisah dari hutan tersebut.

"Buk, kopinya satu ya !" Pinta Salman.

"Pahit atau manis mas ?"

"Manis aja, tapi gak usah banyak-banyak gulanya."

Ibu pemilik warung tersebut memberikan secangkir kopi kepada Salman. Salman menyeruput sedikit kopi miliknya yang masih dalam keadaan panas, kemudian dia bertanya, "buk hutan disitu angker ya ?"

"Wah bukan angker doang mas, tapi angker banget."

"Emangnya apa yang buat hutan itu jadi angker ?"

"Kalo asal usulnya sih ibu gak tau pastinya ya, cuma udah banyak banget orang yang jalan ke hutan itu pas malem hari tapi gak pernah balik."

"Ah masa sih bu, apa banyak macannya ?"

"Macan disini udah gak ada mas."

Sambil menyeruput lagi kopi miliknya, ia tersenyum kecil seolah tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh si ibu.

"Cuma nih ya mas, di dalem hutan itu ada rumah kecil yang terbuat dari kayu, nah disitu sih kata orang bekas nenek-nenek yang mengasingkan seorang diri, tapi si nenek udah lama meninggal. Dan banyak orang yang gak berani deketin rumah itu walau siang hari juga, " mendengar perkataan ibu itu, Salman makin tertarik menilik tempat tersebut. 

Setelah menghabiskan segelas kopi miliknya, ia membayar kopi tersebut sebelum akhirnya menuju mobil miliknya untuk mengambil barang-barang. Dengan membawa seluruh peralatan untuk merekam dan juga beberapa senjata tajam untuk berjaga-jaga, Salman masuk ke dalam hutan tersebut seorang diri dengan berjalan kaki. Sekarang pukul tujuh, ia masih masuk lebih dalam ke hutan itu. Kondisi jalan sedikit becek dan benar-benar gelap gulita, tak lama kemudian senternya menyorot ke suatu bangunan kecil, saat Salman dekati bangunan tersebut ternyata merupakan rumah yang ukurannya cukup kecil dan terbuat dari kayu. Ia yakin betul bahwa rumah tersebut adalah rumah yang dimaksud oleh ibu tadi. Salman memberanikan diri untuk masuk ke dalamnya, pintunya hanya ''dikunci'' menggunakan tali yang diikat mati. Salman memotongnya menggunakan pisau kemudian masuk ke dalamnya. 

Suasana di dalam rumah tersebut sangatlah berantakan dan lembab, ia menyemprotkan minyak wangi ke seluruh ruangan agar bau di dalamnya bisa dihilangkan. Saat ia mempersiapkan alat-alatnya, sesekali Salman melihat sekelebat bayangan yang berada di luar rumah.

*Maudy*

''Oh jadi ini tempatnya, hmm....gede juga,'' ucap Maudy saat ia tiba di depan gerbang villa angker yang berada di daerah Bogor. Saat Maudy ingin masuk ke dalam, ternyata gerbangnya digembok. Ia mengambil penjepit rambutnya untuk membuka gembok tersebut, setelah berhasil terbuka, Maudy masuk bersama dengan mobilnya.

Hal yang sama ia lakukan saat ingin membuka pintu villa tersebut. Suasana di dalamnya masih terdapat barang-barang perabotan yang kondisinya sudah berdebu dan banyak sarang laba-labanya. Saat ia memasuki lebih dalam villa tersebut tiba-tiba.....*BRAK*.....Pintunya tertutup sendiri, entah apa yang membuatnya tertutup dengan sendirinya, yang pasti bukan karena angin.

''Sialan emang, gua malah kekunci di dalem, berasa di film-film dah tiba-tiba pintu ketutup terus gak bisa dibuka lagi,'' gerutu Maudy sambil menarik gagang pintu berharap pintu dapat dibuka kembali. Namun karena sikapnya yang cuek, ia melanjutkan lagi untuk masuk lebih dalam. Ia menuju ke sebuah kamar tidur di lantai dua, di dalamnya terdapat sebuah cermin yang ditutupi oleh kain putih. Ia menarik kain tersebut dengan santainya dan saat dibuka hanya terdapat pantulan bayangannya. Namun berbeda sesaat kemudian, saat ia menengok lagi ke cermin itu, ia melihat jelas terdapat anak kecil perempuan yang berlari.

Uji NyaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang