4 - habits

1.3K 228 4
                                    

"Mama sama papa kemana?" Tanya yura.

"Buat anak."



Yura langsung menampar punggung kakaknya. "Gue ga mau punya adek. Cukup gue aja yang terakhir." Katanya kesal.

Suho yang kesenangan melihat respon adiknya malah makin semangat menyagili Yura. "Lo gak tau mama sama papa program buat adek lagi?" Katanya.

Yura memutar matanya kesal. "Sempat tu adek baru lahir. Gue tendang-tendang jadi bola." Kaya Yura sengit.

Suho langsung ketawa ngakak. "Mau jadi atlit lo dek?" Ejeknya.

"Cukup gue. Cuma gue yang boleh di panggil adek di rumah ini. Berani buat adek lagi. Gue kabur, gue jadi adeknya kak minho aja." Kata Yura ngambek.

Suho langsung menoyor palak adeknya. "Minho yang kasihan melihara lo jadi adeknya." Ledek Suho.

"Lo kata gue kucing anggora apa kak? Melihara melihara. Lo juga di pelihara kalo gue di pelihara." Oceh Yura.

Suho kembali ketawa melihat reaksi adik perempuan satu-satunya. Meski Mereka tidak pernah saling melontarkan kata sayang. Tapi Suho memang benar menyayangi adiknya ini. Dia suka menganggu Yura bahkan sangat suka membuat adiknya nangis waktu kecil dulu.

"Kalo boleh tukar tambah. Gue mau punya kakak kayak kak hyungsik aja. Baik, cakep, gemesin." Puji Yura ke Hyungsik.

Suho melotot. "Lo gak tau aja bejat dia gimana. Kakak lo cuma gue! Gak ada tukar tambah. Lo pikir gue barang." Balas Suho kesal.






"ANAK MAMA KENAPA RIBUT-RIBUT HAAAAA." Teriak mama.

Suho dan Yura yang mendengar suara mamanya langsung kabur ke kamar masing-masing. Kaki mereka gerak cepat menaiki tangga sebelum mama menemukan mereka.

"Kak tungguin. Cepet banget sih. Ntar gue ketangkep gimana?" Yura ngoceh lagi.

"Bodo amat." Kata Suho gak peduli.

Mereka sebisa mungkin menghindari ceramah yang akan di tuturkan oleh mamanya. Terakhir kali mereka di ocehin satu minggu penuh setiap kali bertemu di meja makan ataupun kumpul di ruang keluarga. Dan itu sangat menyebalkan bagi mereka.





Yura langsung menutup pintu kamarnya cepat. Nafasnya tidak teratur karena terburu-buru. Telinganya mencoba mendengarkan dari balik pintu kalau saja mama mengikuti mereka sampai ke atas.

10 menit.

Yura menghela napas legah. Kakinya melangkah mendekati meja belajarnya. Lalu melepaskan sling bag hitam yang sedari tadi melekat di tubuhnya. Dia beralih mendekati kasur dan menghempaskan tubuhnya.


"Kalau mama tau aku ikut KSR gimana?" Batinnya.

Matanya menerawang langit-langit kamarnya.

"Keluar malam aja di ocehin. Gimana mau pergi ke lapangan kalo ada kejadian nanti." Pikir Yura.

Dia membalikkan tubuhnya. Tangannya meraih ponsel lipat yang di pakainya saat sekolah menengah pertama dulu. Senyumnya terukir, lalu mendadak kesal sendiri.

"Apaan sih. Gara-gara Kai nih. Gue inget si kampret kan jadinya." Rutuk Yura lalu menghempaskan ponsel jadulnya.

Kim Kai sepupunya itu satu sekolah dan berteman baik dengan salah satu teman smp-nya saat mereka SMA. Itu membuat seluruh kejadian yang ingin dia lupakan dulu mendadak muncul ke permukaan.











Silently • PCY • ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang