17- bacot

536 102 3
                                    

"Maaf."

Gue berdiri. Kalau dia gak mau pergi, biar gue yang pergi.

"Maafin gue."

Langkah gue tertahan.

"Untuk apa?" Tanya gue akhirnya.

"Untuk segalanya, yu." Suara Sehun terdengar tulus.

"Sorry banget gue pernah buat lo nangis. Gue gak maksud gitu." Lanjutnya.

"Terus kenapa lo selalu gangguin gue? Hobby lo ngebully? Iya?" Tanya gue.

Gue ngelihat ke arah dia. Menunggu jawaban.

"Gue nggak pernah ngebully lo. Gue juga nggak pernah ngebully siapapun. Lo salah paham. Gue gak maksud gitu. Lo nya aja yang baperan ke rasanya kayak gue seolah ngebully lo. Padahal enggak gitu!" Katanya nggak terima.

"Terus kenapa? Kenapa cuma gue yang lo ganggu sampe gue nangis di depan guru? Lo ngeledekin gue mulu. Lo selalu ngebuat gue jadi orang yang menyedihkan karena terus lo buat jadi bahan tertawaan lo. Belum puas lo buat gue malu? Gue menghindar dari reuni SMP juga karena lo. Gue gak mau orang tau keberadaan seorang Yura yang nangis dramatis di kelas karena di olok-olok sama ketua kelas bernama Oh Sehun. Cukup waktu itu lo buat gue menjadi orang menyedihkan. Kalau lo mau nyari rusuh sama gue, mending lo pulang."

Nafas gue ngos-ngosan. Emosi gue keluar semua. Mata gue tajam natap dia sengit.

Sehun diam natap gue. Tatapannya penuh arti dan gue gak bisa nyimpulin apa yang ada di benak dia. Dia terus-terusan melipat bibirnya kedalam dan menyisir rambutnya kebelakang dengan jari-jari tangannya. Berulang kali dia ngehela napas. Berulang kali dia nyoba ngomong tapi gak ada suara yang keluar. Gue balik badan untuk ngelanjutin langkah gue yang terhenti tadi.

Persetan dengan namanya penjelasan, dia nggak berubah. Dia masih egois dengan menjujung tinggi gengsi-nya. Lihat! Tinggal ngomong jujur aja susah bener.

Ngomong aja kalau gue dulu itu polos banget dan sasaran empuk buat bahan percobaan dia ledekin anak orang di depan umum.

Lagian gue juga udah damai dengan semua masalalu gue dulu. Masalalu yang menyedihkan dan memalukan. Gue nggak sejahat itu sama lo —Sehun, gue sudah lama maafin lo. Tapi lo malah ungkit kejadian yang mestinya gak perlu lo sebut lagi.

"Gue suka sama lo, dulu." Kata Sehun cepat.

Deg!

Gue melangkah cepat buat masuk kerumah.

Jadi kalau cowok suka sama cewek mesti di buat nangis gitu? Harus di olok-olok dulu? Di permaluin di depan kelas? Di buat jadi bahan tertawaan? Di buat jadi siswa menyedihkan di kelas? Iya gitu? Suka sama orang mesti gitu? Enggak.

Cih.

Konyol!

"Huaaa.. Mamaaaaaa." Teriak Kak Suho.

Gue langsung ambil botol minum gue di kulkas daripada ngeladenin Kakak yang otaknya suka bocor halus.

"Malu sama umur." Ejek gue, langsung ninggalin dia keluar dapur.

"Mukanya seram banget. Ngagetin tau, tadi." Katanya.

Guys, Kim Suho sedang mengorek informasi.

"Mata kamu juga dek. Tajam banget, bisa bolong leher kakak liatnya tadi." Katanya lagi.

Gue lagi gini aja. Kamu.. kamu.. coba kalau gue bahagia gue.. lo.. gue.. lo.

"Malesin banget sih." Gue risih kalau Kak Suho mulai protektif gini. Jiwa Kakak sayang adeknya lagi keluar.

"Kamu berantem ya sama Sehun tadi?" Tanyanya lagi.

"AWWWWW DEKKK SAKIT DEKKK. RAMBUT KAKAK DEKK." Kak Suho teriak rambutnya gue tarik.

"Jangan sampe mama papa tau. Terus diam aja kakak, jangan banyak bacot. Gak berantem gak tadi. Kakak tenang aja. Cuma ngomong tentang smp dulu aja." Kata gue mencoba jujur.

"Syukurlah." Kak Suho langsung gosok-gosok kepalanya yang pedih abis rambutnya gue tarik.

"Emang kenapa? Kakak kenal sama Sehun?" Tanya gue penasaran.

Dia ngangguk. "Kenal lah, sohibnya dedek Jongin. Lagian suka main ps bareng kalau di rumah Jongin."

Gue natap kak Suho gak percaya. Dunia sempit banget. Pantesan si kampret Sehun sampai datang kerumah.

"Kakak juga yang ngajak dia kerumah?" Tanya gue.

"Iya dongs." Kata kak Suho bangga.

Gue ngedengus.






————
9 bulan kemudian...










Mood gue hancur. Mau apa aja nggak mood. Maunya ngomong kasar ke orang. Tapi, siapa?

Orang-orang taunya ngebuat hal sesuka mereka tanpa mengantisipasi kemungkinan buruk. Ada titik dimana kejenuhan itu timbul. Saat seseorang ingin memajukan suatu hal menjadi lebih baik. Tapi, orang yang harusnya berjalan bersama tidak memiliki niat untuk itu. Akhirnya, semua akan sia-sia. Setiap rencana yang sudah tersusun akan terlewati tanpa ada pencapaian.

"Lo kenapa?"

Gue ngelirik Hani yang ikut baring di samping gue. Gue sekarang lagi di sekret. Yang katanya mau rapat jam 7 malam nyatanya hanya asupan jempol belaka.

"Nggak apa-apa." Jawab gue singkat.

Kalimat singkat penuh makna. Gue gak kepengen curhat kali ini ke Hani. Adanya nanti malah terkesan menghasut.

"Karetnya panjang ya. Sok on time, nyatanya apaan?" Oceh Hani.

Gue senyum tipis. Bukan gue aja yang kesal. Hani juga nyatanya.

"Bentar lagi kita bakalan punya anggota baru. Gak kerasa ya udah mau jadi senior." Kata gue sambil merenung.

"Tapi kalau gini keadaanya, lo yakin nggak semua bakalan lancar sampai hari H diklat nanti?"

Hani menghela napas panjang.

"Yakin nggak yakin yang penting kita jalanin. Lancar atau enggaknya urusan nanti, yang penting kita disini tanggung jawab sama apa yang sudah di percayakan ke kita." Balas Hani.

Gue senyum.

"Iya lo bener. Coba semua anggota disini kayak gitu semua mindset-nya pasti nggak ada yang namanya adu bacot kayak kemarin."

Sekarang, dari angkatan gue yang gabung ke UKM ini, tinggal kita bertiga. Gue, Hani, Kak Chanyeol yang bertahan untuk tetap ngelanjutin jadi anggota tetap. Gue sedih sebenarnya gak bisa sejalan dengan mereka yang memutuskan buat berheti di jalan. Dalam organisasi kemahasiswaan seperti ini, niat itu penting untuk memantapkan hati menjalani kegiatan sehari-hari ataupun tugas-tugas yang di beri selama menjadi anggota muda dalam masa bimbingan.

Padahal, awalnya gue masuk kesini hanya untuk mengisi waktu kosong gue. Terus, ada tempat tujuan gue kembali jika gue lulus dari kampus ini. Seadainya, gue gak ikut organisasi, gue bakalan balik menjadi seseorang yang menyedihkan dan suka menyindiri.

"Hallo girls." Sapa Kak Chanyeol riang di depan pintu sekret.

Gue berdiri dan ngambil tas yang gue bawa tadi.

"Gue balik ya." Pamit gue pergi.




Bersambung....

Silently • PCY • ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang