36. Marah!

158 28 5
                                    

"Maksud gue kan baik, dek. Lo kok marah sih."

Kai sedang uring-uringan karena sudah tiga hari di musuhi adik sepupunya. Siap suruh kelamaan diam kalau tahu temenya masih brengsek seperti dulu, kan Yura marah besar. Di bodoh-bodohin sama orang ganteng itu nyesek loh!

"Gak boleh loh, diem diem begini sampai tiga hari, dosa tau."

Katanya Yura, bodoamat gak peduli! Pokoknya kalau si jongin nama asli sepupunya ini sudah beraksi begini artinya memang sungguh merasa bersalah pakai banget. Lain hal, kalau masalah sepele, Kai akan bodoamat juga pastinya seperti Yura saat ini.

Kai refleks tutup laptop Yura sampai yang punya marah, "gue lagi main, yet!"

Tuh kan, fatal banget gue telat kasih tau si bocah, ah! Kai merutuki kebodohannya, mau aja lama-lama sembunyikan kebusukan temannya. Padahal niatnya juga baik buat kumpulin bukti.

Ah.. Yura gak tau terima kasih, nih!

"Apa lo!" Murka Yura saat Kai melihat dengan tidak suka.

"Thankyou, arigatogozaimastahhh!" Sindir cowok itu.

"Iya iya, makasih, makasih banget buat gue jadi orang bodohnya kelamaan," disindir aja baru mau terima kasih. Segengsi itulah mereka antar saudara.

***

Pacar mana pacar. Goda Chanyeol saat mereka bertemu di depan perpustakaan.

"Pacar sopo?" Ucap Yura asal.

"Pacar Kamu lah, sayang."

Duh, Chanyeol mah biasa aja ngalusin anak gadis orang. Tapi, lihat juga sasaran yang di halusin ini lagi kesal karena mulutnya singgung pacar barusan.

"Gak punya pacar!" Ketus Yura.

Chanyeol melompat seketika, "putus?" Bahagianya seperti habis mungut duit ratusan ribu di jalan.

"Mati."

Chanyeol senyum senyum. Akhirnya ada jalan menuju kebahagiaan.

"Yok, kuburin," kata Chanyeol dengan penuh semangat.

Yura melirik Chanyeol malas. Tidak tahu saja gadis ini lagi jengkel sama jajaran cowok ganteng. Termasuk sepupunya ataupun Suho kakaknya. Bisa-bisanya mereka tetap berteman baik dengan Sehun walaupun sudah mempermainkan dirinya.



***


Berbeda situasi dengan Sehun yang sedang duduk di taman kampus. Kali ini, Kai menemani Sehun yang tampak murung.

"Lo yang jahat, gak usah berlagak jadi korban."

Sehun mendengus tidak suka dengan kenyataan. Fakta bahwa dirinya di buang oleh Yura, "kok ada sakit sakitnya gitu ya?"

Jujur dari lubuk hati terdalam. Sehun memang menyukai Yura saat itu. Terlalu polos dan tidak mengerti bagaimana cara menunjukkan rasa suka. Sehun menjadi berlebihan dan terkesan mengolok-olok Yura. Akibat pergaulan dan gengsi sadar akan ketampanan, Sehun jadi tinggi standar untuk pacaran.

Hasilnya, pendekatan yang membawa luka mendalam. Tapi, Sehun beneran tidak bermaksud untuk membully. Semua hanya candaan. Tapi, seharusnya Sehun tahu bahwa bercanda itu saat keduanya tertawa lepas dan tidak ada yang tersakiti. Kenyataannya, Sehun bercanda sendirian. Yura tidak pernah sama sekali menganggap semua yang di lakukan dulu adalah bercanda.

Jadi, tolong di pahami. Jangan sampai tidak sadar saat sedang memulai untuk membully. Cukup Sehun yang tidak sadar diri dan beraninya dia merasa tersakiti. Dasar Sehun sukanya play victim!



"Gue juga bukan orang suci yang sok baik, menjunjung tinggi budi pekerti etika sopan santun yang baik. Tapi, perlu lo ingat. Jangan suka meledek cewek apalagi lo buat taruhan," peringat Kai.

"Sorry, gue khilaf."

Kai jengkel, "lo tu kucing bukan kancil!"

"Apaan sih lo," kata Sehun asal.


Pokonya Kai sedang membawa Sehun kejalan yang benar. Walaupun Kai suka baperin anak gadis orang terus gak pernah di pacarinnya. Tapi Kai belum pernah grepe-grepe anak orang apalagi buat jadi bahan taruhan.


"Lo beruntung sih kaga gue musuhin apalagi gue tonjok, makasih pake banget gak pernah ajak Yura keluar gak jelas, adek gue gak boleh di apa-apain sama cowok brengsek kayak lo!"

"Kenapa lo masih mau temenan sama gue?"

Sehun menatap Kai penuh rasa ingin tahu. Kalau orang waras saat saudaranya di permainkan pasti akan marah dan membenci pelaku. Lah, ini seorang Kim Jongin malah menasehati. Sehun bingung.

"Memang lo mau gue musuhin?"

Sehun meringis, hati kecilnya ingin sekali bilang, gak gitu!



"Aneh aja."

Sehun mengorek tanah dengan ranting pohon. Dia merasa tidak enak saat berbicara dengan temannya ini.


"Kita temenan udah lama, mau enam tahun ya?" Sehun mengangguk.

"Gue gak larang lo buat temenan sama temen SMP lo yang sinting itu. Karena gue bukan cewek yang suka cemburuan kalau temennya punya temen lain," tawa Kai.

"Gue bisa rasain kalau lo bukan orang jahat, mungkin memang lo brengsek. Tapi, gue harap kita bisa bakalan sama-sama tobat,"  cengir Kai.

Ah, rasanya ada yang salah saat Kai sebaik ini sama gue.

Sehun meninju pelah bahu kiri Kai, "thanks lo selalu jadi alarm saat gue mulai keluar jalur."

Kai mengangguk, "jangan malu buat akuin kesalahan lo, gue tunggu permintaan maaf lo ke adek gue."







B e r s a m b u n g . . .

Silently • PCY • ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang