18- zonk

557 110 2
                                    

Autor PoV

Chanyeol memandang bingung Yura. Tatapannya beralih langsung ke Hani yang sama bingungnya dengan Chanyeol.

"Yura, kenapa dek?" Tanya Chanyeol.

Hani menggeleng bingung. "Dari tadi memang lesu gitu. Tapi nggak tau kenapa." Jawab Hani.

Yura mendekati area parkir yang sepi karena malam minggu di kampus tidak ada kegiatan perkuliahan. Wajahnya datar tidak menunjukan ekspresi apapun. Mata kirinya  sedikit membengkak efek gigitan serangga kecil.

Pulang ke rumah, satu-satunya tujuan dia untuk kembali. Dia mencoba masa bodo dengan apa yang akan di lakukan orang-orang di rapat nanti. Di hidupkannya motor yang di pinjamnya dari Suho. Lalu, pergi meninggalkan area parkiran kampus.

————
Yura Pov

Gue nggak tau penyebab persis kenapa jadi emosional gini. Biasanya gue selalu maklum dengan hal-hal menunggu. Tapi kali ini, gue berhak pergi meninggalkan yang gue fikir gak bakalan ada perubahannya.

Gue nyoba bagi waktu antara kehidupan pribadi dan organisasi. Tapi, orang lain sepertiny gak kayak gue. Cuman gue yang kepengen membuat perbaikan agar organisasi yang gue geluti ini berubah jadi lebih baik. Kalau gitu ceritanya, gue nggak sanggup bertahan.

Gue selalu menutupi kekurangan organisasi yang gue banggain ke orang tua gue. Ke Kak Suho dan yang lainnya. Gue nggak bisa terusan kayak gini. Gue ngorbanin rasa khawatir mama cuma buat datang ke hal yang gak ada sama sekali bermanfaat ke gue. Cuma dosa yang gue dapat, kalau terus-terusan ngebantah omongan orang tua dan kakak gue hanya untuk tetap bertahan disana.

Gue muak.

Kalau gak mau tu ngomong.
Kalau gak bisa tu cerita.
Kalau gak sanggup.. yaudah terus terang.

Senior selalu benar. Tapi, nyatanya senior gak ada ngarahin atau nyontohin yang benar.
Jadi, junior tu sulit di saat senior yang salah tapi junior tetap yang di salahin.

Junior terlambat di hukum. Di suruh seri, 1 seri sama dengan 10 kali push up. Sedangkan, senior telat dia cengar-cengir.

Itu contoh yang baik?

Cih.

Gue boleh ketawa sampe keluar liur racun nggak?

"Maa?"

"Kak?"

"Bukain pintunya dong, tolong."

Gue ngetok pintu dari tadi, nggak ada yang buka. Baru kali ini gue ngerasa di usir, karena ngebantah omongan orang rumah. Gue pengen nangis. Tau gini, gue ikut papa ngerekam suara ke pantai.

20 menit gak ada jawaban. Gak ada respon.

Mama orangnya cemas kalau anaknya gak ada di rumah. Sedangkan kak Suho, dia kepengennya adeknya itu di rumah kalau sudah malam. Gak boleh keluar malam kalau pergi sendirian. Marahnya kak Suho dan mama itu kombinasi yang menyeramkan.

Gak ada keributan. Cuma kesunyian yang mewakili emosi mereka. Mama dan Kak Suho gak bakalan ngajakin gue ngomong kalau mereka lagi marah sama gue. Itu ngebuat gue merasa gak di anggap ada di dunia.

Sepeleh tapi sakit.

Gue senyum kecut lihat hape gue. Gue keluar dari semua grup yang ada kaitannya dengan UKM gue. Masa bodo dengan mereka yang bakalan bingung, ngelihat gue yang selalu diam aja dan pura-pura bodoh di depan mereka.

Sekali aja. Biar mereka bingung dengan situasi gini. Tapi, gue bukan siapa-siapa disana. Gak ada gue gak masalah juga.

"Makanya jadi orang jangan terlalu cuek." Kata Kak Suho bukain pintu rumah.

Gue diam aja. Kalau biasanya gue bakalan balas ngebacot. Kali ini gue nahan perasaan gue. Disini, gue yang salah. Kalau gue nggak pergi ke sekret yang katanya rapat tadi. Gue nggak bakalan di diamin sama orang dirumah ini.

———
Hari minggu..

"Adek... Bangun. Buruan turun, mama nyuruh sarapan."

Gue lagi ngumpulin nyawa sehabis bangun tidur 15 menit yang lalu. Kak Suho teriak di pagi hari ke gue sudah jadi alarm manusia. Gak teriak sehari belum puas dia.

"Iya, nanti." Balas gue dengan teriakan juga.

Kalau gue ngomong biasa pasti gak kedengeran. Kak Suho kupingnua suka salah tangkap. Gue ngomong A di kirinya B. Sejenis kopok gitu lah dia.

Gue meriksa hape gue. Ada chat dari kak Baekhyun yang nanyain keberadaan gue semalem. Kak Chen yang nanya, kenapa gue keluar dari grup. Chat terbaru dari kak Chanyeol yang mau jemput gue kerumah pagi ini.

Mati!

Gue belom mandi.

Kalau nggak sempat mandi, minimal gue gosok gigi.

Gue langsung loncat dari kasur buat ke kamar mandi. Sambil sikat gigi gue keliaran di kamar buat nyari Charger hape dan masukin laptop gue ke dalam tas, dompet sama slayer juga gak ketinggalan gue masukin.

"Adek, pacarnya datangggggggg." Teriak papa.

Gue nepuk jidat. Ini orang di rumah gue makannya nasi atau speakers? Teriak mulu.

"Papa. Jangan sembarang ngomong. Itu bukan pacar adek ya!" Teriak gue nggak terima dari kamar.

Gue buru-buru turun ke bawah sambil ngikat rambut gue ngasal.

"Adek hati-hati. Kalau jatuh kepentok lagi pipi kanannya ntar bengkak lagi." Kata mama yang horor natap gue di ruang makan.

"Untungnya gak jatoh ma." Kata gue sambil nyengir.

Gue langsung ke ruang tamu. Setibanya gue disana. Zonk! Sehun kampret yang datang.

Bersambung..

———

Siapa yang zonk juga disini? Wkkwk

Silently • PCY • ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang