Bagian 39

27.9K 4.1K 253
                                    

Seperti halnya sidang pertama, kali ini Belinda juga menempatkan dirinya di barisan kedua dari depan. Posisi ini membuatnya bisa melihat wajah Rizki dengan jelas dari balik meja terdakwa. Kendati begitu, air muka yang ditunjukkannya tidaklah sama dengan sidang pertama. Bila saat itu wajahnya cenderung tak berekspresi, maka kali ini kedua belah bibir Belinda mengukir senyum.

Rasanya tak sabar menunggu hakim mengetuk palunya dan menyatakan secara jelas bahwa Rizki tak bersalah. Belinda juga tak sabar menertawakan orang-orang yang sebelumnya terus mencemooh Rizki. Lihat saja nanti, ia akan membuat mulut kurang ajar itu tak bisa lagi berkata-kata.

Dari sudut matanya, Belinda melihat kehadiran Arya Wiratama. Di balik jas mahalnya itu, pria itu duduk dengan angkuh. Senyum culas terukir di bibir Belinda yang kali ini dipolesi lipstik berwarna merah gelap. Sepertinya Arya Wiratama datang ke sini untuk menyaksikan kehancurannya sendiri. Ah, Belinda jelas akan menjadi orang pertama yang menertawakannya.

Sidang dimulai ketika ketua majelis hakim mengetuk palu, dilanjutkan dengan memanggil saksi pertama yang tak lain adalah dokter Iman yang meng-autopsi jenazah Dion.

Sungguh, kesaksian dokter Iman tak bisa membuat Belinda berhenti tersenyum. Ia yakin kakeknya pasti akan megap-megap saat melihat dokter Iman tak mengikuti perintah yang dikeluarkannya. Sama seperti Arya Wiratama yang kini sedang merapikan jasnya untuk menutupi keterkejutannya atas kesaksian dokter Iman. Atau mungkin pria itu gugup karena sebentar lagi kedoknya akan terbongkar dan karirnya hancur seketika.

Setelah dokter Iman, saksi berikutnya adalah penyidik yang waktu itu mengatakan kalau sidik jari dan jejak kaki pada barang bukti dan lokasi kejadian adalah milik Rizki seorang. Tidak seperti pernyataan sebelumnya yang terasa memberatkan Rizki, kali ini pria separuh baya itu mengaku kalau kesaksiannya waktu itu adalah palsu. Dan Belinda tahu siapa yang membuatnya mengaku seperti itu. Siapa lagi memangnya kalau bukan ayahnya. Ah! Belinda sungguh menyayangi ayahnya.

"Ketawa boleh nggak sih, Kak?" Dara berbisik di telinga Belinda.

Belinda mendengus geli. Memberikan usapan ringan di rambut Dara, lalu menempelkan jari telunjuknya di depan bibir, mengisyaratkan kepada gadis itu untuk tetap diam meskipun setelahnya mereka berdua sama-sama terkekeh.

Dari tempatnya duduk, Belinda bisa melihat Arya Wiratama beranjak pergi dengan terburu-buru tatkala penyidik tersebut menyebut-nyebut namanya dalam persidangan.

Belinda hanya mengedikkan bahunya. Ke mana pun dia lari, polisi tetap akan mendapatkannya sebab ayahnya lah yang bekerja dibalik kasus suap yang dilakukan Arya Wiratama untuk menutupi kesalahan anak sulungnya. Jadi, biarkan saja dia menghirup banyak-banyak udara bebas terlebih dahulu sebelum nantinya berada di balik jeruji besi.

Setelah penyidik tersebut selesai, kini giliran penasihat hukum Rizki yang ambil bagian. Mereka meminta izin kepada ketua majelis hakim untuk memutar video yang Belinda berikan waktu itu.

Ini dia yang ditunggu-tunggu Belinda. Menegakkan tubuhnya, kemudian memangku kedua tangannya di atas paha, dan Belinda siap melihat publik mengetahui siapa pelaku sebenarnya.

Saat video dimulai, Belinda melihat wajah semua orang tampak kaget. Apalagi pada saat bagian Roni yang mengakui secara gamblang bahwa dialah yang membunuh Dion. Belinda akan mengabadikan ekspresi terkejut semua orang dalam memorinya.

Sidang mendadak ricuh saat video tersebut selesai. Hakim meminta semuanya untuk tetap tenang karena masih ada beberapa saksi lagi yang belum didatangkan. Selain itu, video tersebut pun masih harus diperiksa untuk dibuktikan keakuratannya.

Kali ini, Roni yang gantian duduk dibangku saksi. Sejak masuk ke ruang sidang, pria itu terus menunduk sambil memainkan jemarinya.

Belum lagi hakim mengajukan pertanyaan setelah Roni disumpah sebelumnya, pria itu malah buka suara duluan.

Mendadak CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang