Bagian 2

59.1K 6K 345
                                    

Belinda hendak menghidupkan radio untuk meredam celotehan Rizki yang begitu mengganggu telinganya kala Rizki juga ingin melakukan hal yang sama. Jadilah kedua tangan mereka saling bersentuhan dan sontak saja kepala mereka berputar sehingga pandangan mereka pun saling bertumbukan.

Cengiran lebar Rizki membuat kedua mata Belinda membulat sempurna dan gadis itu dengan cepat menarik tangannya.

"Jantung lo pasti udah loncat-loncat di dalem sana gara-gara sentuhan sama gue. Iya kan, Be?" Rizki memainkan alisnya sambil menyetel musik yang pas untuk didengar di pagi menjelang siang seperti ini.

"Ngarep!"

Hardikkan Belinda meluncur bebas dari mulutnya bersamaan dengan terdengarnya lagu milik Clean Bandit dan Zara Larsson yang berjudul Symphony.

"Banyak-banyak istighfar biar nggak emosian mulu, Be. Baru juga pulang, bukannya meluk gue atau paling enggak minta gue hamilin lo, lo malah marah-marah mulu."

Putaran bola mata tak kuasa Belinda tahan saat mendengar celotehan Rizki lainnya yang benar-benar berisik dan membuatnya jengah. Pada akhirnya, ia memilih untuk menutup rapat mulutnya dan membiarkan pria itu ingin berbicara apa. Ia tak peduli. Yang penting saat ini telinganya sedikit terobati dengan suara merdu dan alunan musik yang menarik dari radio tersebut.

Setelah berceloteh seorang diri, Rizki merasa bahwa ia sudah cukup lelah dan akhirnya melontarkan sebuah pertanyaan untuk Belinda. "Gimana study lo di sana? Aman?"

"Aman dan damai. Di sana hidup gue bener-bener tenang karena nggak ada orang kayak lo," di akhir kalimatnya, Belinda memberikan tatapan setajam silet kepada Rizki sebelum kembali membuang pandangannya ke luar jendela.

Rizki bukannya sakit hati mendapati Belinda menjawab ketus seperti itu kepadanya. Ia sudah berlatih sejak lama. Jadi, diberi ekspresi atau kata-kata apa pun oleh Belinda, ia akan baik-baik saja. Coba saja kalau yang melakukan itu orang lain, sudah pasti ia akan menjambak rambutnya sampai botak.

"Tapi hidup lo pasti datar-datar aja karena nggak ada gue," ucap Rizki dengan percaya dirinya.

Belinda mendengus pelan. Ia lantas menjawab tanpa menoleh ke arah pria itu. "Setidaknya itu jauh lebih baik."

"Bebe ... Bebe, lo masih nggak berubah ya. Heran gue. Gue pikir selama kita nggak ketemu, lo sadar kalau ternyata lo nggak bisa hidup tanpa gue, tapi ternyata lo makin galak. Ngeliat lo makin galak, gue jadi pengen ngandangin elo, Be," kekehan Rizki terdengar di akhir kalimat. Ia bahkan mengacak rambut Belinda yang tentu saja langsung ditepis oleh gadis itu.

Sebisa mungkin Belinda akan menghindari kontak fisik dengan Rizki setelah kejadian di bandara tadi. Ia benar-benar tak kepikiran bahwa Rizki akan menciumnya. Ia terlalu lengah sampai bisa kecolongan.

Kalimat Rizki tadi sekaligus untuk mengakhiri ocehan pria itu yang memang berniat untuk mengganggu ketenangan Belinda. Ia kemudian menguatkan volume radio dan ikut menyanyikan lagu yang sedang terputar di radio dengan suara yang dibuat sekuat mungkin dengan maksud dan tujuan agar Belinda tak lupa bahwa ia ada di sini. Hidupnya memang benar-benar miris sebab Belinda sering tak menganggapnya ada walau ia sedang duduk di samping gadis itu sekalipun.

Gadis yang satu ini terkadang memang keterlaluan sampai membuatnya gemas sendiri, tetapi kalimat untung cinta yang terpatri dalam pikirannya membuat dirinya hanya bisa bersabar menunggu kebahagiaan datang menjemputnya.

Kini, Rizki merasa bahwa ia terlihat seperti idiot karena cinta. Kalau sampai mantan-mantannya yang sering ia sakiti melihatnya seperti ini, bisa ia pastikan bahwa para gadis itu akan menertawakannya dengan begitu keras. Dan Rizki tentu tak mau kalah. Bisa ia pastikan kalau ia akan balik menertawakan mereka karena mau-mau saja termakan rayuannya dan berakhir dengan menerima rasa sakit darinya.

"AC-nya nggak nyala, ya?"

Satu pertanyaan dari Belinda membuat bibir Rizki berhenti melantunkan lirik-lirik lagu yang sedang terputar di radio. Ia lantas meringis pelan sebelum memelankan laju mobilnya hanya untuk membuka jendela yang ada di dekat gadis itu.

"Udah nyala, kan?" tanya Rizki dengan cengiran lebarnya.

Belinda mengerutkan keningnya. Perasaan Rizki hanya membuka jendela, bukan mengotak-atik AC mobilnya. Lalu, apanya yang sudah menyala?

"Berhubung AC di mobil gue lagi ngambek, jadi, kita pake AC alam aja," ucap Rizki yang berhasil menghapus tanda tanya besar dalam benak Belinda.

Sontak wajah Belinda menunjukkan raut ketidakpercayaan akan sikap Rizki yang selalu di luar perkiraan. Belinda pun hanya bisa geleng-geleng kepala saja melihat kelakuan ajaib Rizki yang masih sama dari yang terakhir kali ia lihat.

Tak berselang lama, ekspresi Belinda yang penuh tanda tanya kembali menghiasi wajahnya saat merasakan mobil yang ia tumpangi berjalan tersendat-sendat seperti pertanda ingin mogok. Dan benar saja, saat Rizki menepikan mobil berwarna hijau ini di bahu jalan, mobil ini pun mati seketika.

"Kenapa?" Belinda tak bisa lagi menahan pertanyaan yang sudah memenuhi benaknya. Wajahnya tak hanya menampakkan kebingungan, tetapi juga kekesalan yang tak segan untuk ditunjukkannya kepada Rizki.

"Mobil gue kayaknya kaget bawa lo. Grogi karena nggak pernah bawa orang cantik. Jadinya gini, deh," jawab Rizki asal sembari melepas sabuk pengamannya. "Lo tunggu di sini aja. Biar gue bujuk dulu," ia kemudian keluar meninggalkan Belinda yang semakin menunjukkan ekspresi dongkolnya.

Seperti apa yang dikatakan Rizki, Belinda tetap menunggu di dalam. Ia kemudian menghela napas panjang sebelum membuka jendela semakin lebar dan menumpukan dagunya di sana hanya untuk menikmati semilir angin yang membelai wajahnya dengan kencang. Tanpa sadar, kelopak matanya perlahan mulai tertutup. Bermaksud untuk menikmati angin yang cukup sejuk sekaligus untuk meredakan rasa jengkelnya terhadap Rizki.

"Be, kita kayaknya harus naik taksi, deh."

Suara Rizki yang masuk ke telinganya membuat mata Belinda terbuka seketika. Ia menemukan Rizki yang tampak frustasi dengan mobilnya yang membuatnya segera bergegas keluar.

"Buka bagasi mobil lo, biar gue naik taksi aja," Belinda memerintah dengan ketus.

"Lo itu kayaknya perlu banyak makan yang manis-manis deh, Be, supaya omongan lo manis dikit," balas Rizki yang kini berjalan ke belakang untuk mengambil barang-barang Belinda.

"Bukan urusan lo."

Rizki yang kembali mendapat kata-kata pedas dari Belinda hanya bisa mengelus dadanya sambil berkata, "sabar, Ki. Dia calon ibu dari anak-anak lo nanti."

Dan kini, setelah Belinda pergi dengan taksi, gagal sudah niatnya yang ingin tampil keren di depan pujaan hati. Gara-gara calon barang rongsokan ini, ia harus mendapati Belinda semakin membencinya di hari pertama gadis itu kembali ke tanah air setelah bertahun-tahun berada di luar negeri.

••••

Dikit-dikit aja ya update-nya😋😋

Btw, selama bulan puasa, kita bakal ditemani sama Rizki! Semoga berfaedah ya😂

26 Mei, 2017

Mendadak CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang