Bagian 20

29K 4K 275
                                    

Ringisan panjang tak ada habisnya keluar dari mulut Rizki saat Belinda sengaja menggosok uang koin yang berada di tangannya ke punggung terbuka Rizki dengan kuat sehingga menghasilkan warna kemerahan berbentuk garis miring di sepanjang punggung pria itu.

"Aduh, Be, pelan-pelan dong." Rizki menyuarakan keluhannya. Pasalnya, bukan kenikmatan yang ia dapat saat Bebe mengerok punggungnya, tetapi malah rasa perih karena gadis itu melakukannya tanpa perasaan.

"Biarin, sebel aku sama kamu," balas Belinda tak acuh. Ia justru semakin menjadi sampai membuat Rizki berteriak kesakitan.

"Sayangnya Rizki jangan galak-galak, dong. Rizki 'kan jadi takut."

"Najis banget sih, Ki."

Tawa renyah menyembur bebas dari mulut Rizki. Sementara bibir Belinda mengerut cemberut, tetapi ekspresi tersebut tak berlangsung lama karena setelahnya tawa Rizki menular kepada gadis itu, menciptakan seulas senyum di bibir merah Belinda.

Seluruh gerakan Belinda terhenti selama beberapa saat sebab kedua matanya sedang mengagumi Rizki yang masih tertawa lepas. Selama ini, ia selalu melihat wajah ceria Rizki, tetapi entah kenapa kali ini ia merasa agak berbeda saat menatap pria itu. Rizki tampak jauh lebih bahagia dari yang ia lihat sebelumnya.

"Kok berhenti, Be?"

Satu pertanyaan dari Rizki menarik kesadaran Belinda. Tanpa menjawab, ia melanjutkan lagi kegiatannya yang sedang mengerok punggung Rizki untuk mengusir angin yang mendiami perut pria itu.

"Minum obat aja ya, Ki?" tawar Belinda seraya mengolesi balsam di punggung Rizki.

"Aku cuma masuk angin, Be, ngapain minum obat segala. Paling besok juga sembuh."

"Dokter mana coba yang ngobatin orang pake cara beginian. Percuma aku sekolah jauh-jauh sampe ke luar negeri." Belinda menggerutu. Seperti sebelumnya, gadis itu dengan sengaja menguatkan kerokannya di punggung Rizki.

"Aduh, Be, perih banget, sumpah! Udah deh, Be. Biar Bunda aja yang ngerokin aku nanti," rintih Rizki seraya memiringkan sedikit tubuhnya lalu mengangkat tangannya untuk menangkap tangan Belinda agar gadis itu berhenti.

"Beneran perih ya, Ki?" tanya Belinda, khawatir.

"Iya. Mana panas banget lagi. Kamu ngasih balsamnya kebanyakan."

"Maaf, Ki, nggak sengaja."

Rizki mendengus pendek. Ia lantas mengambil satu tangan Belinda dan menggigitnya pelan. "Nakal tangan kamu," ucapnya kemudian, lalu membetulkan duduknya seperti semula, memunggungi Belinda.

Belinda tergelak. Koin yang sedari tadi berada di tangannya, kini ia letakkan di atas tempat tidur Rizki. Tubuhnya bergerak maju, membuat jaraknya dengan Rizki menipis. Tanpa aba-aba, mulutnya bergerak untuk meniup punggung Rizki yang sudah penuh dengan warna kemerahan.

Rizki yang menerima perlakuan itu sontak saja terkejut. Dengan sigap ia melemparkan tatapannya ke belakang dan mendapati Belinda yang tengah melakukan sesuatu yang tak pernah ada dalam pikirannya.

Selama beberapa saat, yang Rizki lakukan hanyalah diam, menikmati embusan napas Belinda yang menyapu keseluruhan punggungnya yang memang agak perih. Lalu, tiba-tiba saja para iblis mulai membisikkan sesuatu berbau liar di telinganya sebab apa yang mereka lakukan saat ini terasa begitu intim. Rizki yang mudah tergoda terang saja mendengarkan dengan saksama. Lama-kelamaan otaknya mulai tercemar, memikirkan hal-hal senonoh di kepalanya.

Keadaan rumah yang sunyi karena kedua orangtuanya dan Dara sedang sibuk dengan kegiatan mereka di luar rumah, membuat jalan pikiran Rizki semakin berkelana jauh. Terbayang akan suatu perbuatan menyenangkan dengan Belinda, di atas ranjang.

Mendadak CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang