/3.8\

309 51 5
                                    

Jarum jam baru menunjuk di angka 5.55 pagi,tapi Wendy sudah keluar dari kamar dengan seragam yang rapi dan ransel yang menempel di punggungnya.
Abangnya Lay saja masih belum mandi,belek di matanya dan air liurnya saja masih menempel di wajah kucelnya.Hana masih sibuk menyiapkan menu sarapan pagi,tapi Wendy terlihat terburu-buru bersiap untuk berangkat sekolah.

"Mau kemana lo?nglindur ya Nyet?"Celetuk Lay melirik adiknya yang seperti bukan dirinya.Biasanya saja,Lay yang harus dibuat menunggu dan meneriaki namanya untuk cepat karena takut terlambat.Nah ini,gak ada angin gak ada hujan udah siap sekolah.

"Loh..udah mau berangkat nak?gak kepagian?mending bantuin Ibun dulu"Ujar Hana sambil menyambi membalik telur dadarnya yang terpanggang di penggorengan.

"Wendy buru-buru Bun,Wendy berangkat dulu ya"Wendy menyalami paksa Ibunya terus berlalu keluar.

"Loh gak sarapan dulu?!seenggaknya minum susunya!"Teriak Hana yang gak mendapat respon,Hana melirik ke anak lelakinya yang seolah gak perduli dan malah fokus dengan spongebob di tv.

"Lay gak tau Bun.."Sontak Lay membela diri gak mau di salahkan.

-

Dengan menaiki taxi Wendy bergegas menuju rumah Seulgi,hati dan pikirannya benar-benar kacau.Dia ingin menyelasaikan semuanya hari ini juga,meskipun itu bakal sulit.Sebenarnya tadi malam Wendy mau langsung ke rumah Seulgi,tapi Ibunya gak memberi izin.Dan lagian saat itu Seulgi benar-benar sedang dalam suasana yang panas.

Sesampainya di rumah Seulgi Wendy langsung membayar ongkos taxi.Buru-buru punggung tangannya mengetuk badan pintu,meski rasa takut dan keraguan benar-benar terasa merasuk pada dirinya.

"Wendy?"Seorang wanita berusia 40an membukakan pintu bercat putih dan membuat mereka-wendy dan mama Seulgi-saling berhadapan.

Buru-buru Wendy mencium tangan Ibu sahabatnya,dan mencetak senyum tulus yang dipaksakan sekuat tenaganya.
"Tante..apa kabar tante?"Sapa Wendy

"Baik.Kamu sehat?"Wendy mengangguk sopan.

"Ehm..maaf tante,Wendy gak sopan bertamu pagi-pagi.Ta--tapi--Seulginya ada Tante?"Tanya Wendy menyampaikan maksud kedatangannya sembari melongok ke dalam rumah.

"Oh..Seulgi?Seulginya malah udah berangkat..sama papinya.Baru aja kok"Jawab Mama Seulgi

Wendy mengangguk mengerti disertai hembusan nafas antara menyesal atau harus dikatakan bahwa itu melegakan rasa takutnya.

"O--ehm..kalau gitu Wendy juga permisi deh Tante"Pamit Wendy kembali mencium tangan wanita di hadapannya.

"Loh..gak mau masuk dulu?"

"Makasih Tante,Wendy kan juga harus sekolah.Permisi Tan..Assalamualaikum"

Kembali dengan taxi Wendy bergegas menuju ke sekolah.Meskipun dia takut,dan harus menghadapi hal terburuk Wendy harus berani menghadapinya.
Jika boleh memilih Wendy gak ingin kehilangan Chanyeol ataupun Seulgi,keduanya begitu berarti untuknya.Tapi rasanya itu terlalu egois dan serakah.

Sesampainya di sekolah Wendy segera berlari menuju ke kelas,berharap Seulgi juga sudah di sana.
Langkahnya terhenti sejenak begitu mata Wendy mendapati Seulgi sudah duduk dengan kepala di tenggelamkan ke meja tepat di tempat duduknya sendiri.Dengan jantung yang berpacu cepat ia mengatur nafasnya,kemudian nekad masuk ke kelas dan menghampiri Seulgi.

"Gi---"Panggil Wendy lirih"gue mau bicara,kita harus ngomong"

Gak ada respon.Seulgi masih mematung di tempatnya tanpa bergerak satu inci pun.Bahkan angin saja gak berani meniup rambutnya yang dibiarkan tergerai menenggelamkan kepalanya.

Dream x WenyeolgiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang