Chad cukup bingung dengan posisinya sekarang. Ia ditarik, atau bisa dibilang dibawa oleh Dilan keluar dari ruangan Richard. "Di..dilan aku tidak bisa," seru Chad menolak Dilan. Terlihat ekspresi kecewa diwajah Dilan. Ia tak menjwab membuat Chad takut jika ia membuat Dilan marah. "Di..lan, kau masih disini ?" Tanyanya. "Aku masih disini," balas Dilan lemah. "Maafkan aku, aku hanya tidak ingin Tuan Richard marah, ini belum jam istirahatku, aku harus berkerja," balas Chad. Chad hanya tidak ingin melanggar aturan disini. Ia sudah cukup 'senang' mendengar Richard mulai menyukai kerjanya, itu hal yang benar-benar Chad inginkan, bekerja dengan baik. "Aku tahu, aku hanya kesepian, tidak ada yang menemaniku, baiklah jika kau tak bisa, aku pergi sendiri saja," lnjut Dilan yang masih kecewa. Chad terlanda dilema. Ia bingung, ia tidak ingin Dilan kecewa dengnnya, ia tahu rasanya kesepian dan ia tak ingin Dilan kesepian. Tapi dilain sisi, ia tak ingin membuat Richard marah lagi.....
"Aku,,, aku menemanimu 1 jam saja, apa bisa ? aku sungguh harus kembali," balas Chad mencoba membuat Dilan baik kembali. Sebenarnya ini semua kerjaan Dilan, Dilan sengaja bersikap seperti itu agar Chad bisa jalan dengannya. Dilan cukup yakin jika semuanya akan berjalan lancar. Ia sudah memikirkan segalanya dan mulai detik itu juga ia akan mendekati Chad.
Dilan menjemput Chad yang menunggunya didepan kantor. Chad masih saja terlihat gelisah, tapi Dilan mencoba menanggapi itu semua dengan biasa saja. Tak ada kecurigaan sama sekali. Keadaan mereka berdua terlihat dingin didalam mobil, Dilan tidak menyukai ini. "Chad, kau ingin makan apa ?" Tanya Dilan membuka pembicaraan diantara mereka berdua. "A..aku, aku terserah kau saja, aku hanya menemanimu,". Dilan sadar pikiran Chad tidak bersamanya. Saat itulah ia sadar Chad bukanlah sesosok orang yang 'gampang' ia bukan lelaki yang akan bebas didekati apalagi dengan kekurangannya seperti sekarang. Tapi itu semua yang membuat Dilan tambah tertarik dengan dirinya. Ia benar-benar tertarik dengan Chad.
Mereka sampai disebuah cafe vintage ditengah kota. Cafe itu cukup ramai disiang hari seperti ini. Dilan membantu Chad keluar dari mobil. Dan saat itu, Dilan menggengam tangan Chad. Chad bingung dengan perlakuan Dilan yang menurutnya aneh. Ia tak pernah merasakan hal seperti ini. Ia bukan tidak menyukainya tapi ini semua hanya aneh untuknya. Tak sedikit orang-orang melihat kedekatan mereka berdua. Bagaimana mungkin pria setampan Dilan bergandengan tangan dengan lelaki buta. Mungkin itu yang ada dibenak beberapa orang di Cafe tersebut, tapi tidak untuk Dilan yang tak peduli sama sekali dengan pikiran mereka.
"Apa yang kau inginkan ?" Tanya Dilan. "Aku.. aku hanya menemanimu, aku bisa makan di Kantor," balas Chad tersenyum manis. "2 spaghetti dan juga 2 lemon juice," balas Dilan. Ia tak mungkin melihat Chad yg hanya berdiam diri tanpa makan sedikitpun. Chad hanya melihat kearah jendela seakan pikirannya tak ada disana. Sebenarnya yang ia pikirkan adalah....
Mengapa suara Richard siang tadi terdengar sama dengan lelaki yang berada dilift bersmaanya saat itu ??
"Chad, makananmu sudah ada," seru Dilan. Mungkin selama itu Chad mengabaikan Dilan yang padahal ada didepannya. "Ma..makananku ? Aku tidak memesannya Dilan,". "Aku yang memesankannya untukmu, kau harus mengisi perutmu, makanlah," seru Dilan mulai menyantap spaghettinya. Chad hanya berdiam mencoba mencium apa yang ada didepannya dengan sopan, dan ia mencium aroma bawang putih, sedikit rempah-rempah, ia mengenali aroma ini, ia yakin Dilan memesankannya spaghetti. Disaat itu juga ia baru ingat jika makanan tersebut adalah makanan favorit Bobby. Bobby akan berteriak kesenangan jika Chad akan memasakan Bobby spaghetti yang jarang bisa mereka rasakan.
Dilan masih memerhatikan Chad yg tidak memakan makanannya. "Apa kau tidak suka spaghetti?". "Bukan, aku hanya memikirkan adikku, ia sangat menyukai spaghetti. Dilan, bisakah aku membungkus ini untuk adikku ?", pinta Chad. Dilan cukup kasihan dengan Chad. Ia begitu mencintai adiknya hingga ia rela tidak makan hanya untuk adiknya. Dilan dengan sigapnya memanggil salah satu pelayan disana agar membuatkan 1 spaghetti lagi untuk Bobby pulang nanti. "Makanlah spaghetti itu, aku sudah memesankannya untuk adikmu.". Chad tidak banyak menolak setelah itu. Ia menyantap spaghetti didepannya dengan perlahan, hingga ia tak sadar ia meninggalkan beberapa saus dipinggir bibirnya yang membuat Dilan gemas dan membersihkan sisa makanan tersebut tepat diujung bibirnya. "Maaf," seru Chad kaget setelah Dilan menyeka saus yang ada dibibir Chad.
Berhenti berpikiran jika Chad senang jika ia ditraktir Dilan. Tidak sama sekali, Chad mengeluarkan duitnya untuk membayar makanannya. Dengan mentah Dilan menolaknya, ia menjelaskan semuanya jika ini semua Dilan yang bayar. Chad masih saja ia tak mau, tapi tetap saja Dilan yang bayar tanpa alasan. Chad hanya berterima kasih kepda Dilan dan meminta lain kali biarkan ia membayar sendiri. Chad bermaksud baik, ia bukan tidak ingin ditolong tapi ia hanya ingin orang-orang berhenti memandangnya seperti seseorag yang tidak bisa melakukan apapun. Hanya itu.
Seperti janji Dilan, ia membawa Chad kembali kekantor sejam setelah itu. Ia berterima ksih terhadap Chad yang bisa menemaninya siang itu. Chad dengan senang bisa menemani dan membuat Dilan baik kembali. Tapi Chad juga senang karna ia tak sabar agar pulang dan memberikan makanan tersebut kepada Bobby sore nanti.
dan disaat Chad masuk kedalam kantor, disaat itu juga Richard menaikan kembali kaca mobilnya....
// to be continue....... jangan lupa vote + komen yang banyakk luvliess ❤🔥🔥

KAMU SEDANG MEMBACA
BLIND [BoyxBoy]
Romance[BoyxBoy] // part of GCU (gaycinematicuniverse) Kehidupan seorang lelaki muda yang hidup dalam kegelapan semasa hidupnya. Chad bertemu dengan Richard yang membencinya saat pandangan pertama, tapi itu semua berubah disaat Richard menatap mata Chad ya...