13: Hujan

4.3K 610 10
                                    

Hujan.

Hari ini hujan, dan aku tidak membawa payung.

Aku juga tidak pulang bersama Seonho dan Guanlin, aku memang meminta mereka untuk pulang duluan tadi, karena hari ini aku ada jadwal piket. Aku tidak ingin mereka menunggu, walaupun aku sudah tahu kalau Guanlin akan tetap pulang duluan tidak atau denganku sekalipun.

Dan, sekarang..

Aku tidak bisa pulang karena hujan turun dengan sangat deras, dan aku tidak bawa payung!

Aku tidak tahu kalau hari ini akan hujan, jadi sekarang pilihanku ada dua, memaksa untuk tetap pulang namun dengan basah kuyup atau menunggu disini tanpa kepastian kapan hujannya reda.

Kalau sampai malam belum reda bagaimana?

Dan baru kali ini aku menyesal karena aku tidak membawa ponselku, biasanya aku memang sering meninggalkan ponselku dirumah karena aku tidak terlalu menggunakannya dan terbiasa tanpanya. Namun sekarang, aku benar – benar membutuhkannya!

Halte bus juga cukup jauh karena halaman sekolah ini yang begitu luas, aku harus berlari terlebih dulu untuk sampai di halte, sama saja aku kehujanan.

Sekolah juga semakin sepi, dan pasti sebentar lagi gerbangnya akan ditutup. Sepertinya aku memang harus pulang dengan basah kuyup hari ini, tidak ada cara lain.

Aku langsung berlari menerobos hujan, berlari keluar dari area sekolah ini dan menuju halte bus didepan. Butuh waktu dua atau tiga menit sampai akhirnya aku cukup dekat dengan halte.

Namun, aku melihat seseorang yang sedang berteduh di halte, Ia melihat kearahku seakan merasakan kehadiranku.

Itu adalah Lai Guanlin.

Kenapa dia masih belum pulang?

"Guanlin-ah, kenapa kau belum pulang?" Tanyaku sambil berdiri disampingnya.

"Ada urusan dengan Lim sonsaengnim," Guanlin menjawab sekenanya.

"Jadi, kau sudah mau pulang, kan?" Tanyaku. "Kau juga tidak membawa payung, ya?"

Kali ini Guanlin tidak merespon apapun. Aku hanya menghela nafas dan mendudukkan diriku, sedangkan Guanlin tetap berdiri membisu ditempatnya.

Udaranya dingin sekali, apalagi aku kehujanan tadi, seragam dan rambutku basah.

Kusadari kalau Guanlin tidak basah sedikitpun, apa dia sudah ada disini sejak hujan belum turun?

Aku semakin kedinginan, kenapa bus-nya belum datang juga?

Guanlin mengeluarkan sesuatu dari saku celananya, sebuah ponsel. Ia menyentuh layarnya beberapa kali kemudian menempelkan ponselnya ditelinganya, menelpon seseorang.

"Yeoboseyo.. Ne, tolong kirimkan taksi ke halte bus didepan SMA Internasional Kirin sekarang, tolong cepat. Terima kasih,"

Aku memeluk diriku dengan harapan aku akan merasa sedikit lebih hangat, namun nihil. Aku semakin kedinginan saat angin berhembus, sepertinya aku akan terkena flu besok.

Tiba – tiba, kehangatan muncul saat aku merasakan sesuatu membalut diriku. Aku mendongak dan melihat Guanlin.. memakaikan jaketnya padaku.

"Jika kau pingsan akan semakin merepotkan, pakai saja."

Suara Guanlin itu bagaikan harmoni yang sangat indah di telingaku, aku tidak menyangka Guanlin akan melepaskan jaketnya dan memakaikannya untukku, aku benar – benar tidak bisa memprediksi tindakannya.

Aigoo, jantungku berdebar – debar.

Tidak lama kemudian, sebuah taksi datang dan berhenti didepan kami. Guanlin langsung membuka pintunya dan menoleh kearahku.

ICE PRINCE || Lai GuanlinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang