36: Direbut

3.5K 487 33
                                    

"Hyung, kenapa kau melakukan ini pada Suyeon?"

"Tidak usah ikut campur, Seonho-yah.."

"Kenapa? Kenapa kau tiba – tiba menjadi seperti ini? Aku tidak mengerti!"

Guanlin hanya menghela nafas.

"Bukankah kau tidak menyukainya? Kenapa kau sekarang.."

"Diamlah!" Potong Guanlin cepat. "Kubilang tidak usah ikut campur.."

"Aku tidak menyangka kau seperti ini, hyung."

Seonho melangkah pergi, namun langkahnya terhenti sejenak.

"Jangan sakiti Suyeon, hyung."

"Yah, Yoo Seonho.." Seonho tersadar dari lamunannya dan melihat Suyeon yang sedang melambaikan tangannya tepat didepan wajahnya.

"Ah.. iya.." Gumam Seonho.

"Waeyo? Ada yang sedang kau pikirkan?" Tanya Suyeon.

Seonho menggeleng cepat, "Aniyo! Tidak ada apa – apa.."

"Tadi kau pesan ayam, sekarang kau malah tidak menyentuhnya sama sekali." Ucap Suyeon sambil melihat dua buket ayam diatas meja yang belum tersentuh sama sekali.

Saat ini mereka berdua sedang ada diruang tengah, menonton tv bersama.

"Kenapa Guanlin belum pulang sampai sekarang, ya?" Gumam Suyeon sambil mengotak – atik ponselnya.

"Dia ada olimpiade!" Sahut Seonho cepat.

Suyeon meliriknya, "Benarkah?"

"Iya, tadi aku melihatnya pergi bersama Kwon sonsaengnim." Ucap Seonho, berbohong.

"Begitu, ya.." Suyeon meletakkan ponselnya dan mengambil sepotong ayam. "Lalu, kenapa kau tidak olimpiade juga?"

SKAKMAT.

"I-itu.. aku.. aku malas untuk pergi olimpiade kali ini! Maka dari itu aku meminta Guanlin hyung untuk menggantikanku. B-begitu, iya begitu!" Jawab Seonho yang kebingungan mencari alasan. Untungnya Ia langsung mendapatkan alasan.

Padahal kebenarannya tidak begitu, hari ini Ia tidak ada olimpiade, tapi ada jadwal kelas pelatihan olimpiade, dan Seonho membolos untuk menemani Suyeon pulang karena setelah berbicara dengan Guanlin tadi, Seonho melihat Guanlin yang pergi bersama Siyeon.

Entah mengapa namun Seonho merasa tidak ingin mengatakan yang sebenarnya pada Suyeon, Ia tidak tega. Ia hanya berharap Suyeon mempercayainya begitu saja dan tidak curiga sama sekali.

Seonho juga memesan ayam agar bisa lebih tenang, namun Ia malah mendadak tidak ada nafsu untuk makan apapun. Itulah mengapa sampai sekarang Ia belum menyentuhnya padahal biasanya Ia akan menghabiskannya dalam waktu singkat.

Keesokan harinya, Suyeon hendak menaiki tangga menuju kelasnya. Namun Ia mendengar sesuatu yang ganjil. Ia berusaha mencari sumber suara.

Sampai akhirnya Ia melihat Sohyun yang sedang bersama dengan.. Park Siyeon.

"Kenapa kau kembali, huh?" Sohyun melipat kedua tangannya didepan dada.

"Wae?" Siyeon menatap Sohyun sinis. "Aku masih terdaftar sebagai siswa disekolah ini, kenapa aku tidak boleh kembali?"

"Sekolah ini sudah menjadi lebih tenang setelah kau menghilang, namun sekarang kau muncul kembali?"

"Kenapa? Kau merasa tersingkirkan karena kehadiranku? Ah, kau pasti berusaha untuk merebut posisiku sebagai siswi paling dicintai disekolah ini, tapi gagal?" Siyeon tersenyum miring.

"Cih, aku tidak buta dengan hal – hal menjijikan seperti itu." Ucap Sohyun sambil terkekeh singkat. "Untuk apa dicintai kalau itu semua palsu?"

"Katakan saja kalau kau iri padaku, Kim Sohyun-ssi." Siyeon mengibaskan rambutnya pelan.

"Dengar, ya.. Sudah cukup kau merusak hubunganmu sendiri, jangan.."

Tiba – tiba Suyeon ditarik oleh seseorang dan dibawa pergi dari sana dengan cara dirangkul. Suyeon melihat siapa itu, ternyata Ia adalah Park Jihoon.

"Kau senang sekali menguping pembicaraan orang, ya?" Ucap Jihoon santai sambil terus berjalan, membuat Suyeon ikut terus berjalan karena lengan Jihoon yang melingkar dilehernya.

"Dengarkan aku, Nam Suyeon. Kali ini saja," Jihoon berhenti melangkahkan kakinya. "Terkadang, tidak mengetahui apapun lebih baik daripada tahu."

Jihoon kembali berjalan dengan santai, "Kau masih ingat saat kau mengetahui kasus pembully-an Jinyoung, bukan? Apa yang kau dapatkan setelahnya? Kau hampir saja celaka ditangan anak - anak yang membully Jinyoung."

"Tapi, aku ingin tahu.." Suyeon melepaskan rangkulan Jihoon. "..siapa Park Siyeon sebenarnya,"

Jihoon menghela nafas, "Aku sudah dengar apa yang terjadi, jadi aku paham mengapa kau seperti ini."

"Tapi, apa yang perlu kau camkan adalah.. selalu ada alasan dari apa yang terjadi." Lanjut Jihoon sambil tersenyum, Ia kembali merangkul Suyeon dan menyeretnya pergi dari sana secara halus.

Jinyoung, Guanlin, dan kini Jihoon.. mereka menyebutkan kalimat yang sama.

Sebenarnya ada apa?
   
    
     
***
     
     
      
"Tolong tetaplah berada disisinya, tolong jaga dia."

Jinyoung teringat ucapan itu, dan kini Ia melihat Suyeon yang duduk dihadapannya. Sesekali matanya melirik kearah lain, kearah dimana Guanlin berada. Sejak tadi Ia hanya mengaduk – aduk supnya, Ia belum melahap satu suap pun.

"Kalian tidak bicara lagi, ya?" Sohyun membuka suara.

"Nugu?" Tanya Jinyoung.

"Aku tidak sedang bicara padamu.." Jawab Sohyun santai.

"Kau bicara padaku?" Suyeon menunjuk dirinya.

Sohyun meletakkan sumpitnya, "Bukankah sudah jelas?"

"Kenapa aku?" Tanya Suyeon.

"Kau dan Guanlin, kalian tidak bicara sama sekali semenjak boneka salju itu muncul, kan?" Jinyoung menebak apa yang dimaksudkan Sohyun. Ia menyebutnya boneka salju karena Ia merasa tidak nyaman untuk menyebut namanya.

"Boneka salju masih terlalu bagus untuknya," Cibir Sohyun.

Suyeon mengingat kemarin Guanlin yang pulang jam 7 malam, masih mengenakan seragamnya, Ia langsung masuk ke kamar Seonho dan tidak ikut makan malam dengan alasan ingin langsung istirahat.

Suyeon merasa kalau Guanlin.. menjauhinya?
   
    
  
***
   
    
   
A/N:
Mungkin beberapa chapter lagi sudah ending... mungkin:)
Vote + komen jangan lupaaaaa❤
Thank you!
   
   
Tsyscarlet💛

ICE PRINCE || Lai GuanlinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang