.:4:.

7.1K 1.5K 292
                                    

Tempat tidur King Size itu tidak bergeming meskipun Helen menghempaskan tubuh mungilnya di sana. Ia menatap ke langit-langit, membayangkan apa reaksi keempat istri itu saat menerima email darinya. Helen tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum, tapi ia bingung kenapa ia merasakan perasaan geli seperti sekarang.

Mungkin karena membuat empat wanita itu histeris adalah kegiatan yang paling ia sukai.

Harus ia akui, Luke memang merupakan sosok yang manis. Terutama senyumnya. Pria itu selalu tersenyum – entah ia sadar atau tidak bahwa itu adalah selling point terbesar baginya. Beberapa kali Helen mencoba untuk membuat Luke serius dan merekamnya, tapi hasilnya nihil – Luke selalu tertawa setelahnya.

Helen berbalik ke arah kanan – berbaring menyamping, tangannya meraba-raba bagian atas kasur untuk mengambil bantal. Setelah mendapatkan benda empuk berwarna putih itu, Helen langsung memeluknya, membenamkan setengah wajahnya dalam kelembutan bantal bulu angsa favoritnya.

"What are you doing?" alis Luke bertaut saat melihat Helen mengarahkan kamera ponsel kepadanya.

Helen nyengir, "Adik-adikku penasaran bagaimana pekerjaanku di hari pertama. Mereka sangat cerewet saat tahu aku akan bekerja..." – atau lebih tepatnya saat tahu aku akan bekerja di tempat yang sama sepertimu, batin Helen.

Luke tersenyum, "Baiklah, jadi kau seperti sedang melaporkan keadaanmu sekarang, huh?"

"Kurang lebih begitu."

"Lalu kenapa kamera itu menghadap kearahku?"

"Oh, aku sedang ingin membuktikan bahwa orang yang mengajakku kesini bukanlah orang yang mencurigakan." perkataan Helen memancing Luke untuk tertawa.

"Baiklah...lakukan sesukamu. Aku masih tidak mengerti dengan perasaan adiktif wanita terhadap ponselnya."

"Semua pria selalu berkata bahwa mereka tidak akan pernah mengerti wanita. Itu kalimat yang sangat klise."

Senyum Luke semakin melebar. Ia hanya menimpali Helen dengan cara menggelengkan kepalanya dan mengambil satu mangkuk popcorn dari dalam microwave.

"Itu makan siangmu?"

"Aku tidak terlalu lapar." kata Luke.

"Itu tidak sehat, Luke."

"Kau mulai terdengar seperti seorang ibu, Helen." Luke menjentikkan popcorn di tangannya dan langsung masuk ke dalam mulutnya.

"Ah, atraksi yang bagus. Bagaimana kalau kau ulangi lagi?" Helen kembali memfokuskan kameranya ke arah Luke.

"Apa? Ini?" pria itu menjentikkan kembali popcorn di tangannya.

"Ya, tapi lakukan dengan cara yang berbeda, lemparkan popcorn itu ke atas."

"Hey, itu susah."

"Entertain me, Luke." Goda Helen.

Luke kembali tersenyum lebar dan mencoba melemparkan popcorn tersebut beberapa kali, tapi jumlah tangkapannya tidak sebanyak popcorn yang ia lempar.

Helen tertawa. "Come on... you can do better than that..."

Luke menaruh mangkuk itu kembali ke counter lalu melempar beberapa popcorn ke arah Helen.

"Hey! What was that??" protes Helendi sela-sela senyumnya.

"Jangan bermain dengan makanan, Helen." canda Luke.

My Unintended [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang