.:16:.

5.1K 1.4K 294
                                    

"Luke?"

Kedua orang itu menoleh, seorang pria dengan setelan kaos polo dan celana pendek ada di sana.

"Hey, Luke!" seru pria itu, "Kupikir tadi aku salah orang. Sedang apa kau di sini? Apa kau juga diundang oleh Edgar?"

Helen mengira pria di hadapan mereka pasti teman lama Luke. Wanita itu menarik tangannya, bermaksud melepaskan genggaman tangan mereka. Tapi diluar dugaan, Luke mempererat genggamannya sebelum Helen sempat melepaskan tangannya.

"Dia mengundangku. Tapi tampaknya dia lupa memberitahu dimana tepatnya letak toko itu. Aku bahkan tidak tahu nama tokonya. Kami sedang mencari toko itu sekarang." jawab Luke.

Pria berbaju polo itu menautkan alis ketika Luke berkata 'kami'. Ia melihat ke arah genggaman tangan kedua orang itu lalu tersenyum penuh arti, "Kau tidak mau mengenalkan kami?"

"Ah...tentu saja. Helen, perkenalkan, ini temanku, Davis. Dulu kami satu jurusan saat kuliah. Davis, ini Helen." Luke melepaskan genggaman tangan mereka sejenak, memberikan kesempatan pada Helen untuk bersalaman dengan Davis.

"Senang berkenalan denganmu." ucap Helen, formal, sedikit terbawa kebiasaan yang sering ia lakukan saat berkenalan dengan para kolega Aram.

"And who exactly is this pretty lady?" Davis memandang penasaran ke manik mata Helen seraya mendekatkan tangan wanita itu ke bibirnya, mengecupnya sekilas.

"Someone that you should not make a move on." Luke merangkul pundak Helen, menempatkan tangannya dengan mantap di sana. "Now, if you'll excuse us, we need to go to Edgar's shop."

Davis terkekeh, setelah melepaskan tangan Helen, ia berkata, "Kenapa kita tidak pergi kesana bersama-sama? Aku baru saja dari sana. Barusan aku mengambil barang yang tertinggal di mobilku dan sekarang aku juga menuju toko itu."

"Great! Itu akan sangat membantu." seru Helen.

Mereka akhirnya berjalan bertiga menuju ke toko milik teman Luke, Edgar. Selama perjalanan ke sana, Luke berada di antara Helen dan Davis. Tidak terlalu banyak obrolan yang bisa Helen ikuti, tapi setidaknya ia bisa melihat sisi lain Luke saat bersama teman-temannya. Selain itu, Helen juga tidak bisa mengalihkan pikirannya dari rangkulan dan kalimat yang Luke ucapkan tadi, meskipun sekarang Luke hanya menggenggam erat tangannya kembali...

Someone that you should not make a move on...

Kalimat itu terngiang di telinga Helen.

Kali ini, cukup mudah menemukan tempat yang dimaksud oleh Edgar dalam pesannya. Tak lama, mereka sudah berada di depan toko tersebut.

"Di sini tempatnya. Masuklah, sudah cukup banyak yang datang." Davis membukakan pintu untuk Luke dan Helen, "Hey, kalian!! Lihat siapa yang datang!" serunya.

Ruangan yang semula riuh menjadi lebih riuh setelah orang-orang di sana melihat Luke memasuki tempat itu. Luke mempererat genggaman tangannya, menempatkan Helen di belakang tubuhnya, seolah bermaksud menyembunyikan wanita itu.

"Hey, Luke!! What's up, Dude??"

"Bagaimana kabarmu sekarang? Kau bagaikan hilang ditelan bumi!"

Berbagai sapaan dan pertanyaan terlontar dari orang-orang yang berada di sana. Helen mengira, mereka pasti teman-teman Luke selama masa kuliah.

"Ohho... Who's this petite girl, huh?"

"GOD! She's hot!"

"Damn! Luke! Really?? This girl?? Listen, babe, you're too good for this guy. Why don't we have a cup of coffee ourside?"

My Unintended [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang