.:33:.

3.3K 664 138
                                    

Langit Hawaii terlihat cerah, sinar matahari pun seolah bersahabat. Angin yang berhembus membawa aroma laut yang khas, sesuatu yang biasa ditemukan di area dekat pantai. Di bawah bayang-bayang pohon, Luke menyeruput minumannya. Ia melirik ke arah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, sudah dua jam sejak Helen menyuruhnya menunggu di sana. Ia lalu mengalihkan pandangan ke seberang, tempat Helen dan tamu spesial mereka terakhir terlihat.

Ia tidak pernah menyangka para wanita itu akan muncul di sana pagi ini. Mungkin menyambut mereka dalam keadaan topless merupakan suatu kesalahan? Keadaan bertambah canggung saat salah satu di antara mereka menanyakan siapa Luke. Pria itu memang sudah pernah bertemu dengan Nathalie, Ana dan Lidya, tapi ia belum pernah bertemu dengan Zia – Helen mengenalkan mereka berdua kemudian.

Munculnya Helen yang hanya mengenakan kemeja ayahnya tentu saja membuat suasana semakin ricuh. Keempat tamu wanita itu tidak henti-hentinya menggoda Helen. Luke sampai harus beralasan hendak mengambilkan mereka minum untuk kabur dari situasi tersebut.

Satu hal mengarah ke yang lain. Zia yang lebih banyak bertanya kepada, atau lebih tepatnya menginterogasi, Luke mengenai bermacam hal; mulai dari pekerjaan hingga apa yang mereka lakukan di sana. Tidak lupa, Zia juga menanyakan apakah mungkin jika ia turut menerima susu dari peternakan Luke, tentu saja hal itu tidak luput dari celetukan-celetukan mengejek dari wanita yang lain.

Sejauh ini semua aman dan terkendali. Orang tua Helen pulang tidak lama dari kedatangan para istri mantan Bachelors tersebut. Setelah sesi mengobrol selama beberapa saat, Cecillia menyuruh mereka untuk berjalan-jalan dan menikmati Hawaii. "Kalau kalian akan pulang nanti malam, setidaknya kalian harus menikmati Hawaii sebentar." Itu yang Cecillia katakan saat mereka mengemukakan berbagai alasan untuk tetap di rumah.

Dan disinilah ia sekarang, menikmati Hawaii seperti yang diinginkan orang tua Helen sembari menunggu para wanita berbelanja. Sebenarnya ia tidak keberatan mengikuti mereka, hanya saja Helen bersikeras bahwa Luke lebih baik menunggu di suatu café yang berada tidak jauh dari tempat mereka berbelanja.

Luke kembali meminum jus yang ia pesan, itu adalah minuman ketiga yang ia pesan dan ia cukup takjub dengan kemampuannya bertahan hanya dengan tiga minuman selama dua jam.

"Aku harap kami tidak meninggalkanmu terlalu lama."

Luke menoleh ke arah sumber suara dan melihat Helen sendirian. Cengiran Helen menyiratkan rasa bersalahnya. Di belakang wanita itu, keempat wanita lain mulai muncul dan mendekati mereka berdua. Tanpa aba-aba, satu persatu mereka mulai duduk, Luke menyuruh Helen untuk duduk di kursinya dan ia sendiri mengambil kursi dari meja lain karena kursi di meja mereka tidak cukup untuk enam orang dan satu tumpuk tas belanja.

"Jadi, kalian bersenang-senang?" Tanya Luke mencoba memulai percakapan.

"Jika kau menyangka belanja adalah cara wanita untuk bersenang-senang, kau hanya dapat 70 poin." Jawab Lidya.

Luke penasaran, "Jadi? Apa jawaban yang benar?"

"Berhasil mendapatkan barang diskon incaran." Celetuk Nathalie.

Pria itu terkekeh dan menggelengkan kepalanya. "Aku mengambil kesimpulan bahwa kalian tidak menemukan banyak toko yang mengadakan diskon kalau begitu." Ujarnya sembari menunjuk ke arah tumpukan tas belanja.

"Sebenarnya kami tidak ingin menggunakan kartu kredit kami. Sangat berbahaya bila mereka melacak – "

Dengan cepat Zia memotong kalimat Lidya. "Tampaknya kau sudah meminum 3 jenis minuman berbeda, Luke, ada yang kau rekomendasikan?"

Beruntung, Luke tidak terlalu memerhatikan apa yang Lidya ucapkan, pria itu langsung menjawab pertanyaan Zia, "Aah, tampaknya mereka menggunakan buah segar untuk jus-nya. Atau mungkin kalian lebih memilih kopi atau teh? Mereka juga menyediakan cocktail."

My Unintended [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang