.:2:.

9.1K 1.7K 561
                                    

TING TONG!

Helen membuka pintunya dan langsung menemukan empat wanita cantik di sana.

"It's you..."

"Helen!" Zia dan Ana berseru hampir bersamaan.

Helen tersenyum hangat menyambut pelukan mereka. Ya, istri dari para mantan bujangan kaya nan seksi yang disebut-sebut paling berpengaruh di seluruh penjuru dunia itu mengunjunginya hari ini.

"Ada angin apa kalian kemari?" tanya Helen setelah mereka memasuki rumah. Tidak butuh waktu lama bagi para wanita itu untuk menemukan posisi ternyaman mereka di sofa ataupun bagian rumah lainnya – bahkan Lidya langsung mengarah ke taman belakang rumah.

"Kami hanya sedang ingin berlibur sejenak, membiarkan para workaholic itu berkutat dengan kehidupan setelah menikah." jawab Ana, ia tampak sangat nyaman bersandar di sofa.

"Ya, Nathalie bilang kalau kau memutuskan merombak taman belakangmu, jadi kami ingin tahu bagaimana rupa bagian rumahmu yang satu itu sekarang." sejenak, Zia menghentikan kegiatannya membantu Nathalie menyiapkan minuman untuk mereka semua, "Lagipula aku sedikit ingin memberikan pelajaran untuk Max, dia tampak melupakanku akhir-akhir ini."

"Melupakanmu? Ayolah, Zia... bagaimana mungkin Max melupakanmu? Itu menjadi alasan terkonyol yang pernah kudengar."

"Kau tidak tahu bagaimana kesibukan mereka sekarang, Helen."

"Jadi, kalian kabur ke sini tanpa mereka ketahui?" Helen sengaja menekankan kata 'kabur' dalam kalimatnya.

"Tidak. Mereka tahu." Lidya tiba-tiba muncul, "Kami pergi di saat mereka memutuskan untuk libur sejenak dari pekerjaan mereka, nice backyard, by the way."

"Thanks, aku memesannya secara khusus dari...tunggu dulu! Kalian kemari dan meninggalkan mereka sendirian??"

"Secara teknis, mereka tidak sendirian di sana, Helen." jelas Lidya.

"Benar, mereka memiliki pelayan di rumah itu. Lagipula, aku ragu mereka tidak langsung berkumpul layaknya saat mereka belum menikah." timpal Nathalie sembari membagikan segelas jus apel ke mereka semua.

"Kau baru saja kemari beberapa hari yang lalu, Nathalie..."

"Ayolah, Helen...apa hanya Aram yang boleh menyulitkanku dan tidak sebaliknya?"

"Kalau boleh menambahkan, kau pernah menyulitkannya tepat sebelum kalian menikah dan aku masih ingat saat-saat itu." kata Helen.

"Baiklah, lupakan itu semua. Kau tampak tidak terlalu antusias menyambut kami, Helen." Zia angkat bicara.

"Apa? Aku? Kenapa kalian berpikir seperti itu? Aku sangat senang kalian mengunjungiku, lagipula rumah ini sengaja ku desain untuk tempat berkumpul ketika kalian dan empat lelaki bodoh itu penat dengan suasana perkotaan."

"Bukan itu yang aku lihat saat kau menyambut kami tadi."

"Omong kosong, Zia." Helen mengibaskan tangannya.

Nathalie tampak berpikir sambil melihat ke arah gelas jus di tangannya. Tatapannya lalu berpindah ke arah jam dinding yang ada di ruangan tersebut. Nathalie mengulas senyum tipis, "Ah...tampaknya memang bukan kami yang kau harapkan."

"Not you too, Nathalie." Helen menjepit area di antara kedua matanya denggunakan telunjuk dan ibu jari. Seketika ia merasa pusing dengan semua tuduhan yang dilontarkan kepadanya.

"Spill it, Nathalie." senyum di wajah Ana mulai mengembang. Sepertinya ini akan sangat menarik.

"Helen sedang menunggu seorang pengantar susu." Nathalie sedikit mendramatisir kalimatnya.

My Unintended [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang