.:34:.

2.8K 374 16
                                    

Luke kembali dari panggung dan mendapati bahwa penghuni meja berkurang satu. Ia mengernyit sebelum bertanya, "Di mana Lidya?"

"Dia ada urusan mendadak." Jawab Helen.

Nathalie mengangguk, "Dia sangat menyayangkan tidak bisa tinggal untuk pamit, tapi dia menitipkan salam untukmu." Imbuhnya.

Pria itu tersenyum tipis, lalu kembali duduk. "Pasti urusan yang sangat penting."

Keempat wanita di sekelilingnya menatap Luke dengan tatapan you-have-no-idea.

Yang ada di pikiran para wanita tersebut hanyalah harapan bahwa Lidya bisa mengatasi Ewan. Tidak ada yang menyangka sang mantan Bachelor pengacau itu akan muncul. Zia bahkan sempat menuduh Lidya menggunakan kartu kreditnya. Tentu saja Lidya mengelak, tapi tebakan Zia tidak terlalu meleset, Nyonya Wellington telah menggunakan kartu debitnya untuk membeli tiket pesawat mereka dan hal itulah yang membuat Ewan hadir di sana.

Keberuntungan para istri mantan Bachelors saat itu memang tidak terlalu bagus. Ketika mereka merencanakan untuk pergi mengunjungi Helen, Ewan sedang ingin memberikan kejutan kecil untuk Lidya. Alih-alih mengejutkan wanitanya, Ewan justru menjadi pihak yang mendapat kejutan saat mengetahui bahwa Lidya tidak ada di kediaman mereka. Tidak butuh waktu lama bagi Ewan untuk melacak wanita itu dan setiap jejak yang berhasil ia temukan membawanya ke Hawaii.

"Sepertinya tadi aku melihat ada seorang pria di sini. Kenalan kalian?" Tanya Luke sesaat setelah menghabiskan minumannya.

Zia terlihat berusaha menutupi rasa gugupnya, "Pria? Pria yang mana? Mungkin kau salah lihat."

"Aku yakin aku melihat seorang pria yang berada di antara kalian. Aku melihatnya saat kalian semua berdiri – melihat hal itu, aku pikir pria itu adalah salah satu kenalan kalian."

"Aah, pria yang tadi, yang memakai kacamata hitam. Kau ingat, kan, Nathalie?" timpal Ana.

Ada jeda beberapa detik sebelum Nathalie menyahut, "Aah...pria itu. Bukan siapa-siapa, dia hanya seseorang yang kebetulan lewat dan menanyakan arah jalan."

Luke hanya menganggukkan kepalanya dan membiarkan para wanita mengobrol mengenai berbagai hal. Tanpa ia ketahui, ponsel keempat wanita yang ada di sana menampilkan notifikasi yang sama. Sebuah pesan dari Lidya muncul di grup chat mereka :

Aku berhasil membuatnya berjanji tidak akan mengatakan apapun kepada Aram. Mari berdoa ia tidak punya niatan lain.

***

Helen melambaikan tangan ke arah tiga wanita yang berada di depan pintu masuk area keberangkatan. Ia memperhatikan bagaimana wanita-wanita itu satu persatu menghilang dari pandangannya.

"Aku yakin aku pernah mengatakannya, tapi akan kukatakan sekali lagi, kau punya adik-adik yang hebat."

Wanita berambut pirang itu berbalik menghadap ke arah Luke dan tersenyum. "Tidak hanya hebat, tapi sangat hebat. Aku akan sangat merindukan mereka" Ia kembali menoleh ke tempat Ana, Nathalie dan Zia terakhir terlihat dan bergumam, "Semoga saja mereka tidak menghadapi masalah..."

Luke tidak terlalu yakin dengan apa yang ia dengar, suara Helen terdengar samar tapi pria itu yakin Helen berbicara mengenai para wanita yang baru saja menghabiskan satu hari bersama mereka. McClary muda merengkuh wajah wanitanya, membuat wajah itu menghadap kepadanya sehingga kini pandangan mereka bertemu, "Aku yakin kalian akan tetap dapat bertemu dalam waktu dekat." Ia mengusap pipi Helen dengan ibu jarinya.

Helen tersenyum. Dalam hati ia berharap senyumnya dapat menutupi apapun yang terlintas di kepalanya saat itu. Terlalu banyak yang terjadi dalam waktu satu hari dan Helen tidak yakin dapat menghadapi hal lain yang lebih membuatnya kewalahan daripada kedatangan seorang Ewan. Lidya sampai harus pulang lebih awal tanpa sempat berpamitan dengan Cecillia dan Albert.

My Unintended [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang