GADIS berponi dengan rambut sepunggung menilik layar ponselnya yang memantulkan cerminan dirinya sendiri. Lalu tersenyum kala mendapati wajahnya yang masih tetap manis seperti kemarin-kemarin. Hanya dilirik pun sudah ketahuan kalau gadis itu sedang berusaha mencari angle yang pas untuk mengambil gambar sempurna. Dua jarinya menempel di dekat mata sebelah kiri. Ckrek! Beberapa kali Aura mengambil gambar dan mengabadikan beberapa ke dalam galerinya. Lalu berhenti ketika tidak sengaja menoleh ke arah kursi kemudi -tempat dimana kakaknya menyupir- dan mendapati Kak Angel tengah menggelengkan kepala.
"Mobil lagi jalan gini masih sempet selfie? Ck ck, paling gambarnya blur semua."
Aura memajukan bibirnya ketika mendengar komentar kakak cantiknya itu. "Hasilnya emang kebanyakan blur," aku Aura sembari menggeser beberapa hasil jepretannya yang kurang sempurna. Kak Angel menggeleng lagi.
Sampai kemudian mereka berdua sampai di depan sebuah sekolah SMA bertuliskan Pelita diatas gerbang depannya. Mobil mereka menepi ke sisi jalan. Aura melepaskan sabuk pengamannya dan siap memasang telinga untuk mendengarkan beberapa nasihat yang pasti akan dikatakan kakaknya.
"Jangan makan yang pedas-pedas, nanti masuk UGD lagi!"
TUHKAN!
"Iya iya, gak usah dibahas bisa kali," Aura manyun.
"Pokoknya jangan!"
"Heem," gadis itu manggut kalem setelah kakak protektifnya melotot galak.
"Temenannya jangan sama yang badung. Jangan yang sampe ngajak ngerokok atau bolos apalagi narkoba. Mati kamu!" Kak Angel mengangkat jari telunjuknya dan mengacungkannya tepat di hidung Aura.
"Iya, ya ampun cantiiik,"
Emangnya ini sekolahan khusus penjara yang banyak orang jahatnya apa?
Aura mengetuk-ngetuk dashboard mobil dengan malas, masih mendengarkan nasihat Kak Angel yang belum ada tanda-tanda akan berhenti. Memang, selalu seperti ini. Hampir setiap pagi sebelum turun dari mobil, Kak Angel tidak pernah absen memberikan satu atau dua peringatan kepadanya. Terlepas dari apakah itu penting ataupun tidak sama sekali.
Angel baru mau memperingatkan adiknya lagi, tapi ketika matanya melihat arloji yang menunjukkan bahwa walau hanya semenit lagi ia ingin menasehati adiknya, maka pesawatnya sudah lepas landas.
Angel menghembuskan nafas berat. Lalu memandang Aura, adik kecilnya-bagi Angel- dengan pandangan yang sama beratnya. Hari ini adalah keberangkatannya ke Bali karena tugas pekerjaan yang diberikan bosnya di kantor. Dan itu akan memakan waktu selama dua tahun.
Angel kembali menghembuskan nafasnya. Dalam hati ia tidak berhenti menggerutu. Pekerjaan sialan! Mutasi gendeng! Bos gila! Mana bisa Angel meninggalkan adiknya sendiri yang nantinya hanya akan diurus Ibu Wina si tukang arisan dan hobi shopping gak jelas? Angel yakin Mama lebih hafal harga 50 tas branded dengan detail daripada tanggal ulang tahunnya. Sekarang, Aura akan hidup tanpa pengawasannya, di jaman serba edan yang anak muda doyannya pulang malam, laki-lakinya brengsek gak ketulungan, kebiasaan tikung menikung dalam persahabatan, laki-laki PHP. Ah! Aura yang malang! Kasihan sekali harus menjalani dunia neraka ini tanpa kakak.
"Kak, bisa telat penerbangan loh," Aura yang masih duduk di kursi penumpang, mengingatkan kakak cantiknya dengan bahasa penuh kalbu. Berbanding terbalik dengan hatinya yang sebenarnya riang luar biasa mengingat detik-detik kebebasannya akan segera tiba. Ia jelas sangat excited dengan berita dimutasinya Kak Angel. Itu artinya, Aura tidak perlu lagi merasa stres karena terus menerus berada dibawah penjagaan kakaknya. Atau ia tidak harus merasa dibuntuti tiap kali jalan ke mall bersama temannya. Rasanya, Aura mungkin harus berterimakasih kepada bosnya Kak Angel karena telah memberikan kesempatan bagi Aura untuk menikmati masa SMA-nya. Mungkin Aura harus mengirimkan pesan e-mail yang berisi:
KAMU SEDANG MEMBACA
LAKA (Completed) ✔
General Fiction"Laka Airlangga Putra. Kalau anda mencari pemuda yang suka bikin celaka, temuilah Laka! Maka anda akan celaka dengan cara Laka sendiri. Mau ditonjok sampai keluar komedo? Ditabrak sampai guling-guling 48jam? Digiling sampai jadi beras murni tanpa ca...