Roby tampak mondar-mandir di dalam ruang UKS, dan Laka memperhatikan cowok itu yang sesekali menggeleng pelan seperti sedang memikirkan sesuatu. Baru sehari ini Roby masuk sekolah setelah libur seminggu lebih karena tragedi pengeroyokan Daniel. Dan barusan, Roby baru selesai mengobati luka-luka Laka yang begitu parah. Cowok itu menemani Laka sampai sadar. Tipikal teman yang baik.
"Kenapa sih?" tanya Laka akhirnya, bingung dengan sikap Roby yang tidak mau diam.
Roby tidak menggubris, dan terus mondar-mandir persis setrikaan panas. Laka menghela nafas malas.
"Kalo disitu ada baju, gue yakin tu baju licin banget disetrika sama kaki lo," celetuk Laka, seketika Roby berhenti, lalu menatap Laka serius sekian detik. Lalu cowok itu berdecak.
Roby meraih bahu Laka dengan kedua tangannya, lalu menghadapkannya sampai mereka berdua saling berhadapan. "Ka, jujur sama gue," Roby menatap Laka lamat-lamat. Dan Laka membalas tatapan itu dengan alis bertaut tidak mengerti.
"Lo ada masalah apa sama Arya? Ngapa tu bocah kayak ngehindar waktu gue ajak ke UKS. Dan kenapa lo berdua bonyok kayak gini?"
"Gue berantem sama Daniel, kan. Makanya bonyok," balas Laka mengenyahkan tangan Roby dari bahunya. Lelaki itu urung untuk jujur. Lebih tepatnya, ragu.
"Terus bocah tai itu? Ngapa dia juga ikutan babak belur?" tanya Roby sambil memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana.
Laka diam tidak menjawab. Antara ragu ingin menceritakan semuanya kepada Roby atau tidak.
Mata Roby memicing mencurigai tingkah laku Laka sekarang. "Gue gak suka nih kalo ada yang gak gue tau. Berasa nggak dianggap sebagai teman," ujar Roby, ada nada tersinggung yang begitu kentara dalam ucapannya. Laka bergeming menatap Roby cukup lama. Lalu ia menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya perlahan.
"Gue sama Arya...."
Akhirnya, Laka memilih bercerita. Dia tidak ingin menyimpan beban yang begitu membingungkan dirinya seorang diri. Dia butuh pendapat. Apakah kematian Diana itu salahnya, atau bukan. Apakah Laka pantas disalahkan atau tidak. Laka ingin tahu pendapat Roby.
Reaksi Roby ketika mendengar semua cerita Laka adalah... bengong. Cowok yang sudah lepas kacamata itu mendengarkan dengan khidmat setiap kata yang Laka ucapkan. Roby sampai terpesona mendengar cerita ajaib itu.
"Jadi—" Roby menggantungkan perkataannya. Bingung sendiri apa respon yang tepat untuk mewakili otaknya saat ini. Menurut Roby, ini semua terlalu drama, sinetron abis!
"Arya sama Daniel nyalahin lo atas kematian Diana? Karena cewek itu kecelakaan pesawat gara-gara pengen ketemu lo?" Roby menyimpulkan cerita Laka sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali. Laka mengangguk samar.
"Menurut lo, salah gue?" tanya Laka menatap Roby yang diyakini sama bingungnya dengan dirinya.
"Tapi lo kan gak kenal Diana," sergah Roby agak pro dengan pemikiran Laka.
"Tapi, Diana kecelakaan pesawat pas niat ketemu gue," sahut Laka merasa bersalah.
"Berarti salah Diana lah, ngapain pengen ketemu lo, kecelakaan kan," balas Roby cepat dengan nada bergurau, Laka langsung melotot pada cowok itu. "Becanda," Roby nyengir sambil menampilkan kedua jarinya tanda damai.
Laka menghela nafasnya. Ada satu lagi yang sedari tadi mengganjal dihatinya. Tentang permintaan Daniel.
"Tadi Daniel minta gue untuk lepasin Aura," lirih Laka. Roby langsung tersedak ludahnya sendiri mendengar itu.
"Apa apa? Coba ulangin kali aja kuping gue salah denger," Roby menarik kursi yang ada di depan meja lalu menggesernya tepat ke hadapan Laka. Cowok itu mendengarkan dengan serius, kali saja tadi cuma salah dengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAKA (Completed) ✔
General Fiction"Laka Airlangga Putra. Kalau anda mencari pemuda yang suka bikin celaka, temuilah Laka! Maka anda akan celaka dengan cara Laka sendiri. Mau ditonjok sampai keluar komedo? Ditabrak sampai guling-guling 48jam? Digiling sampai jadi beras murni tanpa ca...