#22 You're Mine

8.6K 499 15
                                    

PIPI Aura tak berhenti memerah saat Laka sedari tadi terus saja menggodanya dengan bahasa yang 'bukan Laka banget!'

"Pipi lo merah mulu, minta dicium?"

Itu godaan yang pertama.

"Itu kaki lo gak bisa diem kenapa sih? Grogi deket gue? Terharu. Jadi pengen peluk nih."

Godaan kedua.

"Eh Ra, tau gak sih, kita digosipin terus di sekolah. Katanya cocok. Menurut lo, kita cocok gak, Ra?"

Oke, itu bukan godaan, melainkan pertanyaan. Belum sempat Aura menjawab, laki-laki itu sudah duluan berkata,

"menurut gue sih, cocok."

Nah, itu godaannya. Laka tidak berhenti membuat pipi Aura merona barang sedetik pun. Entahlah, tapi cowok itu mendadak cerewet.

Sampai tidak terasa mobil Laka sudah menepi di depan rumah Aura. Gadis itu hendak membuka pintu mobil kalau saja tangan Laka tidak menahannya dan mereka berdua tiba-tiba bisa sedekat ini.

"Laka!" pekik Aura kaget dan langsung menutup wajahnya. Laka terlalu dekat!

"Jadi berarti, kalo kemarin lo sedih, ya lo suka gue, ya?" Laka memperhatikan Aura lamat-lamat. Walaupun wajahnya tidak kelihatan, sih.

"Kok masih nanya sih! Kan dulu udah pernah ngaku!" Aura masih menyembunyikan pipinya yang panas dengan kedua tangan.

"Oke," Laka mengangguk pelan. Dalam hati ia sudah yakin dengan keputusannya sekarang.

"Mukanya gak usah deket-deket jugaa!" rengek Aura yang tidak berani membuka matanya, bahkan ia dapat merasakan nafas Laka menghembus teratur di punggung tangannya.

"Biasa aja dong kalo salting. Lebay lo ah," Laka membuka tangan Aura dengan paksa. Dan mendapati mata Aura yang membulat panik. "Deket salah, suruh menjauh ngambek. Cewek!" ejek Laka yang telunjuknya refleks menoyor dahi Aura dengan pelan.

"Ya kan cewek," lirih Aura dengan mata 'pecicilan' tidak berani melihat mata tajam Laka yang menurutnya membahayakan. Bahaya untuk kesehatan jantung dan hatinya.

"Gue mau mas-"

Cup!

Aura langsung mematung dengan pandangan kosong. Hawa disekitarnya mendadak panas. Pipinya juga panas!

"Lo jadi pacar gue. Mulai sekarang," putus Laka tanpa menyadari wajah merah dan kaku gadis di depannya.

Masih tidak ada pergerakan dari Aura. "Lo bisa keluar," ucap Laka menatap Aura dengan jarak yang masih dekat. Aura balas menatap Laka dengan berani.

"Laka!"

"Hm?"

"Tadi, ng-ngapain?"

"Apa? Cium lo," Cowok pemilik mata tajam itu tidak bisa menahan senyuman gelinya ketika melihat wajah Aura yang merah.

"Lakaa!"

"Kenapa? Minta lagi?"

"Nggak!" Aura menggeleng keras. Jantungnya saat ini, astaga! Tadi itu, sentuhan lembut yang begitu singkat di bibirnya, apa itu?!

"Sana masuk." Laka menjauhkan badannya kembali ke tegak di kursi kemudi.

Tangan Aura bergerak kaku membuka pintu mobil. Bibirnya sudah mingkem setipis mungkin sampai tidak kelihatan. Grogi.

Mata Laka tidak lepas memandangi Aura sambil tersenyum sampai gadis itu menghilang di balik pintu. Aura memasuki rumahnya tanpa mengucapkan sepatah katapun pada Laka. Laka tertawa kecil melihat tingkah cewek itu. Kekanak-kanakan. Menggemaskan.

LAKA (Completed) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang