#5 Laka... Cabul?!

12.2K 708 30
                                    

LAKA baru saja mau menyedot es teh bagiannya, tetapi tertahan karena ponsel dengan casing mata beruang di mejanya berkedip-kedip.

Mommy calling...

Salahkan kebiasaan Laka yang suka bertindak tanpa pikir panjang. Lihat saja tangannya yang kini meraih ponsel itu dan menggeser tombol hijau ke kanan lalu menempelkan benda itu di telinganya.

Arya dan Roby hanya mengamati Laka, dan lebih memilih untuk menghabiskan somay mereka.

"Aura," suara khas wanita dewasa terdengar dari seberang sana.

Ah! Kalau saja tidak ada Arya dan Roby di depan Laka, pemuda itu sudah pasti akan menepuk dahi karena kebiasaan lupanya. Dia lupa bahwa ini bukan ponselnya.

"Aura, denger mama?"

Untuk tidak memperpanjang masalah nanti, Laka memilih untuk tidak bersuara. Dan ingin sekali dia meninju mulut Arya sekarang juga karena malah bertanya, "Siapa, Ka?"

Laka menarik nafas panjang untuk menenangkan emosinya.

"Aura? Mama ko denger suara cowok? O! My! God! Anak mama jangan-jangan..."

"Oke.. oke, akhirnya kamu nurutin anjuran mama untuk pacaran, ya? Good girl! Gitu dong, jangan takutnya sama Kak Angel mulu, pentingan juga restu mama daripada restu dia."

Andai saja Laka adalah anak yang benar-benar tidak tahu diri, dia pasti sudah mengakhiri sambungan telepon yang tidak penting ini.

"Ehm, oke. Mama tau kamu lagi nggak mau diganggu. Mama cuma mau bilang, ntar pulang sekolah mama nggak bisa jemput kamu. Papa juga gak bisa. Karena apa? Karena papa ada tugas ke Surabaya selama satu minggu. Daan, mama mau temenin papa! Sekalian jalan-jalan. Kaan seruuu!"

Laka masih mendengarkan ucapan wanita yang diyakini adalah mamanya Aura. Yaiyalah, bego!

"And don't worry baby, mama udah siapin stok makanan selama seminggu di kulkas. Kunci mobil juga mama tinggalin di kamar kamu. Tapi!! Jangan nabrak lagi! Kalo kamu belum lancar nyetir, mending pakai ojek aja. Mamah sangat nggak menganjurkan kamu naik angkot! Big no karena sekarang lagi banyak korban pelecehan seksual yang terjadi di angkot. Mama bisa bakar angkot se-Jakarta kalo sampai itu kejadian sama anak kesayangan mama. Amit-amiit.. Amit-amiiiit..."

Ada yang bisa menjawab pertanyaan Laka tentang 'Kenapa cewek diciptakan untuk membicarakan hal tidak penting di sepanjang hidupnya?' Tolong hentikan ocehan yang membuat telinga Laka panas ini. Mamanya saja tidak pernah berbicara selabas ini.

"Atauu... Ahaa! Kamu minta anter aja sama cowok kamu, oke!"

Pfth! Laka bukan cowoknya!

"Duh, apa pa? Iya iya ini udah ko! Aura sayang, jadi anak mandiri selama satu minggu ini, oke! Oh ya, kalo mau jalan-jalan juga gak papa. Seeepuasnya. Ajak juga temen-temen kamu nginep! Tapi jangan cowok! Kamu mama bebasin asal tau batasan, oke sayang! I love you!"

Sambungan panggilan diakhiri.

Laka menatap layar ponsel itu agak lama sebelum akhirnya menyimpan benda itu di saku baju seragamnya. Dia akan mengembalikannya pulang sekolah nanti. Sudah tidak ada alasan lagi untuk Laka menahan ponsel orang sebagai jaminan. Ponsel miliknya sudah kembali dengan aman.

"Itu, punya cewek kelas sebelah, ya?" Tiba-tiba Roby berani bertanya setelah menghabiskan somay dan es teh miliknya. Dan tentu saja tebakan itu membuat Laka mengangkat alisnya. Dia tahu darimana?

Ditatap oleh Laka dengan penuh tanda tanya seolah Roby berhutang penjelasan, membuat cowok itu menelan ludahnya. Kenapa mata Laka begitu mengintimidasi? Sepertinya yang kebal dengan tatapan tajam Laka hanya Arya saja.

LAKA (Completed) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang