~Jika memang membenciku dapat membuatmu melupakanku, maka aku akan melakukannya.~
"Ra, ayo kita putus."Aura mengerjap berkali-kali untuk memastikan bahwa dirinya masih sadar ketika kata itu terlontar dari mulut lelaki di hadapannya sekarang. Mulutnya terbuka sudah ingin berkata, namun tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut cewek itu. Aura tertawa sumbang sambil menepuk dada Laka. Cowok ini kalau bercanda minta banget di selepet!
"Apaan sih, Laka! Perasaan dari kemarin hobi banget bikin gue galau, ish! Monyet," Aura menjembel pipi Laka, namun matanya berair. Dipandanginya sorot mata cowok di depannya yang terlihat redup dan, asing.
"We've done, Ra." Laka melepaskan tangan Aura yang ada di pipinya. Ia berusaha menghindari iris mata kecoklatan milik Aura.
"Lo marah karena gue suruh lo perbaiki nilai UAS lo, ya?"
"Nggak."
"Lo takut karena gue ngancem lo bakal tamat kalo ketemu Kak Angel?"
"Nggak."
"So what's happen?! Kenapa lo tiba-tiba kayak gini sih?!"
Tidak ada jawaban dari Laka.
"Lo masih cemburu sama manekin Anggada itu?"
Alis Laka bertaut tak mengerti.
"Itu udah empat bulan yang lalu, Laka. Dan manekinnya udah lo telanjangin terus lo fotoin dan fotonya lo kirim ke gue."
"Ra."
"Lo tuh emang ya! Cemburu lo aneh tau nggak!"
"Ra."
"Gue bahkan nggak pernah ngelirik satu cowok pun, karena orang yang gue inginkan itu ya elo, Laka!"
"Ra."
"Diem! Gue lagi ngomong!" Aura melotot galak. "Sikap lo yang selalu seenaknya itu emang harus dilurusin! Lo selalu buat keputusan tiba-tiba yang nggak beralasan. Lo selalu ambil tindakan yang bikin gue sakit hati. Lo jahat, monyet!" caci Aura, mengingat dulu juga Laka pernah menyuruhnya menjauh, kemudian keesokan harinya cowok itu malah menembaknya. Sekarang apa? Minta putus terus besoknya ngajak nikah? Mimpi aja!
Mata gelap Laka seakan ingin menelan Aura karena telah berani mengatainya sekasar itu. Namun Laka sadar, ia telah meremukkan keseluruhan hati Aura. Laka menghela nafas lelah, kepalanya tertunduk memperhatikan air laut yang menggenang sampai betis mereka.
"Gue....." Lalu kemudian Laka terdiam memejamkan matanya.
"Gue udah coba selama lima bulan ini, dan kita memang nggak cocok." Sebisa apapun Laka menghindari mata Aura yang mencari kebenaran dari sorot matanya.
Aura sukses terpaku mendengar alasan yang baru saja di ucapkan Laka.
"Mencoba?" Gadis itu membeo satu kata terpenting yang ditangkapnya. Alia Aura bertaut tidak paham. "Apa maksud lo dengan 'mencoba'? Lo nggak beneran serius suka sama gue?" Air mata Aura turun ketika cewek itu berkedip tak percaya.
Lebih dari suka, Ra.
"Nggak."
Entah oksigen di sekitar Aura yang terasa semakin berkurang atau pernafasannya yang mendadak sesak mendengar balasan Laka. Aura bahkan tidak tahu apa yang akan dikatakannya sekarang. Cewek itu menghembus pendek, sudut bibirnya terangkat, tersenyum konyol dengan jawaban Laka.
"Terus kenapa lo minta pacaran sama gue kalo lo cuma main-main? Hati gue bukan boneka, Laka!" Aura menatap wajah Laka tidak habis pikir. Apa arti dirinya bagi Laka selama ini? Cuma boneka? Seriously?!
KAMU SEDANG MEMBACA
LAKA (Completed) ✔
Fiksi Umum"Laka Airlangga Putra. Kalau anda mencari pemuda yang suka bikin celaka, temuilah Laka! Maka anda akan celaka dengan cara Laka sendiri. Mau ditonjok sampai keluar komedo? Ditabrak sampai guling-guling 48jam? Digiling sampai jadi beras murni tanpa ca...