#14 Gurita Merah

9K 528 18
                                    

"ITU pipi astaga!" Mama Aura, Wina, menoleh kaget pada anaknya saat gadis itu baru saja menduduki kursi penumpang disampingnya.

"Gak papa kok, Ma. Cuma lecet dikit," balas Aura setengah tidak peduli. Untung saja ini Mama, coba kalau Kak Angel, tidak terbayang berapa banyak omelan yang akan merembes ke telinganya.

Wina meraih pipi Aura dan menangkupnya, memperhatikan wajah anaknya yang tidak terlihat baik. Jidatnya di plester, pipinya merah. "Kenapa bisa gini? Kamu ribut sama orang?" Wina membalik-balikan pipi Aura ke kanan lalu ke kiri. "Emang Aura bisa berantem?" pertanyaan yang lebih menjurus ke mengejek itu langsung mendapat pelototan dari Aura.

"Ya bisa lah." Aura merenggut sedangkan Wina tersenyum.

"Ini gara-gara apa nih? Bukan karena ada yang sirik gegara kamu cantik kan?" Win menyalakan mesin dan mulai menjalankan mobil, meninggalkan sekolah menuju ke rumah.

"Gara-gara mak lampir suka sama Angling Dharma!" sungut Aura. Seketika Mamanya menoleh tak percaya.

"Gara-gara cowok?!" Wina setengah memekik, langsung dibalas anggukan malas oleh Aura.

"Ya ampuun. Anak Mama Wina udah tau cowok!" Wina menjembel pipi Aura gemas.

"Aw! Ish sakit tau," Aura langsung meringis dan mengusap pipinya.

"Ciee rebutan pacar ciee," Aura tidak menjawab.

"Ganteng gak? Selera kamu sama tingginya kan kayak Mama? Sukanya yang ganteng ganteng kan?" Wina bertanya antusias. Akhirnya dia bisa bernafas lega karena Aura kini sudah tidak terlalu menurut pada Angel yang overprotektif kepada adiknya. Aura kan juga harus bebas. Ya kali masa SMA nya jomblo terus. Begitulah kata hati Wina.

"Ganteng. Tapi kayak es batu." Tiba-tiba saja bayangan Laka melintas di otak Aura.

Wina mengangkat alis tidak mengerti. "Es? Kamu pacaran sama beruang kutub?"

"Iya! Beruang kutub yang enggak gaul sama manusia. Sukanya bikin baper!" Dan bayangan kejadian tadi di UKS melintas lagi di otak Aura. Tentang bagaimana ciuman pertamanya terenggut begitu saja tanpa keromantisan, oleh seorang beruang kutub. Aura langsung menutup muka dan merengek sebal. Sedangkan Wina hanya geleng-geleng kepala dengan tingkah anaknya yang sudah memasuki dunia asmara.

***

Laka: Gue jemput hari ini

Aura baru saja selesai memakai sepatu saat melihat pesan dari Laka. Seketika hatinya bergemuruh seperti ingin terbang ke awang-awang.

Aura melangkah ke meja makan dan bergabung bersama Mama Papanya. "Mama gak usah nganter. Aura dijemput temen." Aura mencomot roti dan mengoleskan selai cokelat disana.

"Teman cowok?" Papanya, Rudy bertanya. Aura mengangguk saja. Baru ingin kembali mengintrogasi, istrinya sudah melotot menyuruhnya diam.

"Bagus! Gitu dong! Sekali sekali dijemput cowok," Wina mengerling genit yang langsung membuat pipi Aura memerah.

Suara klakson mobil terdengar diluar rumah Aura. "Itu dia!" Aura seketika berdiri dan berlari antusias menuju pintu. Diikuti Wina yang tidak kalah antusiasnya dengan anaknya. Wina sangat ingin tahu sebagus apa selera Aura. Atau buruk?

"Pagi, tante." Baru sampai diambang pintu, Wina sudah disambut dengan senyuman brondong muda yang begitu tampan dengan kaos putih berkacamata. Wow! Selera Aura gak main-main.

"Pagi juga," Wina mempersembahkan senyum termanisnya pagi ini, yang langsung dibalas decakan Aura karena Mamanya benar-benar tidak kenal umur kalau sudah melihat laki-laki tampan. "Mau jemput anak tante ya?" Pertanyaan yang langsung dibalas anggukan oleh Laka. "Oke deh. Hati-hati ya. Titip Aura. Itu lukanya jangan sampe nambah ya, nyusahin soalnya dia manja," Wina langsung mendapat pukulan di lengannya, ditambah pelototan tajam dari anaknya. Sedangkan Laka hanya tersenyum. Siapa yang tahu kalau laki-laki itu ternyata lagi grogi berat berhadapan dengan Mama Aura. Untung saja Mama Aura tidak segalak yang dibayangkan Laka. Sosok itu ternyata sangat bersahabat dan... centil?

LAKA (Completed) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang