#6 Merepotkan

10.4K 636 16
                                    

"ITU, yang pagernya warna item. Nah, iya. Disini, stop." Laka menghentikan mobilnya tepat di depan rumah tingkat bercat putih-oranye, disana juga bertengger satu mobil Toyota Rush hitam.

" Laka menghentikan mobilnya tepat di depan rumah tingkat bercat putih-oranye, disana juga bertengger satu mobil Toyota Rush hitam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Namun, beberapa detik berlalu, dan Aura masih saja belum beranjak keluar dari mobilnya. Gadis itu malah terlihat resah dengan menggigit bibir bawahnya.

"Nungguin diusir?" tanya Laka, membuat Aura menoleh dengan tatapan yang tidak bisa dibaca.

"Gue, gak pernah ditinggal sendiri," balas Aura pelan. Membuat alis Laka terangkat penuh tanda tanya?

"Terus maksudnya mau gue temenin?"

Mata Aura berbinar. "Lo mau temenin?" tanya cewek itu dengan antusias. Tersenyum riang penuh harap.

"Gak," balasan Laka membuat senyum Aura hilang seketika.

"Kecuali kalo gue boleh tidur sekamar sama lo. Dan suasana sepi yang mendukung gue untuk berbuat lebih," sambungan Laka membuat Aura langsung merinding dan beringsut menjauh sementok mungkin dari Laka. Dasar cabul!

"Mau?"

"YA ENGGAK LAH!"

Laka tersenyum simpul. "Terus, ngapain masih dimobil gue?" Seketika Aura langsung memasang wajah puppy dan memelas. Dia yakin Laka nggak serius dengan ucapannya. Diyakin-yakinin aja. Positif thinking. Batin Aura. Gadis itu terdiam beberapa saat untuk memikirkan alasan agar dia tidak sendiri dirumah. Mikir mikir mikir.

"Lo gak merasa bersalah gitu, udah nelantarin anak orang berjam-jam. Seenggaknya gitu,"

"Jadi mau ungkit masalah itu supaya gue ngerasa bersalah?" Skak! Aura memang salah kalau harus menggunakan kejadian tadi sebagai alasan agar Laka mau menemaninya. Tapi, Aura benar-benar tidak pernah ditinggal sendiri. Jadi please, bantu Aura memenangkan perdebatan ini.

"Ya kan..." Aura kehilangan kata-kata.

Laka berdecak kesal. Diambilnya handphone Aura, lalu mengetikan sesuatu disana beberapa saat.

"Kalo ada apa-apa telpon gue, nomor gue ada disitu," ucap Laka sambil menyerahkan handphone Aura. Gadis itu hanya menerimanya dengan bingung.

"Lo mau turun sendiri atau gue tendang?"

Ya ampun, jahatnya! Aura akhirnya turun dari mobil Laka dengan kesal. Tidak sampai menunggu Aura berkata-kata, mobil Laka sudah melesat duluan.

"Dasar nyebelin!" Aura menggerutu sebal sambil menatap kepergian mobil itu yang semakin jauh. Kalau saja gerimis tidak semakin deras, Aura mungkin masih berdiri didepan pagar rumahnya.

Beberapa menit setelah Aura masuk ke dalam rumah, gerimis pun berganti menjadi hujan deras. Membuat hati gadis itu was-was, takut tiba-tiba mati lampu.

***

LAKA (Completed) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang