#29 Let me know!

7.3K 451 1
                                    

I don’t know what hurts you
But I can feel it too
And it just hurts so much
To know that I can’t do a thing
And deep down in my heart
Somehow I just know
That no matter what
I’ll always love you
~Kiss The Rain~

 

Flashback ON

"Kondisinya buruk. Antara hidup dan mati." Lelaki tegap itu bersandar pada sofa besar yang hanya memuat dirinya sendiri. Raut wajah yang terlalu santai membuat Laka mengepalkan tangannya kuat. Tapi ia tidak bisa melakukan apapun dengan tangan terborgol seperti sekarang. Pemuda itu hanya bisa menatap tajam pada sosok di depannya. Deon.

"Lo pergi ninggalin kehancuran. Lalu datang kembali sebagai malapetaka." Laka tertawa dingin. Merasa lucu sekaligus kasihan pada garis takdirnya yang serumit ini. Andai saja pergerakannya tidak dibekukan oleh dua orang pria kekar yang diyakini adalah pengawal, mungkin ia sudah menerjang Deon habis-habisan.

Garis muka Deon mengeras. Namun tangannya yang berada di atas pegangan sofa melemah. "Kau hanya perlu menjadi penerusku yang sempurna, my boy."

Laka meludah. "Sejak kapan? Sejak kapan gue diakui sebagai anak? Lo mau mati sampai-sampai harus geret gue dalam kehidupan sialan ini?"

"Laka!" Sentakan itu tidak serta merta membuat Laka berhenti memberikan tatapan tajam.

"Memuakkan," lirihnya.

Untuk beberapa kali Deon menghela nafas, berusaha tidak terpancing emosi melihat malin kundang di hadapannya sekarang. "Kau akan bertunangan dengan salah satu anak dari klienku. Ini akan mempermudah bisnis properti kita di daerah Bali. Penerbangan sudah diatur. Bersiap-siaplah. Malam ini kita kesana."

"Eh anjing!" Laka menggeram marah. Sangat marah. Bagaimana mungkin ia dijadikan pion seperti ini hanya untuk kesuksesan lelaki bajingan yang telah mencampakkannya dan juga mamanya. "Lo setan!"

Laka mencoba berontak dengan sekuat tenaga. Ditendangnya kedua pengawal yang sedari tadi mengunci pergerakannya. Ia melangkah cepat menuju Deon dan menerjang lelaki itu. Namun pergerakannya sudah terbaca dan Deon segera meninju wajahnya sampai ia tersungkur. Wajahnya berdenyut nyeri, tapi tidak ada ringisan yang keluar dari mulut Laka.

"Bersiap-siaplah." Setelah mengatakan itu, Deon melangkah pergi melewati Laka. Pria itu benar-benar menghilang dari balik pintu setelah berkata "jangan bertindak ceroboh, my boy. Nyawa Tania ada ditanganmu. Aku bisa saja menghentikan semua pengobatannya, dan kau akan kehilangan satu-satunya wanita yang selama sepuluh tahun ini memperjuangkan dirimu."

Laka diseret paksa oleh dua pengawal yang sempat ia tendang tadi. Menuju kamarnya di lantai satu, tepat di paling pojok. Kamar warna biru tanpa jendela. "Kami akan menyiapkan semuanya. Silahkan beristirahatlah." Setelah mengatakan itu, kedua pengawal tadi mengunci pintu. Meninggalkan Laka yang tangannya masih terborgol.

"Sialan! Sialan! Sialaan!" Laka menendang apapun yang ada di ruangan itu. Pintu lemari kayu yang cukup besar bahkan sampai rusak. Kacanya pecah. Lampu di atas nakas tidak luput dari tendangan Laka yang membabi buta. Dalam waktu beberapa menit, ruangan itu tidak layak disebut kamar. Laka mencoba menendang pintu itu agar ia bisa keluar dari jerat ini, namun sia-sia. Nafasnya terengah dan tenaganya tidak bisa lagi menahan tubuhnya agar berdiri tegak.

LAKA (Completed) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang