Sudah dua bulan sejak perjanjian rey dan rania, tetapi rania masih belum siap untuk menceritakan semuanya pada rey ia masih dilanda ketakutan, ketakutan akan rey yang tidak bisa menerimanya dan kemudian meninggalkannya
"ra... Hey.... Rania" rania langsung kembali ke dunia sadarnya kemudian menoleh dan mendapati amel yang berada di sampingnya sedang mengerutkan dahinya
"ada apa? Apa kau gugup? " tanya amel, rania menggeleng sebagai jawabannya karna dia memang sedang tidak gugup
" yakin? Aku saja gugup, i mean ini selametan empat bulanan mrponakan pertamaku" ujar amel dengan ekspresi yang aneh, entah itu bahagia atau memang karna kegugupannya
"aku sedang memikirkan yang lain mel" jawab rania, amel langsung mrngerti ke mana arah pembicaraan ini
"sudahlah, jika memang belum siap jangan cerita, aku yakin kak rey akan setia menunggu ra, tapi aku sarankan untuk cepat memberitahunya, itu akan membuatmu merasa lebih baik"
"kasian juga sama keponakanku pasti dia ikut gelisah karna mamanya yang stress" rania langsung menampakkan wajam bersalahnya dan mengelus perutnya yang membuncit dengan sayang sambil bergumam 'maafkan mama sayang' amel yang melihat itu langsung merangkul rania, tidak ingin sahabatnya terlalu lama dalam kesedihannya
"udah ah, ayo turun dah di tunggu sama yang lain" ajak amel dan langsung membawa rania turun
"nah ini anak mama akhirnya turun juga, ayo duduk sini sayang" panggil mama rey sambil menepuk karpet disebelahnya, amel langsung menuntun rania untuk duduk di sana dengan bantuan rey karna rania susah untuk duduk dengan perutnya yang cukup besar
Selamatan itu berjalan khidmat dan lancar, mereka mengundang kerabat dekat dan beberapa tetangga dalam acara tersebut
"ra.. Kamu tidak apa apa? Kau terlihat pucat" rey cemas saat melihat wajah istrinya yang pucat dan seperti menahan sakit, tapi rania hanya menggeleng
"aku baik baik saja, sebentar lagi baikan kok" jawab rania membuat rey tambah khawatir
"kamu istirahat aja ya, lagi pula acaranya sudah selesai tinggal beberapa orang" pinta rey tapi lagi lagi rania menggeleng menolak untuk meninggalkan ruangan itu, karna ia tau jika ia meninggalkan ruangan itu suatu hal akan terjadi padanya dan rey
Rey yang sudah tidak tega melihat wajah rania yang yang bertambah pucat langsung menggendongnya ala bridal bride dan langsung membawanya ke kamar mereka kemudian menidurkan rania secara perlahan di kasur
"istirahatlah ra, aku akan memanggul dokter untuk mengecek kondisimu"
"aku baik baik saja rey" jawab rania dengan mata memohonnya agar rey tidak memanggil dokter, rey yang mengerti menghela nafasnya kasar merasa kesal karna istrinya itu sangat keras kepala
"baiklah, tapi istirahatlah" pinta rey rania langsung mengangguk dan tak lama memejamkan matanya, setelah rey melihat nafar rania yang mulai teratur ia langsung meninggalkan kamarnya untuk menemui tamu yang belum pulang setelah sebelhmnya menciun dahi dan bibir rania lembut
~~~~~~~~
Diruangan yang luas itu seorang wanita terjaga dari tidurnya, ia sesikit meringis merasakan sakit di kepalanya yang belum menghilang dengan perlahan ia bangkit dan langsung menuju nakasnya dan mengambil laptop kemudian kembali lagi ke kasur dan membuka laptopnya mencari kabar terbaru tentang sasarannya tetap saat ia menemukan keberadaan sasarannya pintu kamar terbuka dan terdengarlah suara yang cukup membuatnya kesal
"ra apa yang kau lakukan? Seharusnya kau istirahat" ujar lelaki itu yang langsung mendapatkan tatapan dingin dan benci di matanya membuat sang lelaki cukup terkejut
"ra? " panggil lelaki itu memastikan
" shut up!!! sudah kukatakan aku bukan rani tapi nia" jawab nia yang membuat rey kembali kaget serta bingung
Saat mulut rey akan terbuka untuk menanyakan nia sudah mengusirnya duluan
"pergilah!!! Kau menggangguku" usir nia dingin dan fokus pada laptopnya untuk mengikuti sasarannya
"ra" panggil rey lagi tapi itu membuat nia semakin kesal dan langsung mengambil sebuah benda pipih di bawah bantalnya dan melemparnya dengan sangat cepat ke arah rey dan mencap di dinding belakangnya
Tuk
rey sangat kaget dengan apa yang baru saja melesat di dekat pipinya jika dia bergerak sedikit pipinya pasti akan tergores
"apa aku harus menusukmu agar kau pergi" ujar nia dengan seringai setannya membuat rey bergedik ngeri
"apa yang kau tunggu?!! Keluar!!! " usir nia menaikkan suaranya satu oktaf, rey tidak menghiraukan usiran nia tepi ia malah melangkahkan kakinya maju, membuat nia semakin geram
" ra? Ada apa? " tanya rey lembut dan sudah duduk di pinggir ranjang dekat dengan nia tetapi nia menjauh
" jangan dekat aku, aku sangat membencimu gara gara kau rani ingin berhenti dari semua rencana itu!!!!! , dasar brengsek!!!! " terik nia meraba kasurnya mencari sesuatu tapi tidak. Menemukan nya
" kau mencari ini? " tanya rey sambil memperlihatkan revolver dengan peluru yang terisi penuh, nia kaget tapi ia bisa menetralkannya
Ia sangat kaget sat tiba tiba rey memeluknya
" apa ini yang kau sembunyikan dari ku? "gumam rey lemah dengan tetap. Mempertahankan pelukan nya, nia berusaha memberontak tapi rey mempererat pelukannya
" tenanglah aku hanya ingin memelukmu, apa salah aku memeluk istriku sendiri? " tanya rey membuat nia terdiam kaku, ia sangat kaget dengan pernyataan rey
" aku bukan istrimu, aku bukan rani" jawab nia, tapi langsung mendapat gelengan daru rey
"tidak"
" kau adalah istriku"
" kau dan rani adalah istriku" nia terpaku dengam apa yang didengarnya,. Rey melepaskan pelukannya kemudian tersenyum manis, sangat manis membuat es yang membeku di dalam ni sedikit mencair
"aku mohon, istirahatlah, kau terlihat sangat pucat dan lesu" pinta rey membuat nia tersadar dan langsung memasang muka dinginnya
"aku tidak. Mau,. Aku. Masih ada urusan" ujar nia dingin
"nia ku mohon, sekali ini saja"pinta rey lagi, tapi nia tetap gigih dengan pendiriannya, ia ingin menyelesaikan pencarian nya
"baiklah tapi berjanjilah setelah selesai kau langsung istirahat dan jangan terlalu lama dengan laptopmu, itu sangat tidak baik untuk kesehatanmu" pinta rey kemudian bangkit dan mencium kenin nia lembut dan langsung pergi setelah sebelumnya mencabut belati yang tertancap di dinding kamarnya
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Lily Of The Valley
RomanceHanya satu wanita yang bisa membuatku gila akannya, aku tidak pernah bisa menebaknya, pada satu sisi dia sangat lembut tapi di sisi yang lain dia sangat kasar, seorang wanita gemuk yang terjebak hidup denganku karena obat sialan ~Reyhan Prasetya Aku...